Hari ini aku terlambat bangun. Dikarenakan papa dan mama keluar kota semalam. Padahal aku sudah mewanti-wanti agar aku tidak bangun kesiangan, tapi itu yang justru aku lakukan. Bangun di pukul 6.50 sementara bel masuk pukul 7.15 hal paling gila memang.
Belum lagi aku ini tipikal orang yang tidak bisa buru-buru, meski situasi mencekam seperti ini. Alhasil aku baru keluar kamar pukul 7.08 dan langsung berjalan keluar rumah, tanpa mengecek dapur, tanpa memakan satu makanan pun, aku langsung berlari dan mengunci pintu rumahku.
Aku berjalan keluar komplek perumahanku. Tidak jauh dari komplek ada halte bus, aku bersyukur akan itu karena aku tidak bisa membawa motor disaat keadaan tegang begini. Bisa mati aku.
Bus berhenti tepat saat aku baru menginjak halte. Aku buru-buru masuk dan duduk. Lalu mengecek jam tanganku 7.12 aku menghela pelan. Sudah pasti aku akan terlambat dan mendapati hukuman. Masa bodoh, hal yang aku wanti-wanti sekarang adalah perutku yang mulai tidak bersahabat. Aku merasakan lapar, karena aku tidak pernah melewatkan sarapanku, sebab mamaku itu tipe orang yang sangat peduli kesehatan.
Bus berhenti. Aku turun dari bus dan memasuki SMP 1, dengan gerbang yang sudah tertutup. Aku mendengus dan berjalan ke pos satpam. Disana ada pak Habar. Satpam yang sudah sangat aku kenal.
"pagi pak" sapaku dengan nada dan ekspresi datar
"kok telat neng?" tanya pak Habar, yang selalu menyapaku ketika aku baru datang.
"sendiri soalnya pak," kataku.
Pak Habar membuka pagar, "tadi, den Yowel juga baru datang, kenapa kalian tidak sekalian saja bersama" kata pak Habar.
Yowel? Oh iya aku baru ingat. Dia itu cowok yang selalu saja terlambat masuk kesekolah. Kebiasaannya tidak pernah berubah. Dan Pak Habar ini juga saksi hubunganku dengan Yowel. Karena beberapa kali mendapati aku yang dibonceng oleh Yowel.
"saya sama dia lawan arah, Pak." kataku, "saya masuk dulu ya Pak, doain biar jangan dihukum berat" kataku berjalan masuk sambil terkekeh.
Aku bisa lihat, banyak sekali pasukan terlambat. Ya, aku juga bisa melihat Yowel disana, meskipun membelakangiku. Aku sudah sangat familiar.
Aku ikut berbaris diantara orang yang terlambat, dan mendengarkan celotehan Bu Nunung, guru BK galak nan cerewet itu. Tidak terpikirkan sebelumnya olehku, aku akan terjebak disini. Diantara siswa-siswi bermasalah tiap harinya, atau tiap minggunya. Yang jelas ini adalah kali pertamanya, dan aku harap yang terakhir kalinya.Bu Nunung selesai memberi wejangan dan mulai mengomando para siswa untuk melakukan hukuman, yaitu berlari mengelilingi lapangan sebanyak 5 kali. Cukup mudah, tandanya rombongan tempat aku berada ini belum lama terlambat. Pluit dari Bu Nunung berbunyi. Kami mulai berlari.
Aku orang yang kesekian menyelesaikan putaran ke5 dari hukumanku. Aku mengatur nafasku yang tersenggal-senggal dan memilih untuk duduk.
Sebuah botol air mineral terulur dari tangan seseorang. Aku mengangkat kepalaku. Yowel. Itu Yowel. Seseorang yang berdiri menunduk didepanku dan sedang mengulurkan botol minuman kearahku. Aku mengambilnya kaku.
"terlambat?" tanyanya, lalu duduk disebelahku.
aku tertawa. "iya"
Yowel mengangguk-angguk, "minum dulu, nafas kamu masih berantakan." katanya menatapku sekilas, lalu menatap lapangan yang menyuguhkan pemandangan orang yang tengah dihukum quarter 2
Aku membuka tutup botol dan meneguknya. "makasih" kataku.
Yowel mengangguk.
"masih terlambat aja mulu," kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Natala
Teen FictionNata dan Yowel itu sejoli yang menurut seisi sekolah cocok. Meskipun tidak menemukan suatu keromantisan dalam hubungan mereka, banyak yang mendukung hubungan mereka. Sampai suatu hari, entah apa yang terjadi. Nata dan Yowel saling menjauh. Tidak te...