2 - I AM THIRSTY

4.2K 217 213
                                    

Valencia City, Spanyol.
At 19.00 PM.

Aku mengamati jam dinding mekanikal yang berdentum getir saat jarum penunjuk waktu berjalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengamati jam dinding mekanikal yang berdentum getir saat jarum penunjuk waktu berjalan. Di sana menunjukkan sudah pukul tujuh malam, tetapi bunyi dari perutku terdengar bergemuruh.

Ah, aku lapar.

Mengingat setelah pulang dari pemotretan tadi siang aku memang belum sempat mengganjal perutku dengan apa pun. Sekadar tadi sore pada pukul empat menikmati kopi bersama Justin.

Tanpa berpikir, aku memutuskan menyantap makan malam di luar.
Aku meraih sweater virulen dari bilik lemari berkayu hitam. Memoles sedikit bibirku menggunakan entetitas yang berwarna merah. Beserta membawa tas yang kuselipkan di lenganku.

Ini telah menjadi kerutinanku karena aku tidak pernah memasak. Sekali pun aku memasak, itu adalah permintaan Justin.

Dengan segera, aku melantas melangkahkan kakiku ke luar. Sepatuku berjalan dengan getir sementara angin malam menyapa setiap helai rambutku. Resonansi klakson dan deru alat transportasi ikut meramaikan lalu lintas Valencia City dan sangat menyeruak di indra pendengaranku.

Terus menerus menyisir tepi jalan dan menyaksikan suasana di pinggirannya, tampak beberapa deretan tenda kuliner dengan beragam kelezatannya. Juga kulihat penuh keluarga serta pasangan yang tengah menikmati makan malam di luar.

Mereka terlihat sangat bahagia.

Sementara tersenyum, aku menata rambutku yang terjatuh lurus. Melirik sekitar untuk menyeleraskan makanan kesukaanku.

Dan beberapa langkah selanjutnya, aroma makanan yang baru saja matang menusuk indra penciumanku.
Sepertinya lezat!

Otomatis aku menghampiri sumber aroma makanan tersebut. Juga hidungku tak henti-hentinya menghirup aroma lezat itu. Menikmatinya sampai perutku terasa semakin lapar.

Setibanya di dalam tenda makanan tersebut, ternyata meninjau di dalamnya sangat ramai, tidak ada kursi yang kosong. Alhasil aku memutuskan menunggu salah satu individu sampai selesai.

Tak lama kemudian, aku mengestimasi pria berseragam nahkoda dan satu kursi kosong di sampingnya setelah pria lainnya menyelesaikan makanannya. Kupikir tidak masalah jika duduk di sana lantaran aku sudah merasa sangat lapar jika harus menunggu lebih lama lagi.

Dengan segera, aku mendaratkan bokongku di sana dan memanggil pelayan untuk membestel makanan. "Aku ingin kepiting rebus dibalut saus pedas dan air perasan jeruk."

Pelayan yang berada di hadapanku mengangguk dan mencatat pesananku. Dia mundur setelah mencatatnya dan lenyap dari hadapanku untuk menyiapkan pesananku. Sementara itu, aku mengeluarkan ponsel untuk menginterupsi waktu menunggu.

Aku menyilangkan kaki dan menangkup daguku. Jemariku melintas di galeriku. Entah kenapa, mendadak aku menatap malu sendiri pada layar ponselku. Di sana tampak tubuhku berada di atas ranjang untuk mendapatkan sejumlah dollar. Berpose seperti wanita jalang dan membuatku menyekat rasa muak.

Te Amo Siempre Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang