4 - HANDSOME DOCTOR

4.5K 41 32
                                    

"Benarkah?"

"Wow! Itu sangat mengesankan Jessie."

Justin tak henti-hentinya menertawakanku selepas menyimak ceritaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Justin tak henti-hentinya menertawakanku selepas menyimak ceritaku. Hal yang paling menggelikan bagi dirinya adalah mengenai insiden pertemuanku dengan William tadi malam.

Sedangkan kondisi tubuhku saat ini tengah tidak bersemangat untuk menanggapinya tetapi Justin malah sebaliknya.

"Jessie, biarkan aku tertawa sekali lagi. Aku tidak bisa menghentikannya."

Mendengar Justin berbicara seperti itu, aku merasa sangat jengkel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar Justin berbicara seperti itu, aku merasa sangat jengkel. Ibu jariku kutandaskan di ulung kepalanya sehingga dia meringis kesakitan.

Dia bergidik dan mengeluh. "Hei, kau mengerikan! Jemarimu seperti terbuat dari besi tumpul."

Aku tersenyum miring dan dengan santai aku mengacuhkannya. Aku menarik selimutku untuk menyungkup setengah wajahku.

Dia berontak kepadaku tetapi aku masih tidak menanggapinya. "Jessie, bukankah seharusnya akulah yang marah? Kenapa kau mengacuhkanku?"

Aku bereaksi dengan malas dan mengintip dirinya dari balik selimutku. "Kau memang bodoh. Tidak ada gunanya aku bercerita kepadamu."

Justin kemudian mendekatkan posisinya kepadaku. Dia duduk di tepi ranjang dan terdiam sejenak. Tak lama kemudian, dia meneliti keningku. "Hei, lihatlah! Tidak ada gunanya juga kau marah kepadaku seperti ini jika suhu tubuhmu sangat panas."

Aku menggulirkan tubuhku ke samping memunggunginya. "Apa pedulimu? Kau saja tidak menanggapi ceritaku. Bagaimana dengan responku, stupid?"

"Dan ini akan semakin panas jika kau terus menerus membuatku kesal."

Entah apa yang dipikirkannya--mendadak dia menjadi hangat. Dia meraih lenganku dan menggulirkan kembali tubuhku menelentang. "Baiklah, maafkan aku."

Raut dan bibirku masih mengerucut. Aku mengerlingkan kedua bola mataku. "Hm."

Pada detik selanjutnya, aku terkesiap. Itu karena Justin tiba-tiba menyurukkan wajahnya di depan wajahku. Jaraknya sangat dekat.

Dia melirih. "Jessie..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Te Amo Siempre Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang