4. Cermin Kecil

37 13 4
                                    

"Bagaimana reputasimu setelah menikah denganku?"

"Baik-baik saja."

"Kok bisa?"

"Ya, dunia ini berbeda dengan dunia kita. Disini tak hanya aku saja yang sudah menikah Kyungsoo sudah punya istri dan sudah bercerai. Sedangkan Kai akan menikah seminggu lagi. Aku sempat membuka artikel-artikel itu, jadi jangan banyak tanya. Percayakan kepada Park Chanyeol yang genius," jelas Chanyeol.

"Hah?! Kyungsoo sudah menikah? Yah...." Aku mendengus, kecewa dengan cerita Chanyeol yang nyata di dunia ini.

"Kau suka Kyungsoo? Jadi sekarang kamu berpindah jadi suka padanya," kata Chanyeol yang terlihat tidak suka dengan fakta itu.

"Iya, kenapa? Aku suka dia sekarang. Aku berharap akan bisa menikahinya dan membiarkanmu hanya mengucap selamat padaku lalu aku akan mendapat bingkisan hadiah darimu," balasku.

"Oh ya?" Chanyeol mengangkat sebelah alisnya tapi dia teringat sesuatu "oh, hadiahnya, mana hadiahnya?" ucap Chanyeol sedikit tergesa-gesa.

"Hadiah apa?" tanya ku tidak mengerti.

"Cermin kecilmu Tuan Putri."
Aku mendesis pelan sembari melempar tatapan tidak terimaku kepada Chanyeol. Ku ambil cermin itu dari dalam tasku dan memberikannya kepada Chanyeol.

Chanyeol terlihat tertarik dengan cermin itu dan memegang bagian-bagian kecil yang ada di dalamnya seperti ukiran di pegangannya dan yang lainnya. Sepertinya dia sedang mencari tahu bagaimana cara penggunaannya.

"Ketemu put!" teriak Chanyeol mengejutkanku.

Saat cermin itu dielus Chanyeol tiba-tiba keluar sebuah sinar yang perlahan menghilang seperti tersapu begitu saja. Terlihat keadaan Chanyeol di dunia nyata saat cahaya itu menghilang. Di dalam cermin ada Chanyeol dua dimensi yang sedang terbaring di kamar rumah sakit dengan infus di lengan kirinya.

"Jadi, cermin ini untuk melihat keadaan kita di dunia nyata?" tanyaku masih kagum dengan kegunaan cermin ini.

"Ya, sepertinya," jawabnya singkat, dia masih terpaku pada dirinya yang ada di dalam cermin.

"Wah, akan lebih baik jika mereka kesini. Sepertinya konser itu dibatalkan sedangkan disini mereka mempunyai wanita-wanita cantik," ujarnya santai.

Dasar bodoh, dia seperti tidak peduli dengan yang dilihatnya. Senyumnya masih saja bisa bertahan setelah tahu keadaannya di dunia nyata dan dia justru membicarakan teman-temannya yang baik-baik saja.

"Apa?! Konsernya dibatalkan? Tega sekali kalian! Bahkan temanku mengambil cuti untuk konser itu, bahkan dia mengambil banyak pinjaman karena tiketnya," kataku tidak terima padahal dalam hatiku aku juga merasa miris melihat keadaan Chanyeol di dunia nyata. Tapi apa peduliku, dia bahkan tidak mempedulikan dirinya sendiri.

"Kau tidak lihat. Aku disana sedang sakit, bagaimana mereka mengabaikanku. Ini cerminnya, kau tidak mau melihat dirimu Tuan Putri?" Aku meraih cermin kecil dari tangan Park Chanyeol.

Oh tidak, keadaanku mengenaskan sekali. Ayah, ibu, Jae In, dan Seo Jin temanku, mereka semua menangis melihatku terbaring di kasur itu. Semua petugas berseragam putih terus mengotak-atik alat yang ada di sebelahku. Layar itu, layar yang ada dimeja, menunjukan grafik naik turun yang kapan saja bisa berubah menjadi garis lurus.

"Hiks, hiks, hiks. Chanyeol, tadi kamu bertanya kenapa aku tidak menangis kan? aku sekarang sudah menangis kan? hiks hiks hiks." Tangan Chanyeol meraihku dan membawaku ke dalam pelukannya.

Tangisan ku awalnya adalah kebohongan semata. Akting. Tapi dengan perlakuan manis Chanyeol yang membuatku terharu dan semakin menambah berat beban air mata aku menangis lebih tersedu-sedu.

DREAM DIMENSION-PCY (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang