Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
─
“APAKAH Anda tahu bahwa perbuatan Anda itu melanggar undang-undang?”
Taehyung mengangkat tangan setinggi kepala, nada suara tegas dengan siratan self defense tipis.
“Saya bersumpah tidak berniat buruk apapun. Anak ini datang ke meja saya dan meminta susu melon.” Cetusnya sambil memandang anak kecil yang sudah jatuh tertidur, bergelayut dalam gendongan orang yang dia sebut-sebut sebagai ‘Papa’.
“Omong kosong!”
Satpam berbaju biru berteriak penuh amarah sampai tafonnya terlempar jauh ke sisi ruangan yang luasnya sekitar tiga kali tiga meter.
Bulir keringat mulai mengalir menuruni pelipis, bukan karena takut tetapi karena pengap. Ruangan kecil itu diisi lima orang, enam ditambah Chimmy.
Hanya ada satu ventilasi berdebu di bagian atas yang tidak terbuka, dan banyak sarang laba-laba bertebaran di sudut ruangan dan di plafon putih yang memudar ditotoli jamur. Pantas saja ruangan itu berbau seperti kayu lembab membusuk.
Taehyung sempat bertemu pandang dengan seorang laki-laki terpendek dan terkecil di ruangan, yang dia asumsikan sebagai papa dari Chimmy.
Terbukti dari betapa protektifnya dia memeluk anak kecil di gendongannya. Lagipula, wajahnya memang pantas di beri predikat cantik.
“Om bukan orang jahat.”
Seluruh pasang mata mengarah pada anak kecil yang sudah sepenuhnya sadar. Chimmy yang tadinya tertidur dengan kepala menyandar di perpotongan leher papanya sekarang sibuk menendang-nendang agar diturunkan.
Chimmy berjalan mendekat ke arah Taehyung, lalu memeluk kaki panjang yang dibalut jeans biru.
“Om orang baik. Tadi Chimmy datang sendiri, lalu minta susu melonnya Om, tapi ternyata habis. Jadi Om ini temani Chimmy beli yang baru. Chimmy dibelikan empat, loh.”
Chimmy dengan heboh menjelaskan sampai mengacung-acungkan empat jari tembamnya ke arah satpam gemuk yang baru membentak Taehyung.
“Benarkah, Chimmy?”
“Iya! Om juga belikan baju untuk Papa.”
Si kecil menukas semangat pada papanya, tersenyum sampai gusi-gusinya terlihat. Di detik kemudian Chimmy membekap mulutnya sendiri, lalu berbalik pada Taehyung.
“Ups. Maaf Om, Chimmy lupa kalau itu kejutan.” Dia berbisik setengah teriak. Raut wajahnya sedih dan kecewa, bola matanya semakin berbinar karena basah.
Taehyung tersenyum kecil sambil menoel pipi Chimmy, rasa sayang terpampang di wajahnya, “Jangan khawatir."
“Cek CCTV!”
Chimmy tentu saja antusias melihat banyak monitor menempel di dinding ruangan yang tentunya lebih bersih dan luas dibanding ruangan sebelumnya.
Tiap-tiap monitor menampilkan empat perspektif CCTV.
Ada beberapa kopi kalengan berbeda merek serta piring-piring kecil dengan sisa remahan biskuit dan roti di atas meja.
Pengawas CCTV mulai berkutat serius dengan keyboard untuk memutar rekaman ke waktu lampau.
"Berhenti di situ ... iya, yang itu. Dua orang itu adalah saya dan Chimmy."
Sementara yang lainnya sibuk berbincang sambil menunjuk-nunjuk layar monitor paling atas, Chimmy menarik lengan jaket Taehyung dan menggiring pemuda itu ke sudut ruangan.
Chimmy mengibas-ngibaskan tangannya, memberi kode pada Taehyung untuk merendah. Yang lebih tua menuruti saja, ikut berjongkok di sebelah si kecil.
“Om. Om bawa bulpen, tidak?” dia bertanya setengah berbisik.
Taehyung meletakkan kotak hadiah dan sekantong susu melon yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang punggungnya, kemudian merogoh saku kanan celana jeans dan mengeluarkan benda yang diminta anak kecil di depannya.
Iya, Taehyung benar-benar berkomplot dengan anak berusia empat-lima tahun.
Chimmy duduk bersila dan menyandar ke dinding. Tangan kecilnya menggamit bolpoin dan menuliskan sesuatu di belakang tutup kotak hadiahnya dengan serius. Sepasang bilah bibir mungilnya sampai mencuat maju.
Taehyung tersenyum simpul saja, tidak tahu mau tertawa atau senyum miris melihat tulisan acak yang nyaris tidak terbaca milik Chimmy.
Meski begitu, samar-samar Taehyung bisa membaca kata terakhir yang ditulis bersebelahan dengan simbol hati.
“Papamu itu namanya ... Jimin?”
“Iya.”
“Chimmy pintar menulis, ya.”
“Setiap malam Papa selalu mengajari Chimmy sebelum tidur. Papa bilang, kalau pelajaran di sekolah di ulang lagi nanti Chimmy cepat hafal.”
Taehyung tersenyum lebar dan menepuk tangan pelan di depan dada, “Dulu Om tidak sepintar kamu. Om sukanya main lumpur.”
Chimmy menempelkan kepalan tangannya di bawah dagu dan membuat wajah berpikir keras,
“Chimmy sukanya main pasir sama plastisin. Papa bilang, kalau main lumpur, nanti kulit Chimmy bisa jadi hitam. Seperti Om mungkin.”
Wah. Penghinaan ini.
Taehyung sudah siap dengan segelimat protes menentang ajaran Jimin yang sesat,
“Bilang Papamu, kulit Om ini eksotis dan sehat—“
“Chimmy!”
Taehyung sigap menyembunyikan benda kejutan.
Insan yang serius berbincang itu segera berdiri dan mendekat ke arah kerumunan kecil orang yang sudah menunggu dengan ekspresi wajah berbeda-beda.