Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
─
TAEHYUNG menjejalkan kakinya ke dalam lift yang kosong dan sempat mematung bimbang karena tidak tahu hendak ke lantai mana.
Kedatangannya ke mall ini hanya bentuk keisengannya yang sedang diraup bosan. Dan suatu serendipity, dia bertemu dengan Namjoon. Jadi dia tidak perlu repot-repot mengunjungi rumah kakaknya yang jauh.
Seorang wanita pendek bertubuh bongsor dibalut pakaian minim melangkah ikut masuk dan menekan tombol nomor delapan. Bajunya benar-benar ketat, lemak sampai berlipat-lipat di sisi badan.
Taehyung melipat lengan, mundur dan nenyandarkan punggungnya ke dinding lift yang dingin. Oke, dia akan ikut saja.
Di meja nomor lima sebuah restoran di lantai delapan, Taehyung duduk dengan mata membuka malas.
Sesekali dia menyedot susu melon dan membayangkan bogeman mentahnya menyumpal mulut wanita—teman satu lift tadi—yang duduk berhadapan dengannya agar dia diam.
Bukan main, wanita ini cerewet sekali. Sedari tiba sampai sekarang, dia masih betah bercuit seperti radio rusak.
Taehyung sebenarnya pendengar yang baik, tetapi topik tidak karuan dan suara yang sumbang membuat Taehyung sama sekali tidak terkesan.
Di tambah lagi, Taehyung risih dengan behel warna pelangi, make-up tiga lapis, lipstik tebal serta hobi dia untuk membusungkan dadanya yang berlapis spons.
Taehyung kerasukan apa tadi menyetujui ajakan makan bersama wanita sial ini.
Di dalam lift tadi, wanita cerewet itu merayunya untuk menemaninya makan. Gratis. Taehyung tidak perlu bayar karena dia akan ditraktir.
Taehyung setuju-setuju saja diajak makan, bukan karena dia tidak berduit atau apa, tetapi sekalian sebagai kedok supaya status jomblonya tidak begitu kentara.
Jelas sekali dia mengambil pilihan yang keliru.
"—aku tidak suka dengan temanku itu loh, dia bilang aku menor. Ih, geli. Aku sih tidak suka ngomongin orang, tapi ada temanku yang aku benci. Dia itu—"
"Om!"
Anak kecil berkemeja kuning tiba-tiba saja sudah eksis berdiri di sebelah Taehyung. Jari-jari kecilnya bertengger di sisi meja bundar dan kakinya sedikit berjinjit untuk mendapatkan perhatian orang yang dia panggil.
Taehyung mengamati anak kecil yang tingginya belum setara meja itu dengan mata menyipit penuh selidik,
"Siapa yang kamu paggil 'Om'?" ada nada tersinggung di dalam kata-kata Taehyung.
Telunjuk kecil pendeknya mengarah ke wajah Taehyung.
Memangnya mukaku mirip Om-om?
"Om, aku minta susu melonnya."
Tangan Taehyung meraih susu melon yang berdiri di tengah meja dan mendekatkannya pada anak itu.
"Yang ini?"
Anak itu mengangguk antusias dengan mata berbinar-binar.
"Ini sudah habis." Taehyung menggoyang-goyangkan kotaknya yang memang benar-benar kosong.
"Tapi ... Tapi Chimmy mau kasih itu untuk Papa ..."
Wanita teman makan Taehyung jelas terganggu karena obrolannya terpotong, "Bilang papamu beli sendiri sana!"
Kepala si kecil menggeleng kuat-kuat, rambut hitam dan pipi bulatnya sampai bergoyang-goyang lucu.
"Chimmy mau kasih hadiah untuk Papa. Hari ini Papa ulang tahun."