vi.

735 150 37
                                    

—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di sofa pirus panjang yang gemuk berisi, Chimmy duduk manis dengan tenang, kaki terselonjor.

Badannya sudah bersih dan wangi, lengkap dengan setelan jaket hijau super tebal, celana panjang, serta sepatu warna lavender favorit Chimmy yang solnya bisa menyala setiap dia mengambil langkah.

Beberapa meter di depannya terdapat televisi yang sudah dua puluh menit menayangkan kartun Pororo tanpa iklan.

Tidak seperti biasanya, Chimmy hilang antusias menonton. Dia hanya menonton setengah-setengah, hanya beberapa adegan klimaks saja.

Dua per tiga lirikannya tersita oleh papanya yang sedari tadi sibuk mondar-mandir dengan layar smartphone setia menempel di telinga, mengobrol dengan seseorang dengan bahasa formal.

Chimmy paham bahwa tingkah papanya yang tergesa-gesa mengartikan bahwa dia sedang sibuk, sedang dalam situasi yang urgent.

Papa Chimmy juga tidak biasanya memakaikan Chimmy pakaian tebal seperti ini, sampai pakai beanie dan tudung segala.

Terakhir kali Chimmy dibalut seperti kepompong ulat ini adalah ketika menghabiskan libur sekolah di kediaman orangtua Jimin yang jauh di Busan.

Berarti mungkin papanya juga akan membawanya pergi jauh kali ini.

“Kita mau kemana, Papa?”

Penasaran, Chimmy akhirnya bertanya setelah melihat ponsel dimatikan dan sudah masuk ke dalam kantong celana Jimin.

Tangan kecilnya nakal mencabuti benang-benang yang mencuat keluar dari tepian sofa karena terlalu antusias dengan lokasi tujuannya kali ini.

Jimin mengancing jam tangan rantai di pergelangan tangan kirinya, “Mau ke rumah Om yang kemarin.”

“Om susu melon?”

Jimin tertawa dengan dengus kecil mendengar julukan konyol buatan Chimmy. Dia melangkah mendekat dan mencubit gemas pipi tebal anak tunggalnya sampai melar.

“Iya … hayo, tangannya jangan nakal.”

Chimmy hanya cengengesan dan mengayun-ayunkan kakinya tanpa rasa bersalah saat Jimin menoel hidung peseknya, kemudian menyentil tangannya yang dari tadi tidak berhenti mencuil benang sofa.

“Ngapain ke rumah Om?”

“Mau main saja. Chimmy tidak mau ketemu sama Om?”

CYNOSURE; vminWhere stories live. Discover now