Bahagia karena kamu

431 38 10
                                    

Seorang wanita berambut hitam panjang yang terurai tengah berdiri di depan jendela kamar tidur dengan dekorasi sederhana. Sebut saja wanita itu adalah Kim Yoo Jung. Wanita yang baru saja menginjak usia 19 tahun dan dia adalah wanita yang sangat tidak suka dengan kata menunda-nunda.

Dia menoleh ke belakang melihat pria bersama gadis kecil yang baru berusia 1 tahun sedang tertidur pulas di atas kasur empuk dilapisi sprey merah muda bermotif bunga-bunga. Pria itu adalah suaminya dan gadis kecil itu adalah anaknya. Jangan heran, dia sudah menikah. Menikah muda. Bukan karena sebuah kecelakaan atau perjodohan. Menikah dengan Oh Sehun adalah kemauannya sendiri. Karena dia tahu kalau Sehun sangat-sangat mencintainya.

Yoojung tersenyum melihat keduanya dan kembali menggeskkan tirai agar sinar matahari pagi masuk dan menerangi ruangan.

Wanita itu melangkah pelan mendekati ranjang tidurnya. "Mas bangun yah sudah pagi." Ucapnya sambil tersenyum.

Ucapan lembutnya itu belum berhasil membangunkan pria yang tertidur nyenyak itu. Yoojung duduk di samping pria itu kemudian menarik selimutnya pelan. Dia menunduk seakan dia ingin membisikkan sesuatu. "Mas bangun yuk, shalat subuh dulu." Bisiknya pelan lalu kembali memandang suaminya lagi.

Dengan perlahan mata Sehun itu terbuka. Tangannya menutupi mulutnya yang terbuka karena menguap. Dia membangunkan tubuhnya, merentangkan tangannya kemudian mengucak-ngucak matanya pelan. Perasaannya belum stabil seratus persen.

"Cuci muka dulu sana, terus berwudhu lalu shalat." Pintah Yoojung. Sehun mengangguk lalu bergegas dari tempat tidurnya.

Yoojung tersenyum melihat suaminya. Dia mengambil selimut lalu melipatnya. Pergerakannya terhenti ketika pandangannya teralih pada malaikat kecilnya yang tertidur pulas dengan wajahnya yang lebar, pipi yang besar dan bibir yang kecil. Itulah yang membuat gadis kecilnya itu lucu.

Jika Oh Sehun keluar kota untuk urusan kantor, kerinduan Yoojung bisa terobati hanya dengan melihat wajah putri kecilnya itu. Wajahnya persis seperti ayahnya. Semua orang juga berkata seperti itu.

Pintu terbuka, Yoojung menoleh. "Sudah berwudhunya?" Tanyanya memandang suaminya yang tengah mengambil sajadah untuk shalat subuh.

Sehun mengangguk seraya membentangkan sajadah untuk melaksanakan shalat subuh. Yoojung tersenyum lalu berjalan keluar dari kamar.

***

Matahari mulai memancarkan sinarnya. Burung-burung gema bercicit mengisi sunyinya pagi membuat pagi hari seakan bernyanyi menyambut hari baru.

Yoojung tengah memotong-motong sayuran yang kemudian akan dimasak untuk sarapan pagi. Sehun yang tidak lain adalah suaminya tengah berhadapan dengan laptop mengerjakan tugas kantor yang harus dia selesaikan. Yoojung tersenyum memandang pria itu.

Putri kecilnya itu sudah pandai berjalan jadi dia bisa mengerjakan pekerjaannya tanpa berpikir lagi bagaimana dia bisa mengamankan putrinya dulu. Sambil bermain putri kecilnya itu berjalan menghampiri ayahnya.

Ponsel Sehun berdering. Sebuah panggilan masuk. Pasti tentang pekerjaan.  Sehun langsung mengangkat panggilannya. "Halo? Ada yang perlu saya bantu?" Tanyanya dan matanya masih fokus pada layar laptop.

"Kamu sudah selesai buat laporannya? Meetingnya dipercepat. Pokoknya laporannya harus selesai sampai besok."

"Baik pak saya akan menyelesaikan secepatnya."

Putri kecilnya itu memandangnya bingung. Tiba-tiba dia terjatuh karena terpeleset menginjak beberapa mainan yang berserakan di lantai. Putri kecilnya menangis dengan suara yang keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Into a Million PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang