Aku membuang nafas panjang. Duduk di halte yang sangat sepi. Langit sudah berwarna hitam. Dan, tak ada bus yang terlihat datang.
Aku memainkan tali tas selepampangku gelisah. Ponsel didalamnya sudah mati, bener-bener mati total. Bukan karena batrei-nya lowbat, tapi karena aku menjatuhkannya dari lantai lima apartemenku.
Ya, bodoh. Karena, aku melakukannya dengan sengaja.
Angin berhembus cepat, bertepatan dengan itu seorang laki-laki sudah duduk di bangku halte sampingku.
Aku mengercap. Sejak kapan dia disitu?
Saat ku mencoba memandanginya untuk kedua kali, aku akhirnya bisa melihat mata hitamnya yang ditutupi kehancuran. Terlalu kelam untuk bisa diselami.
Dia menurunkan tudung hoodinya yang berwarna segelap malam. "Apakah sudah waktunya?" tanyanya, suaranya mengalun akan nada kematian. Ada banyak kesengsaraan disana.
"A-apa?" aku tergagap. Dia mendekat, aku semakin mengeser menjauh. Tangannya yang sedingin es meraih kedua bahuku. Kini, matanya memancarkan banyak kobaran api, menatapku tajam, menghunusku tepat.
Kemudian 'dia menghilang. Aku terkejut. Beberapa saat kemudian bus terakhir datang.
Aku masuk dan duduk di dekat jendela; bertanya-tanya, apa yang baru saja terjadi kepadaku? Ya, setidaknya seperti itu, sebelum aku melihat sebuah tulisan di dalam bus tersebut.
Bus menuju kematian.
Dan, ketika aku melarikan pandangan.
Laki-laki misterius itu juga sudah berada di dalam bus. Yang sama denganku.
Aku tak menyangka, aku akan pergi seperti ini karena kebodohanku sendiri. Aku memegang sejenak kepalaku yang retak sambil tertawa.
"Oh, sudah waktunya pergi."
***
A/n:
Clue: kesalahan pribadi.
18 November 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her thoughts
Random- Semua hal acak dan random yang mampir di pikiran saya, saya bagikan disini. Entah itu qout, cerpen, puisi atau hal-hal tentang "dia". Copyright©2020 by KharlynUlle