coretan keempat; Zion, Amera n night sky

186 23 10
                                    

Kemudian aku tersadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemudian aku tersadar. Memandang sekelilingku yang sudah sepi. Sial, aku tertidur lagi di kantor. Sekarang sudah pukul satu pagi, aku tertawa, terakhir yang aku ingat, aku menaruh kepalaku di meja kerja pada pukul delapan disaat masih banyak orang disekitarku. Sekarang, meja-meja itu kosong. Suara angin menerpa telingaku.

Sial, aku jadi teringat cerita Lita tentang cerita seram di kantor.

Aku berusaha menghindari pemikiran itu, dengan cepat aku mengumpulkan barang-barang ku dan memasukan ke dalam tasku dengan asal.

Aku mengantungkan tas itu cepat di bahu, dan memperbaiki rambutku yang berantakan. Dan, ketika aku berbalik, aku termundur kaget.

"Zion?"

Zion tertawa, dia mendekat membawa dua cup coffe ditangan yang masih mengepul uapnya diatas.

"Gue lembur. Lo ketiduran, lagi, Mer?"

Aku mengangguk. Aku memang sering tertidur. Sepertinya aku butuh lebih banyak jam tidur dari manusia kebanyakan.

Zion menyodorkan satu cup coffe ke arah ku, aku menerimanya dan bergumam mengucapkan makasih.

"Cari angin, yuk?" ajak Zion. Cari angin yang Zion maksud bukan jalan-jalan, tapi menuju ke rooftoop kantor dan menikmati angin disana.

"Amera." Zion memanggilku ketika kami sampai di rooftoop, angin berhembus kencang. Bintang-bintang bercahaya terang di langit yang gelap.

"Iya Zion?" aku membalas, kulihat matanya yang segelap malam menatapku dalam, refleks aku mengalihkan pandangan. Zion itu sempurna, dia yang paling cekatan diantara kami semua, dia juga yang paling hebat. Kata Lita, jika Zion menembaknya dengan senang hati akan dia terima.

Aku tersenyum. Memangnya siapa yang mau menolak Zion?

"Lo tahu nggak kenapa bintangnya sembunyi?" tanya Zion aneh.

Aku tertawa. "Nggak sembunyi kok, aku masih bisa lihat." aku membalas jujur.

Kali ini giliran Zion yang tertawa. Tawanya renyah, dan sejak sebulan bekerja di sini, itu menjadi salah satu favoritku yang membuat aku semangat ke kantor.

"Soalnya bintangnya malu kalah terang sama kamu."

Aku mengercap. Apakah Zion baru saja menggodaku? Pipiku bersemu merah.

"Gue bercanda," kata Zion yang membuat aku refleks mencubit pinggannya kencang saking kesalnya.

"Lo lucu kalau lagi kesal."

Hahaha, aku tertawa. Tidak akan tertipu lagi. Dan setelah itu, kami terlibat pembicaraan ringan yang membuat aku semakin dekat dengannya.

Dan ternyata kami mempunyai beberapa kesamaan; suka mendengarkan musik, suka menonton film horor, suka membaca novel terjemahan kuno, dan suka saling berbagi cerita tentang tentang apapun, random sekalipun.

Namun yang terpenting kami saling menyukai.

***

Sabtu 12 Desember 2020.

Her thoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang