3. Mengenang masa lalu

71 3 0
                                    

"Hai, Audrey," sapanya sembari tersenyum.

Audrey ikut berdiri, lalu memeluknya dengan erat.

Pria ini, pria yang selalu ada untuknya dulu, yang selalu menyempatkan waktunya untuk Audrey.
Pria yang mempunyai selera humor tinggi, yang memiliki hobi aneh dan selalu berhasil membuat Audrey tersenyum disaat ia bersedih.

"Wangi parfum ini masih tetap sama, harum buah melon yang sangat nyaman ku hirup. Aku harap ini bukanlah sebuah mimpi. Aku sudah cukup tersakiti dengan kepergian Papa. Aku hanya ingin ia tetap disini," ucap batin Audrey.

"Audrey, kangen aku, ya?" Tanyanya.

Audrey masih belum mau melepaskan pelukannya. Bodo amat dengan semua orang di Mall yang memperhatikannya. Bahkan, Gina yang melihatnya juga mulai kebingungan dengan tingkah Audrey.

Tak terasa air mata membasahi pipi Audrey.

"Audrey sayang ... "

Panggilan itu, yang selalu ia katakan ketika Audrey sedang bersedih.

Audrey bukan gadis kecil lagi yang harus di goda agar tidak menangis. Ia sudah besar sekarang.

Tapi entah mengapa, ketika Audrey sedang berada disisi Egi, ia selalu bertingkah kekanak - kanakkan. Selalu ingin mendapat perhatian lebih dari Egi.

"Egi jahat! Katanya cuma pergi sebentar. Kenapa baru pulang sekarang?" Tanya Audrey sembari menyingkirkan air matanya.

Egi hanya tersenyum bahagia bisa melihat sosok perempuan yang sangat ia sayang setelah Ibunya.

Pasalnya, 5 tahun yang lalu, ketika mereka masih menginjak usia 13 tahun. Mereka adalah sahabat dari kecil dengan rumah bertetanggaan.

Ayah Egi dengan keluarga Audrey sudah sangat dekat karena telah mengenal lama.

Namun suatu hari Ferdi, Papa Audrey, terkena serangan jantung tiba - tiba dan meninggal saat Audrey berusia 13 tahun. Sehingga perusahaan saham Ferdi yang berada di Los Angeles, America harus di ambil alih oleh Ayah Egi yang bernama Rino.

Egi sudah tidak memiliki Ibu. Karena sewaktu Egi dilahirkan, Ibunya tidak selamat dalam peristiwa tersebut. Sehingga dengan terpaksa, Egi harus ikut ke Los Angeles bersama Ayahnya.

Audrey yang mendengar langsung bersedih. Tak tahu lagi harus dengan siapa ia mencurahkan masalahnya. Dulunya, Audrey adalah anak anti sosial, yang tak terlalu punya banyak teman untuk dikenal. Sehingga ia sangat sakit hati ketika mendengar kabar Egi harus pergi jauh ke luar negeri dan meninggalkannya.

"Egi gak lama kok disana. Audrey tunggu disini aja, jagain Mama Farah. Jangan sampai sakit ya, drey. Jaga diri baik - baik." Dan kalimat itu lah yang terakhir Audrey dengar dari bibir Egi. Selebihnya, Egi menghilang tanpa kabar.

Audrey sudah mencoba untuk mendapat kabar dari Egi. Ia sudah mengirim pesan lewat SMS dan media sosial lain. Namun, hasilnya nihil.

Sudah mencoba menelpon beberapa kali, namun tak diangkat juga. Akhirnya Audrey menyerah. Pikirnya, Egi sudah mengganti nomor ponsel. Sehingga Audrey sudah lelah mencari kesana kemari kabar dari Egi.

Ia merindukan usapan tangan pada rambutnya dan rindu ketika ia memanggilnya 'sayang'.

Tak ada obat ampuh untuk menyembuhkan rindu, selain bertemu.

♥♥♥

"Egi bilang sebentar doang disana!!!" Audrey mengamuk dan melepaskan pelukannya.

Egi masih tersenyum bagaikan tak bersalah.

Akhirnya Egi kembali angkat bicara, "Sekarang kan Egi udah disini. Kok Audrey malah marah - marah? Harusnya seneng, dong."

Ada benarnya juga, harusnya Audrey bahagia ketika melihat Egi ada disampingnya.

Keadaan kembali normal. Orang - orang sudah tidak memperdulikan mereka.

Gina yang sedari tadi hanya diam membeku langsung mendekati Audrey.

"Dia siapa, drey?" tanya Gina penasaran.

Audrey langsung menengok. "Oh, Gina. Dia sahabat kecil aku, namanya Egi. Dan Egi, ini sahabat aku sekarang namanya Gina."

"Hai, Egi," sapa Gina sembari menyodorkan tangan.

"Hai juga, Gina," balas Egi dengan senyuman manisnya.

Mereka bertiga melanjutkan pembicaraan di caffe yang tak jauh dari Mall.

"Dia sahabat kecil lu? Kok gue gak pernah liat," ucap Gina.

"Iya, dia udah 5 tahun ada di Amerika. Jadi, sekarang entah gimana ceritanya dia bisa ada disini," jawab Audrey.

"Sebenernya gua udah balik seminggu yang lalu," sempil Egi sembari meminum susu coklat hangatnya.

Audrey heran. "Seminggu yang lalu? Terus, kenapa dia bisa tau aku ada disini?" pikirnya.

Tiba - tiba suara dering telpon Gina berbunyi. Ada 30 panggilan tak terjawab dari abangnya. Gina terkejut dan langsung mengangkat telponnya.

"Sebentar, abang gue telpon," katanya lalu menyingkir dari meja.

"Halo bang?" sapa Gina disebrang telpon.

"Woy, dimana lo. Sini balik cepetan."

"Ih, ada apa sih, bang? Buru - buru amat. Gina lagi jalan sama Audrey."

"Gina balik sekarang juga. Dengerin kata abangmu ini. Kalo gak mau, yaudah. Nanti gue potong uang jajan lo," ancam Bang Ervan.

"IYA DEH IYA ABANG KU SAYANG."

Karena sudah tidak kuat, akhirnya Gina mematikan ponselnya lalu kembali ke meja.

"Drey, sorry ya. Abang gue tadi telpon, katanya suruh gue balik. Gatau deh ada apa. Nanti lu balik ama Egi aja, ya. Gue buru - buru, nih. Bye!!!" ucap Gina dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

Egi dan Audrey saling tatap. Bingung dengan tingkah Gina.

"Dia kenapa?" tanya Egi.

Audrey mengangkat bahunya, tanda tidak tahu.

"Balik yuk, gi. Aku bosen," suruh Audrey.

Egi mengangguk setuju.

Akhirnya mereka berdua keluar dari caffe dan menuju parkiran untuk mengambil mobil Egi.

"Drey, baliknya kerumah gua dulu, ya.  Sekalian temu kangen sama Ayah gua," pinta Egi.

"Oke," jawab Audrey dan tersenyum.








Antara Dirimu dan Dirinya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang