"Fadli lebih cocok." beberapa kata yang selalu terngiang dikepala Fahri. Dia memang melihat semua kejadian tadi, saat Vi diganggu oleh kedua preman dan Fadli lah yang menyelamatkannya.
Mengapa ada sedikit rasa tidak rela saat Vi berjalan seiring dengan Fadli? Katakanlah Fahri egois.
Fahri menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kenapa jadi mikirin gituan sih,"
Kalau boleh jujur, Fahri akui bahwa dia menyukai seorang Novita Alisya. Ingin rasanya memiliki tetapi, keadaan telah merubah segalanya.
Fahri melepas kacamatanya, setelah cukup membuatnya gerah di sekolah tadi. Di rumah, Fahri memang bertingkah seperti remaja laki-laki pada umumnya. Belajar seperlunya, bermain game, dan berlatih beladiri silat yang telah ia tekuni sejak smp.
Ntah apa yang membuat Fahri tidak percaya diri bila sedang berada di sekolah, yang pasti, dia berubah semenjak kepergian kakak perempuannya itu.
Fahri membuka buku diary dan mecurahkan semua isi hatinya saat ini.
Memilikimu adalah harapan besar bagiku.
Mungkin, bisa mendapatkan mu adalah hal terindah untukku selama ini.
Tapi, apakah bisa? Aku tidak yakin.
Fahri, 2018.
Fahri menutup buku diary-nya setelah mendengar ketukan pintu. "Masuk aja, nggak Fahri kunci." sosok perempuan yang berusia sekitar empat puluh tahun itu muncul dan menghampiri Fahri.
"Ri, anterin mama yuk, mama mau pergi ke rumah temen mama." ucap Rachel. Fahri yang tidak bisa menolak permintaan mamanya itu langsung mengangguk patuh.
"Yaudah, kamu ganti baju dulu. Mama tunggu didepan." Rachel keluar dari kamar Fahri.
"Padahal gue mau nge-game, sabar, Ri, emak nomer satu!" Fahri membuka lemari dan mengambil baju lalu memakainya. Setelah mengambil kunci mobil, Fahri langsung menghampiri mamanya. "Ayo, Ma." ajak Fahri yang sudah lebih dulu berjalan hendak masuk ke mobil.
"Ri, kamu tau ga? Temen mama itu, punya anak perempuan lho,"
"Terus kenapa? Apa hubungannya sama Fahri, Ma?"
"Dia seumuran sama kamu, dia cantik, pinter juga," mama sedang memuji anak temannya? Hmm.
"Ya, dia perempuan pasti cantik, masa iya ganteng?"
"Bukan gitu, Fahri. Maksud mama tuh, dia beda dari yang lain. Dia lebih suka bantu mamanya masak, nggak seperti perempuan pada umumnya yang malah milih makan diluar. Mama suka deh liatnya." ucapnya dengan mata yang berbinar-binar.
Perjodohan? Apa mamanya merencanakan sebuah perjodohan untuk dirinya? Untuk Fahri? Segala pikiran jelek itu langsung ia hempaskan dari otaknya. "Jadi? Maksud mama, mama mau aku sama dia ehm ehm gitu?" tanya Fahri yang sudah mengerti bahwa mamanya menginginkan sosok perempuan itu menjadi kekasihnya.
"Ha? Ehm ehm? Maksud kamu gimana, Ri?" tanya mamanya yang bingung dengan perkataan Fahri. "Ehm ehm, maksudnya apa coba?" tanya mamanya dalam hati.
"Eh? Maksud Fahri, mama mau Fahri deket sama dia gitu? Mama mau jodohin Fahri sama perempuan itu?"
Mamanya terkejut. Perjodohan? Oh tidak, apa tidak ada kata lain selain perjodohan? Ini bukanlah jaman Siti Nurbaya. "Siapa bilang mama mau menjodohkan kamu dengan dia? Mama cuma mau kamu dekat sama dia, jadi teman aja udah cukup. Tapi, kalo kamu tertarik sama dia, mama pasti bakal ngerestui hubungan kalian."
Fahri menghela nafasnya lega. Tenang Fahri, tenang. Tidak ada perjodohan dipertemuan ini.
Oh ya, jangan lupakan penampilan Fahri hari ini. Celana jeans panjang dengan sebuah kaos hitam yang terbalut oleh kemeja panjang. Bisa bayangkan bagaimana wajahnya? Jauh dari penampilan seorang 'kutu buku', sangat jauh.
Sesampainya di rumah teman ibunya itu, Fahri keluar dari mobil dan mengikuti langkah ibunya yang menuju pintu.
Alangkah terkejutnya Fahri saat pintu terbuka dan memperlihatkan sosok perempuan yang sangat Fahri kenal.
Perempuan itu adalah ...
****
Maaf ini pendek dan bener-bener slow update. Semoga suka sama chapter ini.
See u
-Hal...
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Bookworm
Novela JuvenilIni bukan lah cerita tentang bad boy dan good girl, ataupun sebaliknya. Ini hanyalah cerita tentang si kutu buku tampan bernama Fahri yang tidak sengaja, bertemu dengan perempuan berparas cantik tetapi bawel, biasa dipanggil Vi Berada didekat Vi mem...