4. KEPERGIAN

9 8 0
                                    

Andai aku ada di situ, aku akan mengetahui apa permintaan terakhirmu. Maafkan aku.

Malam sudah hadir, aku dan Fero berjalan menuju sungai. Sesampainya di sana, kami duduk di pinggir sungai.

"Memangnya orang yang mirip sepertiku itu datang tepat jam segini?"
Aku bertanya sesaat setelah aku menyalakan senter.

"Kita tunggu saja," jawab Fero sembari melihat sekitar.

Hening melingkupi, dan kami sudah menunggu lebih dari dua jam.

"Mana? Orang yang mirip diriku itu tak muncul-muncul,"

"Aku juga tidak tahu. Ya sudahlah ayo kita pulang, tidak baik lama-lama di sini,"

"Tidak, Fer. Kita sudah menunggu lama, masa kita tidak mendapatkan hasil dan pulang dengan tidak mendapatkan apa-apa,"

Aku menyakinkan Fero kalau kami tidak akan pulang dengan kesia-siaan.

"Tapi ini sudah malam, ayo kita pulang,"

"Kenapa? Kau takut, Fer?"

"Kenapa mesti takut. Hanya saja, tidak baik kita menunggu terlalu lama di sini. Kau mau nunggu sampai pagi? Sudahlah orang itu tidak akan datang,"

Fero beranjak ingin meninggalkanku dan aku cepat-cepat menarik tangannya.

"Fer, setengah jam lagi, ku mohon,"

Dia berhenti dan duduk kembali di sebelahku.

*
"Sudah setengah jam, ayo kita pulang!"
Fero mengambil senter dan melangkah ingin pergi.

"Tapi, Fer. Aku tidak akan pulang, bibi akan memarahiku,"

"Jadi bagaimana? Kau tidak bisa tinggal di rumahku, orang akan berkata apa nanti? Kita sama-sama tidak pergi ke sekolah, dan kau mau menambah masalah dengan tidak pulang lagi? Sudah satu hari kau tidak pulang,"

"Aku takut, Fer. Nanti bibiku-"
Belum sempat melanjutkan, Fero memotong.

"Aku akan mengantarmu pulang, kalau bibimu marah dan mengusirmu, aku akan mempersilahkan kau tinggal di rumahku,"

Aku pun mengangguk tanda setuju.

***

Aku membuka pagar rumah secara perlahan.

"Sudahlah, kau pulang saja. Aku akan aman,"
Aku menyuruh Fero untuk pulang dengan suara agak berbisik.

Aku membuka pintu,
"Tidak dikunci," batinku.
Aku langsung memasuki kamar nenekku yang langsung dapat ditemui setelah membuka pintu rumah.

Aku berlindung di samping nenekku, berharap bibi tidak menyadari kedatanganku. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh sebuah tangan yang membuka pintu kamar nenek dengan kasar.

"Kenapa kau pulang??!! Kenapa kau kembali lagi ke rumah ini, ha??!! Pergi sana! Jangan pernah kembali, ayo pergi dari sini!!?"

Dia menarik tanganku kasar tapi aku tetap memeluk nenekku.

"Bi!!"

STAY HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang