5. MENEMUKANKU?

11 8 0
                                    

Aku melihatmu, tapi kau menambah kebingunganku.

Malam telah tiba. Kami melangkahkan kaki menuju ke arah sungai, dan perlengkapan juga sudah kami bawa.

Kami memilih untuk tidak duduk di pinggir sungai dan memilih untuk berdiri saja di tengah jembatan rendah pembelah sungai.

Kami menunggu cukup lama dan kesabaranku telah habis.

"Hei!! Siapapun yang ada di sini, tunjukkan dirimu!! Jangan bersembunyi!!"

Tak ada jawaban, dan Fero angkat suara.

"Jangan hanya diam saja!! Tunjukkan dirimu sekarang juga!!"

Tak ada juga jawaban dan kami diam sejenak. Sudah setengah jam kami menunggu setelah berteriak memanggil orang yang sama sekali tidak kami kenali.

Wajah Alika seperti ketakutan, dan kemudian aku memegang erat lengannya agar ia tidak ketakutan, walaupun sebenarnya aku juga ketakutan.

Tiba-tiba, sebuah cahaya terang muncul dari permukaan air sungai. Aku terkejut saat melihat sebuah bayangan keluar dari cahaya itu. Sebuah wajah yang benar-benar menyerupaiku.

"Si... siapa ka...kau?"
Jantungku rasanya melompat kaget, dan aku tak bisa berkata-kata.

"Akhirnya aku menemukanmu"
Tangannya yang dingin menyentuh pipiku.

Aku takut melihatnya.

"Ka... kau siapa?"
Aku mengulang pertanyaan yang sama, dan orang yang ada di hadapanku sekarang hanya tersenyum.

Aku semakin gemetaran, dan...

***

"Hei!!? Bangun!!"
Sebuah suara membuka mataku.

Byyuuurrr

Air membasahi tubuhku, dan mendapati bibiku melempar ember asal. Aku duduk di atas ranjangku dan melihat jam tepat pukul sembilan pagi.

"Hah? Kenapa aku ada di rumah?"

Aku merasakan ada sesuatu mengalung di leherku, aku mendekati meja rias dan melihat sebuah liontin berwarna hijau mengalung di leherku. Aku tak mengerti, aku melepaskan liontin itu dan meletakkannya di atas meja rias.

Aku langsung turun dari ranjangku dan mencari bibiku sampai ke dapur.

"Bi, sebenarnya semalam aku kenapa, bi?"

"Halah!!? Tidak usah banyak tanya. Kerjakan pekerjaanmu! Aku harus pergi ke kebun,"

Seharusnya aku tak usah bertanya pada bibiku toh aku juga tidak akan mendapat jawaban darinya. Aku mengambil semua pakaian kotor untuk dicuci, dan memastikan bahwa bibiku benar-benar sudah pergi.

Melihatnya sudah pergi, aku melangkah ke luar rumah, bukan untuk mencuci pakaian tapi pergi ke rumah Fero.

***

"Eh, Tresya. Masuk,"
Nenek Fero menyuruhku masuk sesaat setelah ia membukakan pagar untukku.

"Fero ada di rumah, nek?"

"Dia masih tidur, Alika juga," jawabnya.

"Apa? Alika di sini? Mereka juga tidak ke sekolah?"

STAY HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang