Part 1

517 17 0
                                    


Sang surya telah menampakkan dirinya dari arah timur. Pertanda pagi telah tiba dan aktivitas di mulai. Di saat semua orang sibuk untuk beraktivitas,  lain halnya dengan seorang bocah lelaki yang berusia 9 tahun. Bocah tersebut malah menikmati kenyamanan tidurnya. Jam weker yang berdering hingga 20 kali, tak membuat dirinya terusik. Dirinya malah menikmati deringan alarm tersebut.

Bagi bocah itu,  dering suara dari jam weker bagaikan lagu pengantar tidur.
"zzz..... " dengkuran halus terdengar dalam ruangan yang di dominasi warna biru langit. 

Selang beberapa menit terdengar suara  derap kaki menuju kamar bocah tersebut.

"Tok.. Tok.. Tok.. " terdengar suara ketukan pintu dari bilik pintu kamar bocah tersebut. Namun,  si pemilik kamar tidak merespon dengan suara ketukan itu.

" Tuan muda Jalal,  apakah tuan muda sudah bangun tidur? Tuan besar dan nyonya besar sudah menunggu anda di ruang makan" ucap seorang wanita paruh baya yang bekerja sebagai pelayan khusus tuan muda Jalal.

Wanita paruh baya itu mencoba mengetuk kembali dan memanggil tuannya,  namun tidak ada respon dari tuannya. Karena tak mendapat respon, wanita paruh baya itu membuka pintu kamar Jalal dan melangkah masuk.

"Tuan muda Jalal,  bangun !" wanita paruh baya itu  membangunkan tuannya dengan menepuk pelan bahu tuannya. Jalal masih memejamkan matanya.

"Tuan muda Jala bangun!! Ini sudah jam 7 pagi. Tuan besar dan nyonya besar saat ini menunggu anda di ruang makan. Tuan muda,  ini hari senin.  Jika tuan muda bangun kesiangan,  tuan akan kena hukuman"

Mendengar kata hari SENIN,  sontak membuat kelopak mata Jalal terbuka lebar dan refleks tubuhnya langsung terbangun dari ranjang sembari berteriak kencang,  "Oh tidaaaaakkk!" dan memandang ke arah jam weker.

"Bibi maham,  mengapa jam segini bangunkan aku.  Gegara bibi,  aku jadi terlambat. Bakalan kena hukuman dari pak Sirait." Jalal mengomel sembari kakinya melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Di saat Jalal mandi,  bibi maham mempersiapkan segala keperluan sekolah Jalal. Dari seragam sekolah, sepatu dan buku pelajaran.

"Ceklek.. " Jalal keluar dari kamar mandi.

Melihat tuan mudanya keluar dengan cepat dari kamar mandi, bibi maham bertanya" tuan muda kog cepat mandinya?Belum ada 10 menit masuk kamar mandi, kog sudah selesai mandinya,  tuan?

"ini namanya mandi bebek, bi. Mandi cepat ala bebek air" jawab Jalal.

"Oh,  baru tahu bibi ada yang namanya mandi ala Bebek"

"Baiklah tuan muda,  bibi mau turun ke bawah." bibi maham melangkah keluar dari kamar Jalal.

Sedangkan Jalal secepatnya memakai seragam sekolah beserta atribut sekolah.  Selesai memakai seragam sekolah,  Jalal keluar dari kamarnya dengan tergesa - gesa.  Lebih dari sekali manik matanya melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.

Derap kaki Jalal menuju ruang makan. Terlihat orang tua Jalal sedang menunggu putranya untuk sarapan pagi bersama.

" Buenos días, padre de la madre" sapa Jalal terhadap orang tuanya

" Buenos días, Jalal " balas Humayun sembari melipat surat kabar yang usai di bacanya.

"Jalal, ayo sarapan bersama! Padre sudah menunggu kamu sedari tadi"  Hamidah mengajak putera semata wayangnya untuk sarapan.

"Lihat Jalal!  ini makanan kesukaan kamu.  Madre yang masak untukmu" sambung Hamidah.

Sebenarnya makanan yang di masak madrenya sungguh menggugah selera. Makanan yang terhidang di atas meja makan itu makanan kesukaan Jalal,  tapi sayangnya makanan terlezat itu dapat di kalahkan hanya dengan seorang nama PAK SIRAIT.  Makanan terlezat pun rasanya jadi hambar.  Pak Sirait terkenal seorang guru matematika yang tegas dan disiplin. Maka tak heran Pak Sirait terkenal dengan sebutan Pak killer.

Kutunggu CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang