Part 6

305 14 3
                                    

Tiba di ruang UKS,  miss Syahrini segera mengambil perlengkapan P3K. Dengan cekatan miss Syahrini membuka kotak P3K. Jemari miss Syahrini mengambil kapas lalu kapas tersebut di tetesi cairan obat antiseptik. Kapas yg telah di tetesi cairan obat antiseptik di letakan di atas kain kasa. Lalu, kapas dan kain kasa itu di letakan di bagian kiri kening Jalal. Tangan kanan miss Syahrini mengambil plester perekat dan melengketkan plester itu di atas kain kasa.  Agar terlihat lebih meyakinkan bahwa Jalal jatuh dan terbentur keningnya, miss Syahrini menambahkan lagi cairan obat antiseptik ke kain kasa tersebut. Miss Syahrini juga menambahkan riasan memar dengan warna agak ungu dan sedikit merah di bagian lutut kaki kanan dan kiri. Selesai make over Jalal dengan kondisi terluka,  miss Syahrini mengambil ponselnya dari dalam tas.

#jepret.. # miss Syahrini memfoto Jalal. Dan hasil jepretannya di tunjukan ke Jalal.

"W. O. W.. Amazing... I like it. Miss Incess super jempol dehh." puji Jalal dengan keterampilan jemari lentik miss Incess dalam make over wajah Jalal sehingga terlihat seperti orang yang sedang terluka.

"Ayo,  Jalal!  Miss temani kamu masuk ke dalam kelas agar pak Sirait percaya 1000% dengan akting mu ini. "ajak miss Syahrini. Jalal menjawab ajakan miss Incess dengan anggulan kepala.

Jalal mengambil tas ransel lalu meletakan tali tas itu di kedua  pundaknya. Kemudian, Jalal dan miss Syahrini melangkah keluar dari ruang UKS dan menuju ruang kelas IV-A SD.

Tiba di depan ke kelas IV-A, miss Syahrini mengetuk pintu. Pak Sirait menoleh ke sumber suara dan melihat miss Syahrini berdiri didepan pintu dengan seorang murid. Pak Sirait menghentikan aktivitas mengajarnya.

"Selamat pagi pak Sirait. Maaf mengganggu waktu mengajar bapak. Ini salah satu murid bapak terlambat masuk ke kelas karena ada insiden kecil yang membuat Jalal mesti di rawat di ruang UKS." Miss Syahrini menjelaskan alasan perihal keterlambatan salah satu murid pak Sirait.

Pak Sirait melangkah menuju ke tempat berdirinya Jalal dan memperhatikan perban yang melekat di bagian kening kiri Jalal.

"Apa yang terjadi dengan keningmu, Jalal?" tanya pak Sirait dengan tatapan menyelidik.

"Ini pak, sa..  saya.." lidah Jalal tiba-tiba kelu untuk berbicara. Aura tatapan mata pak Sirait seperti pisau dapur milik chef Juna, tajam. Melihat ekspresi dan cara bicara Jalal yang super ketakutan,  miss Syahrini pun ikut bicara. Membantu rencana akting Jalal agar terlihat MEYAKINKAN.

"hem,, begini pak Sirait. Kening Jalal yang di perban itu akibat jatuh. Karena tergesa - gesa masuk ke dalam kelas, Jalal berjalan tidak fokus  sehingga tanpa sengaja kakinya menginjak tanah yang licin. Jalal jatuh dengan posisi keningnya menyentuh tanah yang ada batunya. Begitu juga dengan kedua lututnya. Memar biru di kedua lututnya akibat terbentur batu. Oleh karena insiden jatuh tersebut, Jalal jadi terlambat masuk ke dalam kelas. Saya harap pak Sirait tidak memberikan hukuman kepada Jalal." miss Syahrini membantu Jalal dalam menjelaskan kepada pak Sirait.

Sesaat pak Sirait berpikir sembari kornea matanya melihat kondisi Jalal.

"Baiklah. Kamu boleh masuk kelas."

"Terima kasih, pak" ucap Jalal sembari melenggang masuk ke dalam kelas.

Di dalam kelas, terdengar riuh suara teman sekelas Jalal terutama fans Jalal. Pada heboh. Para murid perempuan yang mengidolakan Jalal mulai mendekati tempat duduk Jalal.

"Jalal,  kamu kenapa?  Pasti sakit ya?" tanya Benazir dengan sikap centilnya.

Melihat sikap centil dan genit Benazir, Labonita terlihat tak suka. Jemari mungil Benazir mendarat di kening Jalal. Dengan gerakan cepat, jemari Benazir langsung di singirkan dengan kasar oleh Labonita.

"Hey, Benong!! Jauhkan tangan kamu tuh dari kening my baby Jalal. Tangan kamu itu mengandung virus amuba. Ntar my baby wajahnya bisa terinfeksi virus amoba Benong." hardik Labonita dengan nada mengejek.

Mendengar ucapan mengandung ujaran ejekan.Benazir tak terima. Benazir pun akhirnya membalas ucapan yang di lontarkan oleh Labonita.  Akhirnya perang ucapan ujaran ejekan pun tak terelakan. Keributan pun terjadi di kelas IV-A. Lain halnya dengan bocah tampan dengan perban yang menempel di keningnya. Malah santai melihat keributan yang di provokasi oleh Labonita.

"Jalal,  kamu itu sangat di idolakan cewek - cewek SD di sekolah ini. Resep agar menjadi idola kelas, bagaimana ya Jalal?  Kasih kisi-kisinya dong. Kalau perlu plus jawabannya. Aku ingin menjadi cowok yang di idolakan juga" tanya Mirza, teman sebangku Jalal.

"Kata Uncle Jono, ketampananku ini sudah dari pabriknya. Jadi hasil produksinya tampan seperti aku ini."jawab Jalal sembari memainkan game.

"Apa padre kamu itu punya pabrik pembuat wajah tampan ya Jalal?  Bisa aku di buatkan wajah tampan seperti kamu? Mirza kembali bertanya kepada Jalal.

"Nanti aku tanyakan ke Uncle Jono. Apakah pabrik pembuat wajah tampan milik padre masih bisa buat atau tidak." jawab Jalal.

Pandangan mata Mirza menatap kening Jalal yang di tempel perban. "Ada apa dengan kening kamu Jalal?"

Jalal meletakkan permainan gamenya, lalu memegang perban yang nempel di keningnya.
"Ini cuman akting, Mirza. Sssssttt.. Kamu jangan ember ya sama teman - teman kita. Nanti aktingku bisa ketahuan dan mendapat hukuman yang lebih berat dari pak Sirait." Jalal berbisik pelan ke telinga Mirza.

" Kog bisa?Bagaimana alur ceritanya, kamu bisa akting begini?"Mirza tambah penasaran tingkat kronis setelah mendengar pengakuan kejujuran yang keluar dari bibir Jalal.

"Mir, cerita jangan di sini. Ntar di kantin aja aku ceritakan."

"Ok.."

Saat Jalal dan Mirza asyik bercerita,  terdengar suara teguran keras dari pak Sirait.

"Benazir, Labonita. Berhenti berkelahi. Lihat penampilan kalian berdua. Bapak suruh mencatat yang ada di papan tulis, mengapa kalian malah jambak - jambakan rambut. Sekarang kalian berdua ikut bapak ke ruang BP."

"Bukan salah saya pak. Itu Labonyet yang cari gara - gara duluan" sanggah Benazir sembari jari telunjuknya menunjuk ke arah Labonita.

" Huu, enak kali kau tuduh aku yang cari gara - gara duluan. Kau itu yang cari masalah duluan." bantah Labonita dengan ucapan khas logat batak Medan. Logat batak Labonita akan muncul jika Laboni terpancing emosi.

"Sudah.. Sudah.. Kalian ini ya,  sudah salah masih tetap buat keributan. Apa kalian kira ruang kelas ini pajak sambu. Sekarang ikuti bapak ke ruang BP. No protes. Dengar!! " lerai pak Sirait dengan logat khas batak Medan.

Sebelum keluar dari ruang kelas, pak Sirait memberikan tugas catatan dan latihan. Setelah itu, pak Sirait keluar dari kelas di ikuti oleh Benazir dan Labonita.

"Jalal, itu si butet mengapa keluar kelas sama pak Sirait." tanya Sujamal dengan wajah yang seperti habis bangun tidur.

"Makanya kalau di kelas itu jangan tidur aja kerjaan kamu, Jamal. Ayang butet Laboni mu itu masuk BP, kamu gak tahu. Jadi ketinggalan berita." ucap Mirza.

Bersambung Part 7






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kutunggu CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang