LUCHA #1

193 22 13
                                    

Turn on music above.
"Top piano cover" - Solis

jangan lupa vote sebelum membaca.

-Happy reading-

Dengan cara apapun, aku harus bersyukur.


***

KICAUAN burung masih terdengar merdu di pagi hari. Langit masih biru kelabu, udara masih dingin.

Terlihat seorang gadis berkulit putih dan berambut coklat sepunggung sedang berjalan memasuki sebuah gerbang Sekolah. Wajahnya lesu seperti kurang tidur, langkah kakinya lemas seakan sedang membopong banyak beban.

Jam pelajaran pertama masih 20 menit lagi. Gadis itu melangkahkan kakinya ke sebuah kantin sekolah.

 Gadis itu melangkahkan kakinya ke sebuah kantin sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Plak! Sebuah suara dari luar membuat tubuh gadis kecil yang sedang mengerjakan PR itu tersentak kaget. Segera ia keluar dari kamar untuk mencari sumbernya.

"Sekali lagi kau membahas soal biaya saat aku baru pulang. Aku gak akan segan buat menyakitimu!"

"Ini untuk Zia, bukan untukku. Kesiapa lagi aku membahas kalau bukan kepada ayahnya?" Dinda meringis, namun Zidan tetap tidak menerima alasan istrinya tersebut.

"Ini sudah ketiga kalinya Zia tidak mengikuti ulangan karena kita tidak membayar biaya. Zia ini masih mempunyai orangtua, bukan anak yatim piatu."

"Plak! " Sebuah tamparan lagi-lagi mendarat ke pipi Dinda.

"Hati-hati kamu kalau bicara!" Zidan tidak terima. Namun Dinda tidak menyerah.

Dinda dan Zidan beradu kata tiada akhir, tidak ada solusi, juga tidak ada yang mau mengalah. keduanya saling kukuh.

"Mah, pah, Zia berenti sekolah saja". ucap Ziana yang sedari tadi mengintip di balik tembok dan kini memberanikan diri untuk menghadapi kedua orangtuanya yang sedang mempermasalahkan dirinya.

"Zia gak mau papa sama mama sering berantem cuma karena sekolah Zia, Zia ngga mau ngeliat mama disakitin terus sama papa."

Wajah Ziana basah oleh airmata. Jam tidurnya selalu saja terganggu oleh perselisihan kedua orangtua nya setiap larut malam. Tentang hal sepele, juga tak lain tentang soal biaya sekolah.

"Sudahlah, kalian berdua bisanya cuma nangis!" Zidan membentak dan melayangkan kedua tangan nya ke atas seraya menyudahi. Kemudian pergi meninggalkan mereka di ruang tamu.

LUCHAWhere stories live. Discover now