Tak ada yang di gariskan menjadi orang beruntung ataupun tak beruntung. Kita yang memilih bagian mana yang akan kita syukuri.***
-Happy Reading-
Suasana di dalam area Restaurant sangat ramai, banyak pengunjung yang masih berdatangan meskipun meja sudah terlihat padat, namun sebagian ada yang lebih memilih untuk waiting list ketimbang keluar untuk mencari Restaurant lain.
Seluruh waiter sibuk bolak-balik berjalan kaki sambil membawa baki berisi makanan dan minuman, juga ada yang membawa baki kosong untuk mengangkut piring kotor di meja.
Berdesakan? Jelas. Waiter yang harus lebih hati-hati berjalan melewati sejumlah pengunjung yang selalu tiba-tiba berbelok atau beranjak dari kursi. Tersenggol sedikit, tumpahlah semua!
"Minta bill nya, mbak?" Teriak salah satu pengunjung Restaurant yang melambaikan tangan ke arah waiter wanita yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawa sebuah baki berisi makanan. Ia adalah Violet.
"Baik, di tunggu sebentar, pak," ucap Violet saat sudah selesai menyimpan makanan ke meja sebelahnya, pengunjung itu mengangguk.
"Ini, bill nya," ucap Violet setelah kembali dan menyerahkan nampan kecil beserta struk pembayaran yang menempel.
Kemudian si pengunjung memberikan tiga lembar uang berwarna merah kepada Violet.
"Kembaliannya ambil aja," ucap pengunjung sambil memasukan kembali dompetnya ke kantong celana belakang. "Dan ini... buat kamu." Pengunjung tersebut memberikan lagi satu lembar uang dan di selipkan di telapak tangannya.
"Ma.. makasih, Pak." Violet sedikit menunduk tanda berterimakasih,. Lalu ia mengintip telapak tangannya, selembar uang seratus ribu setengah lecek karena teremas di tangannya sudah dapat terlihat.
Ia berjalan ke arah kasir untuk menyerahkan bill beserta uang untuk di input oleh pihak kasir, sambil mengucap syukur di dalam hati atas rezeki di hari ini.
Terimakasasih, Ya Allah.
Violet melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukan pukul enam sore, ia segera menyimpan baki dan berjalan ke toilet untuk berwudhu dan melaksanaakan shalat magrib di loker wanita.
Rasa lelah dan capek seketika hilang, setelah Violet selesai melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim, Violet keluar dari loker sambil merapikan kembali rambutnya yang sedikit berantakan, penampilannya harus ia rapikan kembali.
"Makan, ngga?" ucap Ricki yang tiba-tiba sudah berjalan di sampingnya, membuat Violet menoleh.
"Eh, kak Ricki, ngga nanti aku jam tujuh, lanjut kerja dulu bentar," jawab Violet.
"Hm, ya udah aku duluan ya," ucap Ricki, "Semangat!" tambahnya lagi. Violet mengangguk dan tersenyum.
Area dalam Restaurant masih sangat ramai. Jika bisa di hitung, mungkin ada ratusan orang di sini. Mobil pribadi tak henti berlalu lalang, satu keluar dari area parkir, satu nya lagi baru datang menggantikan posisi letak mobil yang baru keluar.
Telinga para waiter pun seakan tidak terlepas dari panggilan orang-orang. Sesekali ada yang mengomel karena pesanan nya tak kunjung datang. Wajar saja, situasi sangat padat, orderan pun tidak cepat seperti biasanya. Namun namanya pelayan harus ramah menerima ocehan pengunjung dalam bentuk apapun.
Hingga waktu menunjukan pukul sebelas malam, sebagian meja dan kursi sudah kosong, orderan pun sudah close, sebentar lagi Restaurant akan segera tutup, tinggal menunggu sebagian pengunjung menyelesaikan acara makannya dan meninggalkan area.

YOU ARE READING
LUCHA
Teen FictionBerhenti berjuang berarti gagal, Gagal berarti kalah Violet. Gadis sang pemilik luka. Kebahagiaannya tidak pernah nampak. Kehidupannya tidak pernah mudah, selalu penuh perjuangan. Realita yang di alaminya sangat bertolak belakang dengan kehidupan or...