Kongpob mengira jika awalnya Arthit adalah seorang bocah manis nan lucu yang salah pergaulan. Memakai tindik, gel rambut serta memaksakan image sangar yang ia akui sama sekali tidak cocok.
***
Pernah sekali kesialan mampir dikehidupan Kongpob yang dari sananya memang sudah sering ditimpa kesialan.
Sejak awal ia penasaran dengan anting Arthit. Hanya dipasang sebelah pada telinga kiri.
Parasnya yang ehem unik -antara tampan dan cantik- sebenarnya ia sampai bingung sendiri jika disuruh mendeskripsikan bagaimana tampang senior galaknya itu.Uh, gemas.
Satu dari sekian kesempatannya berdekatan dengan Arthit. Sangat langka. Jika bisa dijadikan bisnis, maka sudah dipastikan Kongpob dan perusahaan besar milik papanya akan bangkrut saat itu juga. Membeli saham Arthit secara penuh, agar atensi pemuda kiyut itu sepenuhnya menjadi miliknya.
Duduk berdua seperti ini, Arthit yang sibuk mengunyah makanan penuh cabai itu, hanya menganggap Kongpob sebagai remahan biskuit.
"Anting P'Arthit terlihat cantik."
Delikan tajam melayang lurus pada Kongpob. Saat matanya bertemu, ia segera memasang senyum semanis mungkin. Jika Arthit itu perempuan, sudah pasti saat ini ia akan berlutut dikaki Kongpob meminta dinikahi.
"Tentu saja. Aku ini macho."
Arthit memasang senyum arogan, dan berlalu kembali mengunyah makan siangnya.
Kongpob beruntung sekali, bebeas memandangi Arthit tanpa protesan sedikit pun.Kulit putihnya mulus sekali. Kongpob penasaran bagaimana rupanya jika diberi ruam merah.
Oke. Ini gila, karena kasihan Arthit jika harus menderita karena bentol digigit nyamuk.
Dan tindik itu.
Tangan Kongpob terulur, menyentuh telinga Arthit -lebih tepatnya anting silver itu-
"Aakkh!"
Plak!
Sebuah tamparan.
Arthit memang mahal. Mau menyentuh telinganya saja, Kongpob harus rela ditampar dulu.
Mengabaikan semuanya. Ketimbang fantasi tentang ruam merah dikulit Arthit. Ia lebih tertarik dengan rona merah wajahnya saat ini.
"Ja-jangan sentuh telingaku!"
Padahal Kongpob kan ingin menyentuh anting nya.
○○○
"Selamat hari jadi kita yang ketiga."
Sebuah makan malam romantis. Dimana Kongpob sebagai pelaku dan Arthit sebagai bintang utamanya. Walaupun Kongpob kaya, tapi Arthit yang memang dari sananya perhitungan soal uang, lebih suka kencan dikedai Mie Tomyum saja. Selain murah, ia juga puas karena porsi makanannya banyak.
Tapi untuk Arthit tercinta. Jatuh miskin pun Kongpob rela.
"Astaga."
Kongpob mengenggam sebuah kotak beludru merah. Arthit sontak meremang ditempat.
'Di-dia melamarku?'
Oke. Ini Arthit ber-GR ria."Untuk P'Arthit yang selalu kucinta."
Arthit mau tak mau merona. Kongpob memberi isyarat untuknya membukanya, Arthit dengan tangan gemetar membukanya.
Dan wow! Perak!
Ketika ia menarik keluar benda itu. Ternyata sebuah-
Anting.
"Ini..."
Dilihatnya Kongpob tersenyum lebar. Mata Arthit memicing melihat anting yang sama tanpa ia sadari sudah tersemat ditelinga kanan Kongpob.
Sejak kapan Kongpob memakai tindik?
"Tolong jangan tampar aku kali ini na..."
Kongpob mengambil anting ditangannya, beringsut mendekat, dan Arthit memejamkan mata menahan geli saat Kongpob memasangkannya.
"Sudah. Jangan dinikmati begitu."
Kongpob tertawa mengejek.
FIN
Holla~ Terimakasih sdh membaca 😁😁😁
Pas saya nonton Sotus season 1 lagi buat ngobatin kangen, rasanya suka aja ngeliat karakter Arthit yang pake tindikan sebelah wkwkwk
Monggo Vomment 🙌🙌💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Crazy
FanfictionKongpob, Arthit dan kegilaan mereka. Cuma tulisan-tulisan random dengan kadar kegajean yang tinggi. Drabble Collections. Story by Harasu. Sotus Belongs to Bittersweet. Warning! Boyslove Story.