Kongpob si tukang ramal.
***
"P'Arthit, aku ramal kita bertemu dihari minggu."
Arthit menaikan sebelah alisnya. Ia dan rekan-rekan seperjuangannya -Knott, Prem, Bright, Toota- semula sedang asik mengobrol. Arthit memilih memakan nasi lengkap dengan taburan cabai dan segelas minuman merah jambu dingin. Sangat menyenangkan- sampai pada seorang mahasiswa baru -masih polos, berpakaian hitam putih- menghampirinya dan berkata demikian.
Dan mulailah semuanya.
"Kau mencari Arthit?"
Ini Prem yang bertanya, memasang raut wajah menggoda."Ya!" Kongpob menjawab tegas.
"Kau suka Arthit?"
Ini giliran Bright yang mulai memperkeruh suasana."Ya!" Arthit memasang gestur mau muntah ketika mendengar itu.
"Lalu apa keahlianmu?"
Ini Knott yang berperan sebagai calon mertua Kongpob.Kongpob menyeringai, melempar sebuah tatapan penuh cinta pada Arthit.
"Meramal""Hah?"
Semuanya bingung, termasuk Arthit.Kongpob maju selangkah, membungkukan badannya. Mensejajarkan wajahnya pada raut wajah pedas manis Arthit.
"Aku ramal kita akan bertemu dihari minggu."
Senyum menggoda, kedipan sebelah mata. Jika Arthit itu wanita, sudah pasti ia akan hamil saat ini juga.
Dan ketika hari minggu tiba.
"Bagaimana P'Arthit? Kita bertemu dihari minggu, 'kan?"
Arthit mendengus. Bagaimana bisa celana dalam yang ia jemur dibalkon kamarnya mendadak terbang dan jatuh dibalkon seberang kamarnya.
Bermaksud ingin mengambil benda pusakanya. Pintu asing itu terbuka dan Arthit lagi-lagi merasa-ya... ia memang bertemu Kongpob.
○○○
"Aku ramal kita akan berciuman satu minggu lagi."
Sekian kali. Masih ditempat yang sama. Arthit menanggung malu, suara tawa dari keempat sahabat karibnya mengiringi. Ia sempat berpikir bahwa- ia dan Kongpob dimasa lalu adalah musuh bebuyutan. Sehingga salah satu diantara mereka -dalam hal ini Kongpob- berniat membalas dendam dengan cara saling mempermalukan.
Dan mulailah semuanya.
Lagi.
"Kusarankan kau menciumnya dengan lembut."
Ini Bright. Memonyongkan bibirnya, ceritanya ia memberi contoh."Arthit suka pakai lidah."
Toota menjulurkan lidahnya bagai pangeran ular."Mulut Arthit itu bau!"
Arthit menampar mulut sialan Prem."Bagaimana kau bisa tahu seminggu lagi kalian akan berciuman?"
Knott masih sama. Memasang raut wajah kaku, karena ia adalah calon mertua Kongpob."Tentu saja aku tahu." Kongpob mengerling. Arthit mau mati saja. "Karena aku bisa meramal."
Ya. Hanya begitu. Selanjutnya Kongpob melenggang pergi.
Dan seminggu kemudian.
Arthit menarik Kongpob ke jembatan Rama. Hatinya telah berubah. Ternyata Jauh lebih menyakitkan jika Kongpob jauh darinya ketimbang dihadiahi berbagai gangguan yang bersifat gombalan.
Tiba-tiba saja ia rindu.
"Aku ingin mengenalmu lebih jauh."
Kongpob menaikan sebelah alisnya. "Apa maksud P'Arthit?"
Dan ya. Arthit menarik dasi merahnya. Yang ia ingat hanyalah rasa bibir Arthit ternyata manis.
Ramalan Kongpob terbukti benar.
Namun sial, ia tak sempat menjalankan saran dari P'Toota.
○○○
"Aku ramal kita akan-"
"Bertemu dihari minggu!? Berciuman!? Bercinta!? Bertemu orang tuamu!? Ya ya ya. AKU PAHAM! ITU SEMUA BENAR! APA LAGI? APA LAGI YANG MAU KAU RAMALKAN!? "
Arthit mengamuk. Tukang ramal menyebalkan. Kongpob memasang cengiran khasnya, meraih sebelah tangan Arthit lalu mengecupnya hangat.
Akan sangat lucu jika Kongpob berkata 'aku ramal kau akan mati dalam hitungan... satu! Dua! Tiga!'
Kalau begitu Arthit mau mati sungguhan saja.Pasca ciuman tangan itu, Arthit memasang wajah bagai pakaian yang belum disetrika.
Arthit tersentak saat Kongpob meraih jari kelingkingnya. Terlalu cepat ia sadari bahwa disana sudah tersemat sebuah cincin yang indah.
Arthit melayangkan tatapan penuh tanya.
Kongpob tersenyum lebar.
"Aku ramal kita akan menikah."
FIN
Holla~ terimakasih sdh membaca 😁😁
Double update malam ini untuk Kongpob & Arthit dan Crazy Crazy.
Terinspirasi dari sebuah film yang sampai sekarang blm pernah saya tonton wkwkwk 😂
Monggo lah di Vomment 🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Crazy
FanfictionKongpob, Arthit dan kegilaan mereka. Cuma tulisan-tulisan random dengan kadar kegajean yang tinggi. Drabble Collections. Story by Harasu. Sotus Belongs to Bittersweet. Warning! Boyslove Story.