Kanza Alora
Selese UAS belum lu? Gue tunggu di loby.
Samiraa mendengus. Ia tahu bahwa sepupunya itu bolos kuliah lagi. Padahal Samiraa telah mengingatkannya untuk masuk dan setidaknya mengikuti UAS. Lagipula ini adalah hari terakhir masa perkuliahan. Walaupun ia bukan termasuk anak yang rajin dan sesekali masih bolos kuliah, namun Samiraa tetap saja bingung mengapa sepupunya itu lebih parah lagi.
Tidak mau Kanza semakin cerewet mengirim chat padanya, Samiraa segera melangkah menuju loby gedung utama fakultasnya. Langkahnya cepat keluar dari gedung kuliah menuju gedung utama. Belum sampai keluar gedung, seluruh tubuh Samiraa menengang. Ia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk bermetamorfosis menjdi patung. Namun tubuhnya seolah tahu siapa yang kini ada di luar gedung dan harus ia lewati, Alan. Alan adalah laki-laki yang baru dua minggu ini mendapat predikat brengsek dan masuk dalam jajaran mantan pacar Samiraa. Semua terjadi setelah dua bulan mereka berpacaran dan Alan dengan tanpa aba-aba mencium bibir Samiraa di pesta ulang tahun Kanza, ia pun memasukkan laki-laki itu dalam daftar manusia yang tak ingin lagi ia temui. Samiraa masih berdiri dengan bimbang, walaupun ia tak acuh pada laki-laki itu namun rasa jengah tetaplah hinggap dalam dadanya. Sejurus kemudian, Samiraa merasakan getaran dalam sakunya.
Kanza Alora
Lo dimana sih kampret?
Gue bisa gunain waktu gue nungguin lo ini buat nyelametin dunia.
Samiraa membalasnya cepat, tangannya gemetar.
Samiraa Runi Dinara
Ada Alan di depan gedung A.
Dengan kebimbangannya, Samiraa memutuskan duduk di bangku lorong gedung itu. Sengaja mengambil tmpat di sebelah guci besar agar Alan tak melihatnya. Tak berapa lama, Kanza datang kemudian menarik Samiraa berdiri.
"Kok lo tiba-tiba jadi pengecut sih? Tinggal jalan, anggap dia nggak ada. Selesai, Ra".
Kanza mengamit lengan sepupunya dan berjalan keluar gedung, melewati Alan dengan gerombolannya. Ia telah bersiap jika harus berhadapan dengan si brengsek yang telah menghancurkan pesta ulang tahunnya dan membuat sepupunya menangis karena malu.
"Widiiih, ada yang lupa nyapa nih bos". Gery berucap agak keras ketika Samiraa dan Kanza melewati mereka.
"Mampir dulu sini Raa, kita salaman dululah". Rayyan menimpali tak kalah heboh.
Samiraa dan Kanza tak acuh, meneruskan jalannya sampai seseorang menarik lengan Samiraa.
"Mau kemana sih, Raa? Apa emang sifat lo kalo sama mantan terus musuhan? Kayak abg aja sih" Alan berucap dengan nada datar. Membuat getar pada hati Samiraa.
"Mau apa sih, Al? Gue buru-buru" sahut Kanza kesal. Alan sama sekali tak mengacuhkannya. Matanya masih menatap Samiraa.
"Ayolah, Raa. Masa Cuma gara-gara gue cium lo, lo jadi antipati gini sama gue?" Alan menarik ujung bibirnya, membuat senyum mengejek. "Lagian bibir lo tuh enak kok. Manis, lembut. Nggak usah minder, sayang".
Kalimat terakhir Alan membuat ketiga teman di belakangnya terbahak. Menganggap lucu segala yang baru saja Alan katakana. Semakin keras tawa mereka dan semakin nyata menghantam pendengaran Samiraa. Kali ini Samiraa tak tahan, sejurus kemudian telapak tangannya telah mendarat sempurna pada pipi Alan. Mendadak dunia seolah berhenti berputar. Semua yang ada di tempat kaget. Samiraa yang pertama sadar langsung menarik tangan Kanza untuk menjauh. Untung hanya ada beberapa mahasiswa tingkat akhir yang terlihat tak peduli dengan drama yang baru saja terjadi.
'aku tidak bisa terus mengalah' batinnya.
YOU ARE READING
Wrong Way.
General FictionSamiraa Runi Dinara. Mahasiswi baru yang sangat keras kepala, tidak suka diremehkan apalagi direndahkan. Rakaisa Asanagara. Dokter neurologi di salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta. Samiraa dan Rakaisa. Terjebak dalam jurang yang mereka buat...