2. Tekat

8 0 0
                                    


Mobil yang dibawa Samiraa telah terparkir di halaman rumah. Kanza terlihat khawatir dengan sepupunya itu. Mata sembab, sesenggukan, bibir pucat. Kanza sangat hafal dengan apapun yang ada pada Samiraa, tidak pernah sekalipun tebakannya meleset. Saat ini Kanza tahu dengan pasti bahwa Samiraa tengah berusaha menahan emosinya, namun gagal. Tanggul yang sedang berusaha Samiraa bangun, roboh hanya dengan sekali waktu. Mungkin bagi orang lain, mencium bibir pasangannya bukanlah hal yang memalukan. Namun tidak bagi Samiraa. Ciuman pertamanya, menjadi hal terburuk yang terjadi pada masa mudanya. Samiraa memang bukan perempuan baik-baik seperti image yang telah melekat padanya sebelum kejadian itu. Samiraa beberapa kali bolos kelas hanya untuk pergi ke salon atau nongkrong di kedai es krim. Samiraa juga sering pergi ke club untuk bersenang-senang atau sekadar minum bersama Kanza. Namun menjadi perempuan 'nakal' tanpa otak bukahlah pilihannya. Oleh sebab itu, ciuman di pesta ulang tahun Kanza menjadi mimpi buruk sebab kini orang-orang memandang rendah dirinya. Samiraa memang bukan perempuan baik-baik, namun ia tidak pernah suka dianggap rendah.

"Raaaaa, mau sampe kapan kita menjedog di mobil gini? Sampe lo jadi bangke gara-gara keabisan napas?" Kanza mendengus lemah. Ia paham bahwa saat-saat seperti ini, Samiraa tidak akan bisa diajak bicara.

"Samiraa Runi Dinara, ayo kita-" belum sempat Kanza menyelesaikan kalimatnya, Samiraa membuka pintu mobil dan berjalan memsuki rumahnya.

"Untung sodara gue lu" dengus Kanza sembari menyusul Samiraa memasuki rumah.

***

Kedua perempuan itu kini sedang menikmati es krim di ruang makan. Tak ada satupun yang bersuara. Kanza tahu jika Samiraa membutuhkannya, ia akan bicara dengan sendirinya. Hening masih menyelimuti keduanya. Hanya suara sendok yang beradu dengan dasar wadah es krim mengisi keheningan. Samiraa sibuk mengaduk es krimnya sedang Kanza memainkan handphone. Samiraa menghela napas.

"Gue udah memutuskan sesuatu, za".

Kanza menaikkan sebelah alisnya. Menunggu Samiraa melanjutkan kalimat yang belum berhasil ia cerna. Samiraa kembali menghela napas.

"Daripada gue kayak gini terus, gimana kalo gue turutin omongan Alan?"

"Maksud lo? Omongan yang mana nih bos?" Kanza semakin sulit mencerna kalimat Samiraa.

"Bego".

"Ra. Ngomong yang bener kek. Nggak paham gue".

"Lo denger kan tadi Alan bilang apa? Bibir lo manis, enak. Nggak usah minder. Inget nggak?" Kanza masih menatap Samiraa tanda belum mengerti.

"Beneran bego kan lo?" Samiraa membuang napas kesal.

"Oke oke. Gue bego. Nona Samiraa yang cerdas, mohon pencerahan dari nona kepada hamba yang bego ini" Kanza semakin jengkel.

"Inget kalimat tadi?" Samiraa mencoba menjelaskan dengan sabar.

"Inget".

"Dia bilang gue ngga perlu minder karna bibir gue manis... dan enak".

"Uhmmm, lalu?"

"Kanza... berarti gue boleh membanggakan ke semua orang kalo ciuman sama gue itu bikin nagih. Ke semua orang" Samiraa terkikik dengan ucapannya sendiri.

"Setelah itu?"

Kanza masih menampakkan air muka kebingungan. Samiraa memutar bola matanya, memilih diam.

"Ra. Apaaaaa?" Kanza jengkel. Samiraa tak kalah jengkelnya.

"Gue mau jadi cewek dengan pribadi baru, za. Samiraa yang nakalnya nggak nanggung kayak sekarang. Samiraa yang bakal bikin semua cowok ngiler... dan kayak yang dibilang Alan, gue bakal buat mereka pengen nyium gue dan menikmati bibir manis gue".

Kanza menegang. Ia tahu bahwa segala yang telah diucapkan sepupunya ini bukan sekadar kalimat main-main. Hening kembali menyelimuti. Suara cekikikan Samiraa sesekali terdengar seolah menertawakan pikirannya sendiri. Kanza tidak berkomentar. Beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah kaki memasuki ruang makan.

"Kalian tumben udah pulang?" Jihan, mama Samiraa, meletakkan tas kerjanya ke meja makan. Ikut duduk di antara Samiraa dan Kanza.

"Samiraa galau tante. Kan abis putus. Jadi males lama-lama di kampus katanya". Lirikan tajam Samiraa terarah pada Kanza.

"Tante heran, za. Tiap hari bilang diri sendiri cantik, badan seksi, punya harga diri, tapi putus doing galau"

Jihandan Kanza tertawa. Samiraa mengerucutkan bibirnya.    

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 26, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wrong Way.Where stories live. Discover now