Oma Rosita

32 1 0
                                    

°Author°

Lara sama sekali tak tidur juga tak bersiap untuk ke sekolah. Ia terlalu rapuh untuk pergi ke sana dan menghadapi Meisinta juga beribu pertanyaan Nathan.

Setelah mendengar Martin, ayahnya, berangkat kerja, ia mandi dan bersiap-siap untuk pergi.

Setelah mendengar Martin, ayahnya, berangkat kerja, ia mandi dan bersiap-siap untuk pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lara mengambil kunci mobil miliknya yang sangat jarang ia pakai lalu menyalakannya. Iapun pergi ke rumah nenek dari ayahnya.

Ia memarkir mobil tepat di depan rumah bergaya vintage berwarna cokelat kayu. Seorang perempuan tua yang berada di taman menyunggingkan senyuman terbaiknya menyambut satu-satunya cucu yang ia miliki.

Lara keluar dari mobil dan langsung menghambur ke pelukan neneknya. "Oma, Lara kangen sekali dengan oma!"ucapnya.

"Aduuhhh cucu oma paling cantik udah besar! Tapi tunggu dulu."ucap oma Rosita melepas pelukan Lara. "Pasti kamu bolos ya?"

Lara tersenyum ragu sambil mengangguk. Oma Rosita melihat keadaan sekitar dan bertanya, "Papa kamu gatau kan?"

Lara menaikkan kedua bahunya, ia memang tak tahu apakah ayahnya tak peka hingga tak tahu jika tadi pagi Lara belum berangkat sekolah atau memang tahu tapi membiarkannya.

"Yasudah ayo masuk sebelum papamu lihat!"ucap oma menarik Lara masuk.

Oma Rosita memberikan satu toples kaca berisi cookies choco cip kesukaan Lara sambil membuatkan susu coklat hangat dengan marshmellow di atasnya.

"Opa lagi pergi ke rumah temennya, jadi kamu bisa cerita semuanya ke oma."ucap oma.

Mereka duduk di halaman belakang sambil menikmati pemandangan peternakan kuda milik tetangga sebelah rumah oma Rosita. Lara menarik nafas dalam, seolah bersiap mengutarakan semuanya dan berharap omanya tidak kena serangan jantung.

"Lara boleh tinggal di sini oma?"

"Tentu! Tetapi bukan untuk pelarian ya."ucap oma yang tiba-tiba menggenggam tangan Lara. "Kenapa sama papa-mu?"

Lara mulai meneteskan air mata sambil menggeleng. Oma mencoba menghapus air mata cucu kesayangannya itu. "Lara... gakuat oma."

"Nonsense! Lara adalah cucu oma yang paling kuat! Oma yakin apapun rintangan yang ada di depan Lara, Lara pasti bisa melewati semuanya."

Ucapan omanya membuatnya semakin menangis. Ia menggenggam tangan omanya yang sedang memegang wajahnya sambil mencoba tersenyum.

Seharian ia habiskan di rumah omanya, mencoba mengenang masa lalu yang manis sekaligus pahit. Saat opanya datang, opa Hadi mengajak cucu kesayangannya itu untuk berlatih memanah. Dari kecil, Lara diajarkan memanah oleh opanya dan ia memiliki bakat di bidang itu.

"Coba kalahkan opa hari ini, Lara."ucap opanya.

"Oh I will opa."

Yang pertama memanah adalah opanya. Opanya mengambil posisi lalu setelah siap, beliau melepaskan anak panahnya dan terkena tepat di tengah-tengah sasaran. Lara bertepuk tangan membuat opanya tersipu.

Lara jelas tak bisa tepat di tengah karena sudah ada anak panah milik opanya. "Kalo miring sedikit gapapa kok, Lara."goda opanya.

Lara benar-benar fokus membidik tepat di tengah. Ia menarik anak panahnya dengan sekuat tenaga lalu menghembuskan nafasnya sambil melepas anak panahnya.

Anak panah miliknya melesat dan bahkan bisa tetap berada di tengah. Anak panah milik Lara membagi anak panah opanya menjadi dua bahkan anak panah milik Lara menembus targetnya.

"Yasshh!! Lara menang!"ucap Lara senang.

Opanya tertegun dengan kemampuan Lara dan hanya bisa bengong.

"Laraaaa!!!"

Lara dan opa Hadi menoleh dan melihat omanya memanggil. Opa Hadi memeluk pundak Lara dan mereka pun kembali masuk ke dalam rumah.

"Ayo waktunya makan siang!"ucap oma Rosita menyiapkan ini dan itu.

Baru saja mereka duduk, seseorang mengetuk pintu rumah. "Ah, biar Lara yang buka."ucap Lara berlari kecil.

Saat Lara membuka pintu ia melihat laki-laki memakai seragam berdiri membelakanginya. Dengan rambut hitam cepak berantakannya saat ia menoleh, Lara dibuat kaget olehnya.

"Na--Nathan?!"ucap Lara kaget.

"Umm, hai."ucap Nathan ragu.

"Lo ngapain di--kok lo bisa tau rumah oma gue?"

Nathan mengangkat kedua bahunya, "Gue panik lo ga masuk sekolah jadi gue nanya ke Damara dan dia ngasih tau--"

"Lo bolos sekolah?"

Nathan mengangguk sambil tersenyum membuat Lara tertawa kecil.

"Laraaa, siapa tamunya?"tanya omanya muncul di balik punggung Lara.

"Halo oma!"sapa Nathan ceria.

"Aduh siapa ini? Teman satu kelas Lara ya?"

"Temen satu kelas? Saya Nathan, oma. Pacarnya Lara!"

Lara langsung melotot ke arah Nathan lalu menyenggol tubuhnya.

"Hehehehe ngga kok, oma. Bercanda, saya Nathan, temen sebangkunya Lara."ucap Nathan membenarkan.

"Ayo masuk, makan siang bareng."ucap oma Rosita menarik tangan Nathan masuk.

Oma Rosita dan Opa Hadi sangat ramah pada Nathan, begitu juga sebaliknya. Senyum Lara mengembang saat melihat Nathan akrab dengan oma dan opanya.

Mereka berpamitan saat hari sudah mulai gelap. Selama perjalanan kembali, mereka saling tertawa dan mengobrol tetang apa saja. Lara seakan menemukan cahayanya kembali dalam diri Nathan.

Setelah memberikan tumpangan pada Nathan, Lara menyetir mobilnya kembali menuju rumah. Saat ia baru saja masuk ke dalam rumahnya, ia sudah disuguhi dengan pemandangan tak sedap dari ayahnya dan PSK.

Ia mencoba tak peduli dan mencoba berjalan ke kamarnya dengan tenang.

"Darimana kamu malam-malam gini baru pulang?"tanya Martin.

Langkah Lara terhenti lalu menatap ayahnya dengan tatapan tak percaya, "Kok tiba-tiba papa peduli?"jawabnya.

Martin mendekat ke arah anaknya dan tercium bau alkohol yang menusuk di hidung Lara. "Papa nanya kamu darimana?!"ucap Martin menaikkan sedikit nada bicaranya.

"Dari rumah oma Rosita."

"Lapor apa kamu sama omamu? Tadi papa dapet telfon kamu gamasuk sekolah. Kamu mau malu-maluin papa ya?!"

"Udahlah, pah. Lara capek."ucap Lara mencoba menghindari namun ayahnya langsung mencengkram kuat pergelangan tangan Lara. "Aaww!! Lepasin, pah! Sakitt!"ucap Lara meronta.

"Awas kamu bolos lagi!"ucap Martin lalu melepas tangan anaknya dan kembali menyelesaikan urusannya dengan PSK.

Lara berlari masuk ke kamarnya lalu mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Ia memegang kepalanya yang tiba-tiba berat. Gue pengen semuanya berakhir.

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang