oh. you.

214 28 26
                                    

Kak Nada menjawil bahuku. "Nggak pulang?"

"Iya, ini mau pulang. Lagi nunggu temen, Kak," kataku sambil merapikan isi tas. "Lo pulang naik apa?"

"Bawa mobil. Yakin nggak mau bareng sampe mana gitu? Eh, lo tuh tinggal di mana sih, masih ngekos bukan?" tanyanya sembari berjalan bersisian keluar ruangan yang sudah sepi, karena teman-temanku yang lain sudah lebih dulu pulang.

"Iya, Kak. Udah santai aja. Ati-ati nyetirnya ya, awas macet ke Pejaten," jawabku. "Hahaha, iya nih. Duluan ya, Ra!"

"Dah, Kak," aku melambaikan tangan, lalu mengambil ponsel dari saku, bermaksud mengirim pesan ke Biru.

Langkahku terhenti ketika aku nyaris menabrak orang di depanku. Aku baru akan meminta maaf ketika menyadari siapa yang ada di hadapanku.

Dan kalau melihat mukanya, aku rasa dia juga tidak menyangka bisa ketemu aku.

"Hai, halo," sapanya.

"Hai, Sekar, apa kabar?" jawabku.

***

Gue tuh sebenernya jarang main ke Pusat Kegiatan Mahasiswa, apalagi buat jemput Hera. Makanya sekarang gue berdiri doang di lantai bawah, menunggu pesan gue untuk Hera terkirim.

Danarjati Biru Neruda
eh gue udah sampe
lo nunggu di mana?

"Lah, Biru? Ngapain lo?" gue mendongak dan berdecak melihat Joni berdiri di depan gue. "Eh, Jon. Gue mau jemput temen gue. Lo ngapain?"

"Tadi ada rapat sama anak radio. Gue pikir lo salah jadwal, rapat OKK bukannya baru minggu depan kan?" sesuai obrolan iseng gue dengan Joni dan Trian, kami bertiga akhirnya melamar jadi panitia OKK dan ternyata sama-sama diterima.

Kalau Joni jadi sie dokumentasi, Trian jadi sie acara, sementara gue jadi anak komdis. Kalo kata Bang Teguh, udah sesuai sama muka masing-masing. Entah apa maksudnya.

"Hahaha, nggak lupa itu mah. Eh, Jon, tempat anak dance tuh di mana sih?" tanya gue.

"Naik sekali, trus dari tangga lo ke kiri. Dia ada di ruangan ketiga atau keempat, pokoknya ada tulisannya kok," jelas Joni, lalu tertawa pelan saat gue berusaha menyembunyikan buket bunga di tangan gue.

"Classic move, Ru. Who would have thought, eh,"

"Sst ah. Naik dulu gue, Jon. Dah,"

"Go get her, Romeo!"

"Shut up."

Gue menghela napas sebelum naik dan mengikuti arahan yang tadi dikasih Joni. Sampai di lantai 2, gue memang menemukan Hera. Tapi dia nggak sendirian.

***

"Baik, Ra. Kok lo lama nggak keliatan?" tanya Sekar sambil tersenyum. Aku paham maksud Sekar.

Radio kampus dan UKM tari sama-sama bermarkas di sini, beserta sejumlah UKM lain.

Dan layaknya lingkaran pertemanan di manapun, selalu ada yang saling kenal di antara anggota UKM, lalu akhirnya saling mengenalkan dengan teman-teman yang lain.

Belum lagi kebiasaan jajan di kantin kecil di dekat parkiran atau nongkrong menunggu hujan reda. Makanya aku dan Sekar bisa saling kenal, bahkan sebelum aku kenal Cakra.

"Ada kok, Kar, cuma lagi jarang nongkrong aja kemarin tuh. Biasa, banyak tugas," jawabku. "Lo abis ada apaan?"

"Rapat sama anak-anak radio. Ini lo mau pulang atau..."

In the Mood for RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang