Edo
Pusat KotaBeberapa minggu kemudian setelah pertempuran yang menguras tenaga, pemikiran, tentara dan sumber daya. Kedua belah pihak telah mengalami banyak kerugian dan kehilangan terutama dalam hal tentara.
Meskipun kedua belah pihak sama sama menderita kerugian, pihak Tokugawa bisa dibilang kalah cukup telak dari Toyotomi. Wajar saja, dalam hal persiapan Toyotomi lebih matang ditambah benteng Osaka adalah salah satu benteng yang sulit ditembus di seluruh daratan Jepang. Mereka juga diperkuat oleh banyak panglima dan perwira yang sangat handal dan hebat dalam menyusun strategi dan bertempur melawan musuh musuhnya. Memang, Tokugawa juga diperkuat banyak jendral yang cakap namun tetap saja kali ini Toyotomi yang menang.
Seluruh pasukan Tokugawa telah berhasil mundur dengan selamat ke kota Edo, banyak diantara mereka yang mengalami luka parah dan ringan, namun hampir setengah dari pasukan Tokugawa tewas dalam penaklukkan kota Osaka di musim dingin.
Sesampainya di kota Edo, Ieyasu bersama para tetua dewan segera mengadakan rapat tertutup. Mereka membahas mengenai gencatan senjata yang akan dilakukan dengan Toyotomi. Meskipun banyak yang menentang mengenai keputusan Ieyasu namun dengan pengalaman dan kebijaksanaan Ieyasu, ia dapat meyakinkan para dewan bahwa gencatan senjata adalah satu satunya cara untuk mengulur waktu dan kembali membangun pasukan untuk nantinya menyerang Osaka kembali.
Kabar pasukan Keshogunan Tokugawa yang kalah di Osaka menyebar dengan cepat, baik di kalangan para bangsawan dan rakyat jelata di seluruh Jepang, hal itu sangat tidak menguntungkan bagi Tokugawa karena dengan begitu rakyat akan mulai meragukan mengenai kepemimpinan Tokugawa, hal itu juga menyebabkan pengikut pengikut Toyotomi yang masih setia akan mulai bangkit dan memiliki moral yang bagus untuk bergabung dengan Toyotomi dan menggulingkan kekuasaan Tokugawa.
Sementara itu, rakyat Edo yang menyaksikan kembalinya para tentara yang banyak terluka dan terbunuh, mereka mulai risau dan khawatir. Bahkan beberap hari semenjak kepulangan para tentara, hampir seluruh rakyat Edo berduka cita, tawa dan suasana yang menyenangkan di kota Edo sebelumnya seolah olah lenyap ditelan bumi dalam sekejap.
***
Sementara itu, Nobushige telah sampai di rumahnya. Ia diberi cuti oleh Shogun untuk istirahat dan memulihkan kekuatannya setelah perang yang cukup panjang. Malam itu Nobushige tengah berada di ruang tengah rumahnya, dimana ia sedang duduk dan terlihat istrinya Nobume tengah merawat luka yang berada di tubuh Nobushige akibat pertarungannya dengan Yukimura. Meskipun lukanya hanya luka ringan, Nobume nampak terkejut saat pertama kali melihatnya. Wajar saja selama ia mengenal Nobushige, ia tidak pernah melihat suaminya itu terluka sedikit pun.
" Syukurlah kau dapat pulang dengan selamat.. anata~ " ujar Nobume dengan nada lembut sambil membersihkan luka di tubuh Nobushige dengan kain basah.
" Ya.. aku beruntung masih bisa hidup.. " balas Nobushige sembari melirik istrinya yang nampaknya sudah selesai membersihkan luka Nobushige dan segera Nobushige memakaikan kembali kimono berwarna merah tua miliknya itu.
Nobume menaruh kain basah itu di wadah kecil berisi air hangat dan ia duduk di hadapan Nobushige. Tangan kecilnya itu memegang wajah Nobushige dan jari jari lentik miliknya mengusap dan meraba wajah Nobushige dengan lembut.
" Jangan pernah meninggalkanku.. aku tidak tahu apa jadinya kalau kau tewas di medan perang dan akhirnya meninggalkan kami.. " ucap Nobume. Mendengar ucapan istrinya, Nobushige hanya terdiam sambil menatap istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ronin: Rebellion
Historical Fiction(•Warning •) (Cerita ini hanya rekaan belaka, tanpa bermaksud merubah catatan sejarah yang terjadi. Beberapa cerita akan sedikit berbeda dari aslinya) *** Mungkin kebanyakan orang menganggap bahwa seorang Ronin itu han...