PART 5

14 9 3
                                    

[Musik itu, nada nada indah yang akan selalu terngiang di otakmu. Tak peduli apapun perasaan hatimu saat itu]

Seminggu kemudian...

Kamu buat aku tersipu buatku malu malu, saat bersamamu, saat kau senyum padaku. Kok merinding bulu ku? Kok jadi gugup aku? Saat bersamamu. Saat bersama dirimu

Lagu CJR terus ku lantunkan di kamarku. Entah kenapa aku tiba tiba suka lagu ini. Mungkin karena sesuai dengan keadaan ku saat ini.
Hari ini adalah hari pertama musim salju. Indah sekali. Aku menyukainya. Butiran butiran putih dingin itu sudah berjatuhan sejak pagi tadi.

"Lebih baik sekarang aku mengajak Martin bermain bersama. Eh, bukan kah seminggu yang lalu Martin masuk rumah sakit, dan selama seminggu dia tidak masuk sekolah? Tapi mungkin saja dia sekarang sudah sembuh" pikirku

Aku pun mengenakan pakaian hangat dan pergi keluar, ke rumah Martin yang sangat dekat dengan rumahku.

"Permisi, Martin Martin!!" Teriakku di depan pintu rumah Martin
Tidak ada jawaban, ku ketok ketok pintu rumah Martin, masih tidak ada jawaban. Ku intip dari jendelanya. Kosong. Tidak ada siapapun di rumah ini.
"Aneh, apa mungkin Martin belum pulang dari rumah sakit?! Hah? Lama sekali?" Kataku pada diriku sendiri
"Ya sudah lah, besok saja. Aku mau jalan jalan saja ah"

Aku pun berjalan di atas tanah bersalju ini. Anak anak dengan senangnya bermain perang salju. Dulu aku juga seperti itu. Dulu, aku bermain salju bersama kedua orang tuaku. Aku bermain perang salju melawan papa. Mama duduk di kursi sambil membawa bekal. Jadi, setelah main, kami makan bersama di taman.
Kenangan yang indah. Kenangan yang kelam. Kenangan yang menyedihkan.

Pikiranku melayang jauh. Aku merindukan saat itu. Tapi, kini, semuanya telah berubah. Sudah tidak seperti dulu lagi. Aku pun sudah lupa kapan terakhir aku bermain salju bersama orang tuaku. Akhir akhir ini, mereka terlihat sangat cuek satu sama lain. Mereka juga tidak memperdulikanku lagi. Makan bersama saja sudah tidak pernah. Ah, jangankan makan bersama, ngobrol saja sudah tidak pernah.

"Ini semua karena mama selingkuh!!!! Dasar wanita aneh!! Wanita jahat!! Wanita jelek!! Lebih baik dari dulu papa tidak usah menikah denganmu saja!!" Teriakku
Hiks hiks hiks.. ini semua karena mama
Air mataku tidak terbendung lagi setelahnya.

.

.

.

.

.

"Selamat siang dok, saya datang untuk kontrol"
"Ah iya Bu, astaga ibu, rambut ibu! Sudah rontok semua!"
"Iya dok, kepala saya juga sering sakit, dan saya rasa, tubuh saya semakin kurus"
"Baiklah saya periksa dulu ya Bu"

10 menit kemudian

"Bu, maaf, hmm.. hasil pemeriksaan saya masih sama seperti biasanya. Penyakit kanker leukimia yang diderita ibu ini sudah stadium 4. Tapi, entah kenapa, kanker ini lebih kuat. Ibu sudah meminum semua obatnya kan?"
"Iya dok, saja minum obatnya sesuai aturan"
"Hah... Begini Bu, kalau ibu seperti ini terus lebih baik ibu rawat inap saja"
"Tidak bisa dok, saya harus mengurus rumah"
"Soal mengurus rumah serahkan saja pada anak ibu. Dia perempuan kan?"
"Iya dok, baiklah saya coba tanyakan dulu pada mereka. Besok saya akan ke sini lagi"
"Iya Bu, semoga cepat sembuh ya. Jangan kehilangan semangat Bu!"
"Baik, terima kasih dok, saya pulang dulu. Selamat siang"
"Sama sama Bu, selamat siang"

Apakah mereka berdua masih peduli padaku? Aku tidak yakin...

.

.

.

.

.

Di perjalanan, aku bertemu seseorang. Orang itu lagi. Mereka lagi! Mereka yang kulihat setiap pulang sekolah. Aku penasaran sekali! Apakah itu papa? Dan, siapa wanita itu? Kenapa mereka selalu pergi ke club?
Kuikuti mereka. Beruntung, saat itu, laki laki itu menoleh ke belakang, dan aku melihat wajahnya dengan sangat jelas. Papa!! Astaga, itu papa kan? Kenapa dia selalu pergi ke club bersama wanita itu? Dasar jalang!!
"Aku tidak akan membiarkan papa selingkuh!!"
Lihat saja nanti!! Akan ku laporkan pada Mama!!
"Pokoknya aku tidak akan membiarkan papa selingkuh! Mereka memang harus diberi pelajaran  sekarang juga!"
Aku berlari ke arah mereka, dan aku pun menampar wanita jalang itu dengan sekali tamparan tapi sangat kuat hingga jalang itu terjatuh di tanah.
Papa terlihat marah, tapi jalang itu langsung ku tendang, lalu ku jambak dan ku acak acak rambutnya, dan aku sudah mengepalkan tanganku hendak memukulnya tapi dengan cepat jalang itu berlari. Kulihat tadi di pipi jalang itu ada warna merah. Sepertinya itu bekas tamparan ku, aku merasa menang.
"Dasar jalang!!! Jauhi papakuu!!! Wanita jalang!!!" Teriakku pada wanita jalang yang sudah lari itu

MUSIC MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang