BAB III - Black Widow Forest

7.3K 140 0
                                    

Kabut tebal tiba-tiba datang. Menyelimuti mereka berdua. Pak flapi langsung menyuruh Arthur segera keluar dari hutan ini. Karena sepetinya, hal yang tidak beres tiba. Dengan jarak pandang yang terbatas mereka berusaha keluar dari hutan itu. Perlahan tapi pasti. Hingga tiba-tiba arthur terpelosok kedalam lubang yang cukup besar dan dalam. Pak flapi yang ketakutan dan panik langsung berteriak memanggil arthur.
"Tenang pak, tenang. Saya masih disini. Lubangnya sepertinya dalam sekali. Tali yang saya bawa tidak cukup panjang untuk menarik saya keluar. Selain itu kaki saya sepertinya terkilir. Sakit untuk digerakan" teriak arthur dari dalam sambil memegangi kakinya

"Haduh giaman ini. Tenang ya pak tenang. Sepertinya ini tidak jauh dari bibir hutan. Saya akan coba keluar hutan dan mencari bantuan. Bapak tenang disana ya pak." Dengan secepat mungkin pak flapi berlari menjauh i arthur menuju tepi hutan. Dan meninggalkan arthur. Namun arthur masih sangat tenang, karena ia masih selamat. Meski kakinya terkilir, ia berusaha mengaktifkan radio komunikasinya. Namun usaha itu sia-sia, aneh sunggu. Tidak ada sinyal yang bisa ia tanggap. Akhirnya ia hanya berusaha membetulkan kembali otot kakinya yang terkilir. Karena memang ia pernah melihat teknik pijatnya di Thailand. Setelah beberapa kali usaha, kakinya bisa digerakan meski sedikit lemas. Dalam hatinya terus bertanya, kenapa ada lubang sebesar ini dijalur ini? Padahal ini jalur yang ia lalui saat berangkat dan ia merasa berada persis di depan pak flapi, tapi kenapa hanya dia yang terpelosok kedalam? Namun tidak ingin berpikiran buruk, ia terus berusaha keluar dengan memanjat dan melempar-lempar tali yang ia miliki. Udara yang panas dan lembab membuatnya berkeringat cukup deras. Kemeja coklatnya yang kotor semakin kotor karena keringatnya yang membuat tanah menempel. Mungkin karena kelelahan, dan kakinya yang nyeri ia merasa mengantuk dan tanpa ia sadari. Arthurpun tertidur.

Arthur yang mulai membuka matanya, perlahan ia melihat sekeliling. Ada yang aneh, ia terbaring diatas papan ditengah gubuk. Mungkinkah ia sudah di selamatkan dalam hatinya. Namun, kenapa tidak dibawa kerumah sakit? Atau ada warga sekitar yang membantunya? Banyak pertanyaan yang bermunculan di dalam benatnya. Ia berusaha menggerakkan kakinya yang terasa ringan. Dan baru ia sadari, lecet luka di kaki dan tangannya hilang. Namun, pakaiannya masih tetap lusuh dan kotor. Lantas bagaimana luka itu hilang? Sudah berapa lama ia tertidur? Saat ia mulai keluar dari dalam ruangan di gubug itu, ia menyadari satu hal. Ia berada di desa yang tidak ia kenal. Tempat ini bukanlah lokasi motel. Dengan jarak pandang pendek karena kabut, ia melihat ada beberapa rumah gubug yang berjarak cukup jauh satu dengan yang lain.

" sudah siuman nak?"
"Eh.., maaf bapak. Kalau boleh tau saya ada dimana ya pak?"
"Teman saya melihat aden tidak sadarkan diri didalam lubang jebakannya. Ia membawa aden kemari, karena saya ketua desa ini. Syukur kalau aden baik-baik saja. Karena aden sudah tidak sadarkan diri selama 1 minggu. Kami semua sempat bingung, dan hanya menyuapi aden dengan air gula terus menerus"
Percakapan pun berlanjut dengan penjelasan kepala desa bahwa ia berada di luar hutan. Tapi desa ini jaraknya cukup jauh dari lokasi kota tempat motelnya berada. Karena desa ini berlawanan arah dari bibir hutan yang arthur masuki. Namun setelah sekian lama mereka bercakap-cakap. Arthur menyadari hal yang aneh. Bagaimana bisa orang desa bisa berbicara bahasa inggris? Apa mungkin? Namun pikiran itu ia singgkirkan karena ia merasa beruntung masih selamat. Kepala desa berkata bahwa didesa ini hanya ada 1 kendaraan yang bisa mengantarkannya ke desa sebelah. Namun ia harus menunggu karena kendaraan itu masih di pakai untuk berbelanja kebutuhan desa di kota. Mungkin sekitar 2 hari harus menunggu. Karena biasanya warga yang berbelanja akan menginap di kota.

Tidak ada hal aneh bagi arthur. Kepala desa itu baik, bahkan arthur diberi makanan dan buah-buahan untuk menyegarkan kondisi tubuhnya. Kepala desa bercerita bahwa ia istrinya telah lama meninggal dan anaknya berkerja di kota. Setelah makan, arthur diajak berkeliling desa. Desa yang berkabut ini terasa damai. Ada yang menanam padi, berkebun dan berternak. Suasana yang damai sekali.

"Nak arthur tidak mau mandi? Untuk menyegarkan diri?"
"Oh ia pak" jawab arthur cukup terhibur karena badanya yang terasa gatal dan bau. Diantarlah arthur menuju sebuah sungai yang memiliki air yang sangat bening dengan air yang sangat menyegarkan ditengah panasnya udara. Ditinggal lah arthur oleh kepala desa. Dengan rasa senang ia segera melepaskan seluruh pakaiannya dan mandi. Meski tanpa sabun ia merasa sudah sangat segar karena airnya yang sangat jernih. Tanpa ia sadari, dari kejauhan dibalik semak dan pohon ada yang mengawasinya mandi.

Falling DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang