PEMUDA DAN SEBUAH RASA
MaesyurohAku pernah bertemu dengan ia yang pernah mengisi kekosongan hatiku. Raina namanya. Tapi aku lebih sering memanggilnya Rain, perempuan hujan. Mengapa demikian? Ya, karena kami saat itu tak sengaja bertemu di sebuah halte saat hujan mengguyur sudut kota. Dan entah apa rencana tuhan, setelah hari itu kami menjadi sering bertemu dan mulai kenal satu sama lain.
Satu bulan berlalu ...
Saat ia menjawab pintaku yang membuat seluruh tubuhku bak disambar petir kilat. Aku marah dan mengutuk keadaan.
"Rain, maukah kau menjadi pacarku?" kataku, memberanikan diri untuk mengungkapkan.
"Maaf, aku sudah punya tunangan," jawabnya.
Aku hanya diam, dan berusaha menghela napas.
"Kukira kedekatan kita hanya sebatas teman saja" tambahnya dengan penuh kehati-hatian.
Karena kejadian itu, kami tak lagi pernah berjumpa apalagi tuk saling sapa.
Ya, seharusnya sebuah rasa tak membuat kami enggan menyapa, tidak pula membuat kami berusaha tuk saling lupa, bukan juga berusaha tuk menghapus segalanya.
Seharusnya, aku tak mengekspresikan rasaku dengan cara demikian, sehingga tak akan pernah merasa dikecewakan.
Seharusnya sebuah rasa bisa menjadi perantara tuk saling menjaga— sekalipun tak pernah jumpa.
Dan seharusnya, hanya Allah yang Maha Cinta yang tahu perasaanku kepada salah satu hamba-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CORETAN JOFISA
SpiritualHighest rank 1 in #singlelillah (28 September 2018) Halal copas asal cantumkan sumber© Ingatlah Allah Maha Melihat lagi Maha Mengetahui. image by pinterest edit cover by maesyuroh