^1^

109 16 14
                                    

***

Sinar matahari yang beranjak naik, memuaikan bayangan benda melebihi ukuran aslinya. Putih menyandarkan tubuhnya pada bangku kayu di taman belakang sekolahnya. Berusaha mencari posisi santai.

"Biru kemana sih, mana buku novel gue masih dibawa lagi," gumamnya pada diriku sendiri. "anjir emang tuh si kucrut, main ngambil aja barang orang ga bilang bilang," sambungnya lagi.

"ehem, Ada yg ngedumel tentang gue nih. ulala fans dadakan," ujar seseorang di belakangnya.

"paan si, mana buku gue nyet?, balikin sekarang!"

"yaelah galak amat si, gua baru baca setengah. beh tuh novel baper gilaa," Biru mulai mengeluarkan jurus alay nya.

"lah, emang baper tuh novel. Makanya balikin kebo tai ayam," Nadin berdiri melenggang pergi. Biru yang melihatnya heran. Dia ngeri sendiri jika Putih ngambek padanya. Bisa-bisa tidak ada yang membantunya mengerjakan PR lagi.

"Put Putih, jangan marah lah Put, gue bercanda aja Put," rayu Biru sembari memanyunkan bibirnya.

"lah, apaan si. Lepasin tangan gue nyet, jijik gue," ucap Putih dengan tangan melayang menjitak dahi Biru.

"orang gua gak marah, lu gak denger apa ada bel?" sambungnya.

"owh ada bel ya, kirain gorila lagi marah," mata Putih sukses melotot. satu tonjokan berhasil mendarat di pipi Biru.

"cantik-cantik kok ganas"

Mereka berjalan beriringan. Biru yang sedari tadi mengelus-elus pipinya pun hanya mendumel sambil sedikit beradu ejekan dengan putih. Selalu. Mereka selalu seperti ini. Akur?, iya kadang. Tapi lebih banyak berantemnya. oke skip.

Mereka memasuki kelas. Suasana hening damai, maksudnya riuh gemuruh seakan mengurung telinga mereka. Di pojok sana-sini, banyak para penggosip heboh membicarakan sesuatu. Putih yang bisa dibilang gabut berbalik badan, menghadap meja Biru yang berada di belakang meja nya.

"eh, ada neng gorila. Ngapain hadep sini? kangen ya?"

"enak aja, gua tonjok lagi mau?, gue tuh gabut cepot. Makanya gua cari temen deh." jelas Putih.

"iya iya, sini biar gak gabut lagi, gue kasih lo ini" ujar Biru dengan menyodorkan album kecil warna hitam bunga bunga kepada Putih. Tangan Putih dengan cekatan meraihnya.

"waa, apa ini. tumben lu baik"

"babang Biru mah selalu baik neng geulis"

"paan sih, jijik gua liat lu" ujar Putih sambil berbalik badan. Biru pun hanya menatap Putih dengan senyum centilnya. Putih membuka album kecil itu. dibukanya satu persatu gambar yang ada. Album itu adalah album masa kecil mereka. Bola mata Putih tak henti-hentinya menatap wajah gadis kecil berambut keriting itu. Rambut keriting yang dikuncirkan kuda, mengenakan baju atasan warna biru. Sedangkan yang berdiri disampingnya, terdapat anak lagi lagi yang sedang mengenakan baju atasan putih. Bibir Putih sedikit terangkat. Menampilkan senyum sejuk dari wajah ayu nya.

Ia berbalik menatap Biru yang tengah berbincang dengan teman sebangkunya ==Hendra. Ia mengamati detail wajah Biru yang sekarang dengan Biru yang di album. Tampak beberapa perbedaan yang terlihat. Gigi ompong sudah tidak ada, pipi bakpao sudah hilang, wajah kekanak-kanakan berubah menjadi wajah yang indah.

"Putih, ngapain lo liatin gua?" pertanyaan itu sukses membuat Putih ternganga.

"em, anu, itu, dulu lo ompong ya sekarang udah engga," Alis Biru seketika naik sebelah.

"Tapi sekarang ganteng kan? alaah, bilang aja kali kalo gua ganteng,"

"apaan sih"

Jam kosong membuat kelas mereka bak sehabis gempa. Meja-meja tak beraturan dan kertas-kertas berterbangan. Putih hanya terdiam menyendiri sampai bel istirahat berbunyi.

"Putih, kekantin yok" ajak Cahaya yang biasa dipanggil Caca oleh teman-teman nya.

" Males ah ca, di kantin pasti rame deh. Apalagi ntar aca gerombolannya Biru. Males gue sama si kucrut tai kebo,"

"Lo jangan terlalu benci deh, ntar jadi suka loh."

"apaan sih Ca ngaco deh. Yaudah sana, gua titip beliin cilok sama air mineral."

"Yah, udah gue duga. Lu pasti nitip. Ntar ya gue kekantin bentar,"

"Iya hati-hati Caca baik,"

-----

Salam dari author yg imut nan baik.
Adiska Orva
Diva Salma

Give Me LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang