Putih berjalan cepat dengan baju yang terlihat basah. Langkahnya terhenti tepat di depan kaca toilet. Amarahnya tampak membara. Ia tak habis pikir kenapa Putri tega melakukan itu. Putih tau jika Putri sengaja menumpahkan es lemon pada kemeja nya. Tangannya berusaha membersihkan baju yang terkena tumpahan.
"Dia kenapa sih, kayaknya gak suka banget sama gue," gumamnya sembari menghidupkan keran air dihadapannya. Raut wajahnya saat ini tampak tak bergairah. Ia melaju pergi ke kelas tanpa berniat untuk kembali ke kantin.
Di sisi lain Biru yang tengah dibuat bingung dengan kelakuan Putih pun hanya bisa berpasrah sembari melangkah. Mata nya terpaku pada seorang wanita dengan baju basah berjalan malas menuju kelas.
"PUTIIH!!" panggilnya. Putih tak menggubris.
"PUT--" ucapan Biru terpotong dengan kehadiran Putri dari belakang.
"Kak Biru, ayo ke kantin lagi" ajak Putri yang diam diam tersenyum sinis.
"Ntar ya, gue mau nyemperin Putih dulu," ucap biru. Biru tampak melangkahkan kakinya. Namun usahanya gagal ketika sebuah tangan mencengkeram kencang menarik paksa nya.
"Ayolahh kakkk, ayo ke kantin."
"Gamau, gue mau nyamperin Putih," tangan Putri berhasil terhempas. Dengan cepat kilat Biru menghampiri Putih ke kelas. Putri terdiam dengan senyum dipaksakan. Tangannya mengepal, mata nya menyipit mengiringi perginya tubuh jenjang itu. Putri terus memanggil Biru namun tampak tak tergubris.
Tapak kaki Biru kali ini tertangkap Di telinga Putih. Putih tampah menundukan kepala dimeja dengan sebuah cardigan hijau yang menyelimuti nya.
"Put," Putih terperanjat. Ia menatap malas orang yang sekarang sedang berdiri di depannya. Tangan lentiknya berhasil menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga. Putih mengangkat kedua alisnya, tanda menanyakan maksud tujuan Biru berdiri di hadapannya.
"Lo ngapain minggat sih?, yaelaah" ujar Biru dengan tangan tersilang di depan dada.
"Masih nanya lagi, lo gak liat??" ujar Putih tanpa semangat dengan menunjuk kemeja basah nya, dan kembali membenamkan kepala.
Biru tak bicara ia hanya menatap putih dengan tatapan tak dapat diartikan. Ia melangkah keluar. Berlari cepat kearah belakang sekolah untuk mencari seseorang.
"Pak Jon!" panggil Biru dengan sedikit berlari. Napasnya pun terengah engah. Tukang kebun yang merasa namannya dipanggil itu tertoleh, dengan tatapan bingung.
"Kenapa mas Biru?" Tanya Pak Jon sembari memungut sampah dengan kedua tangannya.
"Kak Lala masih punya kemeja putih gak pak?",
"Masih ada kayaknya mas, kenapa?" tanya Pak Jon yang masih sibuk dengan daun daun yang berserakan.
"Boleh pinjem gak pak?, Urgen banget niih,"
"Oalah, ambil aja mas di gantungan baju belakang pintu," ujar Pak Jon dengan tangan mengudara menunjuk sebuah gubuk dekat parkiran yang kebetulan digunakan oleh Pak Jon sebagai tempat tinggal.
Dengan langkah macan Biru segera mengambil kemeja tersebut dan kembali ke kelas.
........
"Nih,"
Putih tenganga. Mulutnya terbuka lebar melihat apa yang dibawakan Biru kepadannya. Sebuah kemeja dengan nama Lala Laila Siska berhasil membuat Putih tak bergerak.
"Lo sampai pinjem Kak Lala Bir??, ngapain repot-repot sih
Bir, bentar lagi juga pasti kering aelaah,""Udah sana pakai aja biawaaakk,"
"Iyeeee"
5 menit lagi bel masuk. Putih keluar dari kamar mandi dengan baju kelonggaran, yang spontan membuat tawa Biru meluap.
"Lagian sih lo mungil banget hahahahaha" ejek Biru. Putih hanya memutar malas bola matanya. Dengan jari tengah tampak mengudara di depan manik mata Biru.
"Sialan lo!"
"Buruan bege, udah masuk niih," ujar Biru. Tangan kanannya menarik paksa tangan Putih dengan sedikit kencang. Membuat mood Putih anjlok seketika.
"Sabar kek, aelaahh" dengus Putih.
Suasana riuh gemuruh dari kelas terdengar dari luar. Sepertinya Pak Supra belum masuk kelas. Langkah kaki mereka terus berayun menuju bangku nomor 3 dari depan. Suasana siang ini dihiasi langit gelap. Mendung yang berarak. Benar-Benar mewakili perasaan Putih yang tak beraturan oleh Keadaannya yang sedang datang bulan. Ditambah lagi rasa jengkelnya terhadap Putri yang telah membuatnya menjadi sorotan di kantin.
Setengah jam berlalu dengan Pak Supra yang tak kunjung masuk kelas. Putih tak sengaja terpaku pada wajak Biru. Sampai akhirnya mata mereka bersamaan terkontak. Biru tersenyum. Dengan wajah tanpa beban, Ia memanggil nama Putih. Putih pun menoleh. Biru mulai membuka pembicaraan.
"Lo kenapa diem aja si?" tanya Biru. Putih terdiam. Setelah beberapa menit berselang, Putih mencoba menjawab.
"Gapapa, mood gue jelek aja," jawab Putih berterus tetang.
Biru terdiam. Ia tahu kejadian di kantin membuat Putih tak bergairah. Namun di pikiran Biru, Putri tidak mungkin sengaja melakukan itu. Ia tak habis pikir dengan teman sebangkunya ini.
"Gara-gara tadi?"
Putih tak bersuara. Ia tak menggubris pertanyaan Biru. Beberapa menit berselang mereka kembali terdiam. Suasana kembali hening sebelum Biru angkat Bicara. Wajahnya terlihat mengisyaratkan sesuatu.
"Put, gue pengen tanya dong," Pinta Biru. Putih hanya mengangguk pelan.
"Kemarin jaket yang lo pake punya siapa?" Tanya Biru. Putih ternganga.
"Kenapa emang?"
"Jawab dulu, jaketnya punya siapa? Ben?" Ulang nya. Putih mengerutkan keningnya, sembari mengangguk.
"Kok bisa ada di Lo jaketnya?" Tanya Biru. Raut wajahnya tampak tak suka. Jantungnya berdetak kencang. Nada bicaranya sedikit meninggi.
"Kemarin gue tembus, terus dia yang tutupin pake jaketnya. Kalo dia gak gercep, gue udah malu begee," ujar Putih berterus terang.
"Terus, jaketnya udah lo balikin?"
"Belum,"
"Ngapain Lo simpen sih," nada bicara Biru terdengar tak biasa.
"Santuy dong, nanti sore gue balikin." Ucap Putih dengan kedua tangannya melipat cardigan.
"Lo gue anterin pokoknya," ucap sembari memajukan bibirnya.
"Lah, gue bisa sendiri gendut!,"
"Gue yang nganter!"
"Gue naik Grab ajaa"
"BODOAMAT POKOKNYA GUE YANG NGANTER!!!"
------
Salam dari author yang manis
Huekk-readers
Adiska Orva❤ adiskaorva
Diva Salma❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Love
Teen FictionNamanya Putih, gadis petakilan yang punya sahabat bernama Biru. Persahabatan? Ah mungkin lebih tepatnya permusuhan. Karena apa? Mereka akur saja bisa diitung pakek jari. Tapi kalau lagi akur, beh kalian ga bakal tau seberapa lengketnya mereka. Per...