💧Twelve💧

20 2 0
                                    

Author's pov

"Mah....," terlihat seorang laki-laki sedang mencari keberadaan seseorang yang dia panggil.

Kemudian, seorang wanita paruh baya mendatanginya dengan senyuman hangatnya.

"Kamu udah pulang nak?" tanya wanita itu.

Lantas, laki-laki itu melangkahkan kakinya mendekati wanita tadi.

Setelah berada di hadapan wanita itu, kemudian laki-laki itu berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh wanita tadi yang terduduk di kursi roda.

Kemudian, laki-laki itu menyalim tangan wanita yang ada di hadapannya.

"Gimana keadaan Mamah?" tanya laki-laki itu.

Wanita di hadapannya hanya memberikan seulas senyuman hangat.

"Mamah nggak apa-apa 'kok Div" jawab wanita itu.

Menyaksikan mamahnya hanya memberikan senyuman dan perkataan 'tidak apa-apa', laki-laki itu merasa hatinya tersayat sebuah benda tajam.

"Kalo gitu, Diva ke kamar dulu" ujar laki-laki itu kemudian.

Namun, sebuah suara menghentikan langkahnya saat ia akan beranjak pergi.

"Tunggu dulu Div,"

Laki-laki itu menoleh.

"Ada apa Mah?"

"Mamah mau nunjukin sesuatu ke kamu," ujar wanita yang duduk di kursi roda.

"Apa itu Mah?" tanya laki-laki itu penasaran.

"Ayo ikut Mamah," ujar wanita tadi.

Laki-laki itu mengangguk sebagai jawaban. Kemudian, dirinya mulai mendorong kursi roda yang ditempati oleh wanita yang dipanggil Mamah olehnya.

Mereka berhenti disebuah akuarium bekas di sebuah ruangan sempit nan gelap. Laki-laki itu nampak terheran-heran dengan akuarium yang ada di depannya saat ini.

Pasalnya, akuarium itu berisi seekor ular piton. Dan selama ia tinggal di rumah ini, Diva sama sekali tidak tahu tentang akuarium itu.

"Ini apa Mah? Kenapa isi akuarium ini adalah ular piton?" tanya Diva bingung tentang sesuatu yang ditunjukkan mamahnya.

"Ini peliharaan Mamah, sengaja Mamah simpen di sini supaya enggak mengganggu.

Mamah pengen agar kamu menjaga peliharaan Mamah satu-satunya di rumah ini," pinta mamahnya Diva dengan sorot mata yang penuh harap.

Diva menghela napas. Baru kali ini dia tidak paham dengan jalan pikiran sang mamah. Bisa-bisanya mamahnya nekat memelihara seekor ular piton di rumah ini?

Meskipun tak berbisa, tapi menurutnya itu sesuatu yang berbahaya.

"Iya Mah, Diva akan jaga ular itu sesuai permintaan Mamah," jawab Diva pada akhirnya.

Seulas senyum tercipta di sudut bibir sang mamah. Membuat hati Diva terkoyak ketika melihat senyum itu terpancar di wajah sang mamah.

Sudah dua tahun mamahnya melakukan hal yang tidak masuk akal semenjak kecelakaan itu.

Hujan Bulan Desember [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang