💧Seven💧

26 2 0
                                    

Rena's pov

Entah kenapa aku mau menerima permintaan Rendy untuk pergi ke rumahnya. Memang kita akan mengerjakan tugas kelompok hari ini. Dan soal kejadian yang tadi, aku sudah melupakannya.

Aku rela digampar oleh Diva untuk melindungi Laras. Walaupun, ya itu sangat menyakitkan. Dan aku rela mengerjakan semua bagian Diva. Aku rela berkorban untuknya karena aku mengaguminya.

"Kamu rumahnya dimana?" tanya Rendy tiba-tiba.

Sekarang, kami sedang berjalan menuju ke Rumahnya Rendy.

"Rumah aku dua blok dari sekolah,"

"Kamu tinggal sama siapa?" tanyanya lagi.

"Emm aku tinggal sama Mama, Papa, juga dua orang kakak," jawabku sekenanya.

"Oh, pasti seru ya tinggal sama keluarga," tukas Rendy.

"Mungkin itu seru buat kamu Ren,tapi buat aku,kayaknya itu mustahil," batinku.

"Iya," jawabku berbohong.

"Kita udah sampe," ujarnya tiba-tiba.

Aku melihat rumah yang ada dihadapanku saat ini. Megah. Itulah kata pertama yang muncul di benakku. Sebuah rumah bergaya klasik Eropa dan bernuansa maskulin dengan cat berwarna putih seakan-akan tidak ingin terlepas dari penglihatanku.

Rumah ini memiliki dua lantai dengan gaya taman khas mansion kerajaan di halaman rumahnya. Sungguh elite dan sangat mewah. Aku terkagum untuk beberapa saat hingga sebuah suara berhasil mengalihkan perhatianku.

"Ren," panggil Rendy.

"Ehh, iya, kenapa Ren?"

"Kamu kenapa?" tanyanya.

"Oh, emm aku nggak papa kok," jawabku sambil menampilkan senyum untuk menutupi keterkejutanku.

"Aku cuman mengagumi rumah kamu aja," sambungku.

"Oh, ya udah kita masuk yuk," ajaknya.

Aku mengangguk. Aku pun mulai mengikutinya dari belakang.

"Kamu tinggal sama siapa di rumah ini?" tanyaku setelah kami masuk.

"Aku cuma tinggal sendiri," aku berhasil terkejut ketika dia menjawab seperti itu.

Bagaimana bisa di rumah sebesar dan semegah ini dia hanya tinggal sendiri?

"Lalu,orangtua kamu?"

"Mereka udah meninggal," jawabannya kembali membuatku terkejut.

"Oh, maaf, aku nggak bermaksud" ucapku cepat-cepat.

"Nggak papa kok," jawabnya.

"Kamu tunggu dulu disini ya,aku mau buat minum dulu," katanya.

"Nggak usah repot-repot loh padahal," ujarku.

"Udah, nggak papa, kamu kan tamu disini. Tamu itu adalah yang paling utama di rumah ini,"

"Oh ya udah, makasih ya,"

"Iya,"

Kemudian Rendy pergi. Sambil menunggu Rendy, aku memilih untuk melihat-lihat barang-barang yang ada di rumah ini.

Sekilas, barang-barang di rumah ini mirip sekali seperti pernak-pernik di istana-istana kerajaan dalam dongeng.

Disaat tengah memperhatikan beberapa barang, tak sengaja aku melewati kamar Rendy yang pintunya terbuka. Entah karena rasa penasaranku yang begitu besar, aku tiba-tiba saja langsung masuk ke dalam kamar Rendy.

Hujan Bulan Desember [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang