EMPAT

52 7 0
                                    

"Lo kok tadi bisa telat bareng Archen sih? Gimana ceritanya?" Tanya Dean usai melahap potongan siomay terakhirnya.

"Gue ketemu dia di halte."

"Dia enggak secara sukarela nawarin lo buat bareng, kan?"

"Belum." Ucap Athena santai.

Dean mengerutkan keningnya. Entah karena mendengar jawaban Athena atau karena es lemon yang diminumnya.

"Mungkin emang sekarang Archen masih cuek sama gue, tapi lihat aja nanti." Athena mengatakannya seolah-olah itu mudah saja terjadi.

"Lo beneran jatuh cinta sama dia, Na?"

"Dia beda, De. Entah kenapa ada sesuatu dalam diri Archen yang orang lain gak tahu."

"Deketin Archen gak semudah deketin si kunyuk itu, Na." Dean kemudian melirik ke arah pintu masuk kantin,

Athena yang melihat kedatangan Kheanu, hanya tertawa setelah mendengar perkataan Dean.

"Anjir, lo berdua ngomongin gue?" Tanya Kheanu setelah duduk di samping Athena.

"Lo kan hidup emang cuma buat digibahin doang."

Mendengar respon Dean, Kheanu lantas memasang wajah serius, "Na, fix lo salah pilih temen."

Athena tidak berhenti tertawa melihat tingkah Dean dan Kheanu. Keduanya bagaikan tikus dan kucing yang haram hukumnya untuk bertemu.

"Na, nanti jadi kan?"

"Apa? Oh, minum es campur depan sekolah?"

"Iya, jangan ajak si Dean ya tapi."

Dean yang saat itu sedang main handphone, sadar namanya disebut.

"Idih, ditraktir sepuluh mangkok es campur juga gue ogah kalau makannya sama lo." Bukan Dean namanya kalau tidak pakai urat ketika menghadapi Kheanu.

"Yah, padahal gue mau ajak Dean juga." Ucap Athena kecewa.

"Sorry, dengan segala hormat, gue menolaknya."

"Tuh kan, Dean gak biasa minum es campur, Na. Biasa minum air kobokan dia mah."

"Ah, berisik lo. Udah yuk, Na, kita ke kelas."

"Yuk. Kita ke kelas duluan ya, Nu."

"Sip."

Sebelum keluar kantin, Dean menghampiri penjual siomay dan es lemon yang tadi di pesannya.

"Pak, siomay yang tadi saya pesen dibayarin sama Kheanu ya, itu tuh anaknya yang pakai dasi diikat di kepala."

Bapak penjual siomay pun mengacungkan kedua jempolnya. Begitu pula dengan ibu penjual es lemon.

Athena yang baru menyadari perbuatan Dean lantas geleng-geleng kepala, "De, parah lo iseng banget!"

Dean hanya mengibaskan tangan dan berkata, "Santai."

"Huft! Pasti akan ada perang dunia hari ini." Gumam Athena.

Dean hanya tertawa mendengar ucapan Athena.

Namun ternyata Athena salah, hingga jam pelajaran terakhir, Kheanu sama sekali tidak membahas keisengan Dean. Lelaki itu bersikap seperti biasa seolah tidak ada hal menjengkelkan yang terjadi.

"Selamat siang anak-anak." Sapa Bu Siska.

"Siang bu." Jawab semua siswa kompak.

Pelajaran terakhir di hari Selasa adalah Geografi. Walaupun berada di jam terakhir namun Athena tetap menikmatinya. Tidak seperti sebagian besar teman-teman di kelasnya, ketika Bu Siska menjelaskan ada yang sibuk menggambar, memainkan tutup pulpen, hingga berjuang mati-matian untuk menahan rasa kantuk.

Sudut RuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang