9

75 6 0
                                    

"Hai sa" Aku memutuskan untuk berangkat kerja, kulihat Resa yang tengah sibuk menatap laptopnya.

"Hai ra, gimana dah baikan?"

Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Resa yang ditujukan kepadaku.

"pagi semua.. Sa, tolong anak-anak yang sudah dateng suruh kumpul di ruang rapat ya. Dira, ikut saya keruangan." Angga menyapa kami berdua dan kemudian berlalu ke ruangannya. Aku mengikutinya dari belakang.

"maaf soal yang kemarin"

"Nggak apa-apa? Kamu baik-baik aja?"

"Iya.."

"Kamu beneran mau resign?"

"aku belum ada rencana ke sana sih, tapi kalau kamu merasa terganggu karena hal kemarin aku benar-benar minta maaf"

"Bukan begitu, hanya saja jika kamu ingin resign tolong jangan mendadak, biar kita bisa nyari penganti kamu."

Aku hanya menganggukan kepala mendengar kata-kata Angga. Kualihkan pandanganku ke arah lain saat Angga terus saja menatapku.

"tidak ada kesempatan buat aku ya ra?"

"Apa?" Aku menatap Angga, ada perasaan terluka di matanya. "Maaf"entah mengapa aku merasa bersalah kepada Angga.

"tidak apa-apa, kembalilah bekerja."

Akhirnya aku keluar dan melanjutkan pekerjaanku yang tertunda sebelumnya.

***

"klien kita yang kemarin itu beneran calon suami kamu ra?" Resa mulai kepo dan mendekati tempat dudukku.

"Mantan"

"Kok cakep githu malah kamu tinggal sih, buat aku aja sini" Aku menatap Resa tidak suka. "Matanya biasa aja kali, kalau keberatan ngomong. Kalau memang masih sayang ya balikan" Resa kembali mencibirku.. "pantes aja kamu pura-pura buta soal perasaan Angga ke kamu. Lawong saingan dia kayak githu. Kalah jauh lah. Kalau aku di posisi kamu, aku bakal milih Pak Dimas juga. Hihiihii..."

"kerja.." aku mulai kesal dengan tingkah Resa

"Yaelah, sewot amat neng"

"Sa, jangan gangguin Dira" aku terkejut saat melihat mbak Maya sudah mulai masuk kerja.

"Ih, mbak Maya mah nggak asik" Resa kembali ke tempat duduknya dan berkutat dengan pekerjaannya.

"kok mbak Maya dah masuk?"

"Dari kemarin Ra, cutinya kan dah abis"

"Oh.. trus Angel di asuh siapa mbak?"

"Di penitipan, deket kok dari kantor. Jadi kalau siang bisa ke sana dulu"

Suasana kantor berjalan seperti biasanya, saat jam makan siang aku memutuskan untuk keluar bersama Resa. Lumayan lah buat cuci mata sebentar. Namun sesampainya di lobby aku terkejut melihat papa dan mama yang berada di sana.

"Mama.."

"Masih inget kalau punya orang tua"

"Ma.. nggak usah marah-marah,yang penting anak kita dalam keadaan baik-baik saja" papanya berusaha menenangkan mamanya, dan aku tersenyum melihat interaksi mereka, hal yang sudah lama aku lewatkan.

"Papa sih terlalu memanjakan dia, jadinya dia berbuat seenaknya seperti itu." Mama masih saja mengomel, namun aku tidak merasa tersinggung, karena aku tahu jika itu bentuk kasih sayangnya kepadaku. Segera aku berlari memeluk mereka berdua. Menuntaskan rasa rindu yang selama ini aku pendam.

"Mama, papa, Dira kangen" kataku manja kepada mereka.

"Kalau kangen pulang, bukannya malah kabur" mama mencubit pipiku gemas, dan aku hanya menjerit kesakitan. Dan aku teringat dengan keberadaan Resa

"Sa, kayaknya aku nggak jadi keluar sama kamu. Maaf ya"

Resa hanya mengangguk dan setelah berkenalan dengan mama dan papa dia langsung pergi keluar.

"Jadi anak nakal, apa yang sedang kamu lakukan di sini?" pertanyaan mama hanya aku jawab denagn senyuman manja. Bergelayup pada lengannya. Biasanya mama akan luluh dengan sikapku seperti ini.

"Yang penting dia baik-baik saja dan dalam keadaan sehat ma" Aku langsung memeluk papa sebagai ucapan terima kasih karena membelaku.

"Siapa Ra?" Angga tiba-tiba saja berada di belakangku

"Ma, Pa. Kenalin ini bos aku."

"Angga om, tante" Angga segera menyalami kedua orang tuaku.

"Oh, ini yang namanya Angga. Terima kasih sudah menjaga putri saya yang nakal ini. Maaf ya jika merepotkan" Aku cemberut karena mama yang menjelek-jelekanku.

"Sama sekali tidak ada yang merepotkan kok tante. Sa sebaiknya di ajak ke atas aja, aku pesenin makanan. Apa mau makan di luar?"

"Nggak usah nak, disini juga nggak apa-apa. Lagian kami Cuma sebentar kok"

"Mama dan papa langsung pulang?"

"nggak, mama dan papa mau ke solo. Ada relasi papa yang menikahkan anaknya. Pas tau kalau kamu di sini, kami memutuskan mampir dulu. Atau kamu mau ikut?"

"nanti mama dan papa ke sini lagi nggak?"

"di lihat nanti ya, kalau kangen makanya pulang"

"Iya"

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang