4

72 7 0
                                    

"kamu nggak langsung pulang ke Jakarta ra?" Tanya Angga dalam perjalanan pulang kami.

"Nggak kak" jawabku singkat

"Nggak kangen sama yang di sana?"

"Siapa?"

"Orang tua, saudara atau pacar mungkin."

Aku hanya tersenyum dan menggaruk-garuk kepalaku menanggapi pertanyaannya.

"Kalau nggak mau jawab juga nggak apa-apa kok"

"kita disini mah Cuma ngontrak ya Ka, jadi jangan jeles. Mending kita tidur aja daripada dianggep kambing congek sama mereka berdua." Celetuk Reza dan diikuti tawa Eka dan supir kendaraan yang membawa kami ke kota gudeg. Aku hanya tersenyum dan mengalihkan pandanganku ke luar jendela mobil, berharap Angga atau siapapun itu mengerti jika aku ingin menyudahi pembicaraan ini. Kuputuskan untuk mencoba tidur agar perjalanan ini tidak terasa begitu lama.

"Mbak Dira, udah sampai." Entah berapa lama aku tertidur, segera aku mengambil tas dan bergegas turun. Diluar Angga dan Reza sedang menurunkan tas bawaan Eka dan milikku dari bagasi mobil.

"Kamu kalu butuh bantuan hubungin aku aja ra." kata Angga

"kalau aku butuh kerjaan?" tanyaku iseng

"Kalau kamu nggak ngarep gaji yang terlalu besar, kamu bisa kerja dikantor aku. Kebetulan yang biasa ngurusin laporan keuangan aku lagi mau cuti melahirkan. Kalau kamu minat, telfon aku. Sekarang kamu istirahat aja dulu."

"Kalau buat Dira pasti disediain lowongan deh, nggak ada yang kosong juga diada-adain. Ya nggak ka?" Aku langsung melirik Reza yang tersenyum jahil ke arahku.

"udah deh ayo balik, kita nggak mampir ya ka, salam buat nenek" potong angga sembari menarik Reza memasuki mobil.

"Ayo kak Masuk, nenek lagi keluar. Dirumah nggak ada orang jadinya."

Nenek Eka yang biasa Dipanggil nenek Asih sangat ramah, beliau seseorang yang berfikiran terbuka. Beliau memberikan beberapa nasihat kepadaku. Mau tidak mau aku menceritakan kisah hidupku kepadanya. Tidak semuanya, hanya sebagian besar. Dengan kebesaran hatinya, beliau tidak menyalahkan keputusan yang aku ambil, namun juga tidak membenarkan tindakannya. Karenanya beliau ingin aku menghubungi orangtuaku, setidaknya memberikan kabar ke mereka jika aku baik-baik saja. Meski nek Asih sudah mengatakan bahwa setiap orangtua akan selalu memaafkan anaknya, juga kenyataan bahwa aku baik-baik saja akan melunturkan amarah dalam hati mereka, namun aku belum berani melakukannya.

kuputuskan untuk menghubungi kak Evan terlebih dahulu, mengungkapkan permohonan maaf, mengatakan kepadanya bahwa aku baik-baik saja dan tidak perlu khawatir akan keadaanku. Ketika aku mengira bahwa kak Evan akan marah, namun dia malah mengatakan dukungannya kepadaku. Meski dia sempat kecewa karena aku menghilang selama dua bulan. Namun mengetahui bahwa aku baik-baik saja sudah cukup baginya. Dia juga tidak menuntutku untuk memberitahukan keberadaanku. Ketika aku menanyakan tentang mama dan papa, dia meyakinkan akan mengatasi masalah tersebut dan memintaku untuk menikmati waktuku sendiri. Bahkan jika mama dan papa marah, maka dia akan berada dibarisan paling depan untuk mendukungku.

***

Pada akhirnya aku memutuskan untuk bekerja di tempat Angga, pekerjaannya tidak terlalu berat. Beberapa hari aku bekerja bersama mbak Maya sebelum dia cuti melahirkan, belajar mengenai bisnis ini, dan tentunya pelan-pelan mengambil alih pekerjaannya. Staf disini kebanyakan laki-laki, staf perempuannya hanya ada 4 termasuk aku dan mbak maya. Dan yang menjadi penghuni tetap kantor ini hanya aku dan Resa, bagian administrasi serta seorang OB, sisanya hilir mudik datang dan pergi karena mereka lebih sering berada di lapangan.

"Laporan proyek pak Nathan sudah selesai ra?" Tanya angga

"Iya sebentar lagi, tinggal ngprint nih." Kataku kepada Angga

"kalau sudah tolong ditaruh dimeja aku ya, aku mau keluar sebentar. Kamu mau makan apa buat makan siang biar aku belikan sekalian"

"Apa aja deh"

"Ya udah, ntar aku bawain makan siang, jangan makan dulu ya"

Aku hanya tersenyum dan menganggukan kepala, kemudian dia berlalu dan pergi meninggalkan aku sendiri.

"Kamu masih banyak kerjaan ra?" Tanya Angga sembari menikmati makan siang kami, resa lebih dulu kabur makan diluar saat tahu aku mau makan dikantor aja.

"Nggak juga, laporan yang dikumpul kemarin udah aku selesaiin semua, tinggal nunggu laporan dari Budi. Tapi kayaknya dia nggak bakal ngumpul hari ini deh. Ntar aku coba hubungin dia." Kataku dan dijawab anggukan kepala Angga.

"Mau ikut aku ke Lapangan? Sore ini aku mau meninjau lokasi buat proyek baru kita. Sekalian aku anter pulang" Tanya Angga kemudian

"boleh, kantor atau apa?"

"Café, kayaknya dia buka cabang di sini. Aku pernah makan di cafenya yang di Jakarta, makanannya enak banget. Ntar kalau sudah buka, aku ajak kamu kesana" aku hanya tersenyum menanggapi ucapan dari Angga.

tbc

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang