1. Not Children

37.9K 3.2K 420
                                    

Suara tombol-tombol keyboard yang ditekan cepat menggema di seluruh ruangan. Seorang pemuda terlihat mengetikkan sesuatu pada layar komputernya yang menyala terang.

Peluh terlihat membanjiri wajahnya, namun dia terlalu repot untuk sekedar mengurusi keringat. Yang terpenting sekarang adalah naskah ceritanya, dan hal lain harus mengantri dahulu agar mendapat perhatiannya.

Hari ini adalah jadwal update ceritanya, dan dia tidak bisa ingkar kalau tak mau mendapat protes dari sana-sini tentang janjinya yang hanya abal-abal; bualan semata.

"Akh!" Raungnya frustasi. "Menulis adegan ranjang kenapa bisa sesulit ini?!" Tangannya mengacak surai sehitam arangnya, membuat yang berantakan makin berantakan.

"Setelah berciuman, mereka harus melakukan apa? Apakah harus melucuti pakaian terlebih dahulu, ataukah hanya sentuhan afeksi sebagai pemanasan?" Bibirnya mengerucut sebal. "Tak ada cara lain lagi, aku harus meneleponnya dan menyuruhnya kemari. Ya, hanya itu cara satu-satunya."

Pemuda itu segera mengambil handphone berlambang apel gigit yang berada di atas ranjangnya. Jemarinya menekan tombol panggilan cepat nomor satu, setelahnya dengan sabar menunggu agar panggilannya diangkat. Dan ketika sebuah suara berat menyapa pendengarannya dengan kata 'Halo, Taehyung disini'--Jungkook mulai merengek.

"Taehyuuung--" Dia membuat suara sendu, kombinasi dari frustasi sehingga suaranya terlihat benar-benar sedih. "aku kekurangan ide lagi."

"Jadi?"

Jungkook menggerang saat mendengar jawaban dari penerima panggilannya. Bisakah Taehyung sedikit saja mengerti? Setidaknya respon lelaki itu sedikit lebih panjang--hitung-hitung menyenangkan Jungkook sesekali dengan perhatiannya.

"Kau bisa datang ke apartemenku sekarang? Aku membutuhkanmu, Tae."

"Kali ini membutuhkan apa lagi?"

"Eng--aku membuat sekelumit adegan--"

Belum selesai berkata, Taehyung dengan cepat memotongnya. "Kau sendiri yang berkata jika ceritamu sudah selesai. Bisa jelaskan apalagi sekarang, Jeon?"

"Pembaca ingin season dua, Tae." Jelasnya sembari mengusak surai kacaunya. "Mereka tidak terima saat season satu berakhir begitu saja."

"Kenapa meladeninya? Kau bisa mengacuhkannya begitu saja, toh mereka hanya pembaca, bukan sumber inspirasimu."

Mulut anak itu mencebik, wajah imutnya sangat berlawanan dengan tubuhnya yang terlihat berotot dan berisi di tempat yang tepat; menonjol bulat di bagian depan dan belakang, sangat menggairahkan siapapun yang melihatnya. Dan dalam kasus ini--hanya Taehyung yang sudah pernah melihatnya, selebihnya belum.

"Kau itu bagaimana sih? Tanpa pembaca, mana mungkin aku bisa seterkenal sekarang? Syukur-syukur ada yang membaca ceritaku, kalau tidak ada yang membacanya bagaimana?"

"Singkat cerita, hapus akun dan deak dari sana."

Raut wajah Jungkook sudah mendung sekarang. Dia mulai berakting sedih dengan tangisan dibuat-buat. "K-kau kan tau kalau--hiks--m-menulis adalah hobiku--"

Taehyung mendesah malas, Jungkook dan keinginannya yang harus didapatkan. Dua hal yang beberapa tahun ini selalu merepotkannya. "Lalu kau ingin apa dariku, hm?"

Mati-matian Jungkook menahan pekikan senang dan hanya tersenyum sangat lebar sebagai gantinya. "Lakukan seperti season pertama, Taehyung."

"Kau gila?!"

Pemuda Jeon menggeleng ribut, satu perbuatan yang tidak dapat dilihat oleh penerima telepon. "Aku harus melakukannya agar cerita ini cepat selesai. Kau mau cerita ini tidak selesai-selesai dan aku akan menerormu sepanjang hari karenanya?"

Author-nim! (KTH + JJK)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang