Sebuah kamar bernuansa merah muda terlihat rapi dan sedikit berisik oleh suara dengkuran. Sang pemilik kamar masih memanjakan matanya dengan tidur pulas dan memeluk boneka empuk miliknya.
Sakura, pemilik kamar itu meringkuk kedinginan saat sebuah tangan menarik selimutnya. Tangannya mencoba menggapai selimut itu guna menutupi tubuh kecilnya, namun hasilnya nihil. Selimut itu dilempar jauh oleh seseorang.
Bruk
Dengan gerakan tak elit, Sakura jatuh tersungkur saat sepasang tangan kekar menarik kakinya dengan kasar. Sakura meringis saat pantatnya menyentuh lantai yang dingin, matanya terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk lewat jendela kamarnya. Samar-samar ia melihat sosok pria dengan baby facenya tengah menatapnya tajam.
"Onii-chan, apa yang kau lakukan?!" teriak Sakura emosi pada sang pelaku, yang tak lain lagi adalah Sasori.
"Membangunkanmu," ujar Sasori polos
"Kau harus sedikit lembut pada seorang gadis, lihatlah kau melukai gadis manis sepertiku. Bagaimana jika kau tidak memiliki kekasih karena sikapmu ini?!" bentak Sakura lalu berdiri di hadapan Sasori sambil mengelus pantatnya yang sakit.
"Sadar juga kalau kau seorang gadis, Imouto." Sasori menyeringai ke arah Sakura, bagaimana tidak? Sakura yang biasanya bersikap kasar, jutek, berpakaian seperti laki-laki, bahkan hobinya bermain bola sejak kecil, jangan lupakan piala kejuaraan bela diri yang menghiasi lemari kaca di ruang tamu. Dan sekarang, Sakura mengucapkan kalau dia seorang gadis manis untuk pertama kalinya.
"Saso-nii, kau membuatku darah tinggi. Sungguh aku ingin menyayat baby facemu sekarang!" bentak Sakura pada Sasori, tangannya bersiap untuk memukul Sasori, sedangkan Sasori bersiap menangkis serangan yang akan datang dari adik kecilnya. Tapi sebuah suara menghentikan aksi mereka.
"Teruslah berdebat lalu kemudian bertengkar dan kau akan ketinggalan hari pertamamu di asrama, Saki," ucap Mebuki, yang sedari tadi berdiri di samping pintu.
"Baiklah, aku akan bersiap." Sakura menghela napasnya kasar, ia melirik Sasori dengan sinis lalu beranjak menuju kamar mandi. Mebuki hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku anaknya lalu berjalan menuju dapur, sedangkan Sasori berjalan mengikuti langkah ibunya.
Dua puluh menit terlewat, Sakura sudah siap untuk berangkat, ia turun menuju dapur yang letaknya di bawah. Di dapur, Mebuki sedang menata makanan di meja makan. Sedangkan Sasori hanya duduk manis menunggu datangnya makanan untuk sarapan. Jika kalian bertanya di mana ayah Sakura? Jawabannya adalah di rumah sakit.
Dua minggu yang lalu, ayah Sakura di bawah ke rumah sakit. Sakit jantungnya bertambah parah, kondisinya sedikit membaik saat lima hari di rumah sakit. Tapi dokter tak memperbolehkan ayah Sakura untuk pulang, karena sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh dan harus segera ditangani.
Ibu Sakura, selalu datang ke rumah sakit setelah bekerja dan menginap di sana sampai pagi. Sedangkan Sasori dan Sakura mengunjungi saat sore dan kembali ke rumah saat malam tiba.
"Ohayou," sapa Sakura
"Ohayou mo, Saki," sapa Mebuki dan Sasori bersamaan
"Sarapan dulu," ucap Mebuki, Sakura hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu mereka bertiga memulai acara sarapannya. Setelah selesai makan, mereka bersiap berangkat ke Konoha.
"Bagaimana kondisi Tou-chan?" tanya Sakura.
"Dia baik-baik saja. Mengingat jika kau akan berangkat ke Konoha hari ini, ia ingin mengantarmu," ucap Mebuki lalu menghubungi seseorang lewat ponselnya.
"Anata!" ucap Mebuki pada seseorang di seberang sana.
"Tou-chan," gumam Sakura pelan lalu mengambil ponsel Mebuki dengan cepat. Mebuki hanya menghela napas melihat tingkah Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruno [Discontinued]
FanfictionWarning! Cerita ini tidak dilanjutkan! Disclaimer©Masashi Kishimoto SasuSaku Fanfiction Genre : Romance Rate : T+ Story by aimmissa Tinggal di asrama bukan hal yang buruk bagi seorang Sakura Haruno, tapi jika tentang Sasuke Uchiha?