Part 02. Kala itu

110 1 6
                                    

Flashback

"Dasar abang laknat lo!!" Gadis dengan tinggi 165 cm itu berteriak geram dipinggir jalan depan SMA Harapan Jaya. Penampilannya berantakan, kunciran rambutnya telah mengendur, terlihat sekali jika gadis ini sangat kelelahan.

"Tau gitu kan tadi gue bisa minta nebeng sama Hani, atau gak naik taxi, lah ini mana ada coba taxi atau angkot jam segini, awas aja lo nanti, itu boneka teddy bear yang dikasih sama cewek lo gue bakar sama lo lo nya sekalian Arghhhhh!!!.

Sha menendang botol aqua yang ada dibawah kakinya. Ia kesal setengah mati pada kakaknya itu, setelah menunggu kurang lebih 2 jam, dengan seenak jidatnya Sandi menyuruh Sha untuk pulang sendiri karena pacarnya tiba-tiba beralasan ingin pergi kesuatu tempat, nyebelin gak?

"Gak gue restuin tu hubungan tau rasa lo." Sha masih mendumel sendiri.

Deru suara motor menghentikan sumpah serapahnya, Sha melihat sebuah motor merah besar berenti didekatnya, ia menatap keselilingnya, hanya ia manusia satu-satunya yang berada disini, terus ini orang maksudnya apa?

"Naik"

"Hah?" Sha sedikit membuka mulutnya.

"Jam segini kendaraan umum udah gakada lagi, Naik aja."

Sha tak bergeming, membuat lelaki tersebut melepas helmnya.

"Naik."

Tanpa menunggu persetujuan gadis yang sedari tadi tidak bersuara, lelaki itu menarik tangan Sha dengan lembut dan menuntun gadis itu ke motor besar miliknya.

"Nanti tunjuin aja jalan kerumah lo." kata lelaki itu.

Sha tak menolak, bahkan ia merasa sangat beruntung diajak oleh lelaki yang dikaguminya itu, senyumnya mengembang dibalik punggung laki-laki itu, sedangkan laki-laki itu, Rian tetap fokus pada jalanan yang sudah mulai ramai karena hari sudah menjelang sore.

****

"Kak--ak"

Sha menoleh, matanya menangkap sosok gadis berkacamata menatapnya gugup.

"Iya"

"Kak--kak yaa-yang"

"Bicara yang jelas, kalo gak penting gue mau kekantin." Sha menjawabnya ketus.

Gadis berkacamata itu menghembuskan nafas panjang, ia berusaha untuk tenang.

"Kakak yang namanya Shafira Asyka Airlangga kan?" Ucap gadis berkacamata itu dengan tempo yang sedikit cepat.

Sha melongo, bagaimana bisa anak baru yang baru beberapa hari menginjakkan kaki di sekolah ini mengetahui namanya bahkan nama panjangnya? Seinggatnya ia tidak pernah menjadi kakak pembina murid baru.

"Lo kenapa bisa kenal gue." Sha menatap gadis berkacamata didepannya penuh selidik.

"Ini ada titipan surat buat kakak." Gadis berkacamata itu menyodorkan kertas putih yang diikat dengan pita berwarna merah.

"Ini apaan?" Sha memincingkan matanya.

Ah, masa bodoh ia sering mendapat surat dari adik kelasnya, bahkan kakak kelas yang terang-terangan mendekatinya, namun kali ini berbeda, ya kali ia dapat surat berpita merah dari seorang perempuan? Kurang kerjaan banget.

"Kata yang nitip surat itu kakak harus ngebuka surat itu sekarang."

"Hah?"

Apa-apaan ini? Itu manusia yang nitipin surat gak ada perasaannya apa? Udah tau jam istirahat kegunaannya buat makan, lah ini malah disuruh surat-suratan kayak tempo dulu. Sha membuka surat itu dengan muka yang sudah memerah.

ShafiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang