Sang Kerbau #039

327 6 0
                                    

Siapa sih enggak tahu kalau Tomohon tuh pagi-pagi buta sangat dingin. Marc dan Patrick yang semalam tidur bersama saling melilitpun masih merasakan dinginnya pagi di kota ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 pagi, mereka masih asik berpelukan tanpa peduli apa-apa. Di luar langitpun sedikit berawan, jari-jari sang mentari sudah dari tadi berusaha mengangkat embun dari permukaan daun-daun dan benda apa saja yang dirabanya di permukaan tanah. Burung-burung sudah lama berhenti bernyanyi, digantikan dentuman speaker mikrolet ugal-ugalan yang bukannya cari penumpang, malah cari perhatian dengan keributan sampai hampir seantero kota Tomohon mendengar dentuman musik remix anjing kacilinya.

Handphone Marc bergetar, itu mamanya menelpon supaya enggak lupa minum teh hangat, memberi makan ikan di kolam, di aquarium dan ini dan itu. Akhirnya, Marc bangun dan segera menuju ke toilet terlebih dahulu. Mandi, gosok gigi, boker, semua ritual paginya sudah dia lakukan. Kembali dia ke kamar, dia menemukan Patrick perlahan-lahan sadar dari tidurnya. Ciuman bibir berlabuh ke bibir Patrick tanda ucapan selamat pagi dan ya barang kali "I love you." or apalah. Anyway, Marc meninggalkan Patrick dan langsung menuju ke dapur. Dia mempersiapkan sarapan. Meskipun nasi goreng adalah pilihan tergamang, Marc tidak menemukan telur ayam di kulkas. Jadi dia akhirnya menuju ke warung belanja kebutuhan sarapan.

Handphone Marc bergetar, Patrick membaca siapa yang memanggil. "Evan". Siapa sih Evan ini? Pikirnya. Segera dia mengangkatnya dan dengan ragu-ragu bilang, "halo."

"eh boss, qt mo ka rumah sabantar ne." celetuk Evan yang merasa heran lantaran biasanya Marc akan mengangkat hapenya dengan sapaan selamat pagi yang memekakkan telinga. Namun kali ini dibalik telepon berbeda.

"oh ok, bro nan mo bilang pa Marc. Dia ada pi warong sto." jawab Patrick sambil terus berpikir siapa Evan yang berbicara dengannha di telpon barusan.

Selepas percakapan itu, Patrick langsung membuka Whatsapp Messenger Marc dan melihat foto Evan. "O, evan yang ini." gumamnya. "dia musti tahu, kalo kita deng Marc so ada hubungan. Jangan-jangan Marc deng dia le ada macam-macam." pikirnya. Tapi Patrick punya cara sendiri untuk membuat Evan jera bertemu Marc. Begini nih kalo cinta, pasti ada rasa cemburu yang enggak bisa dijelaskan dengan nalar meskipun keliru.

Es teh manis, pepaya dan melon iris, omelet, mie cakalang goreng dan kue lapis terhidang di meja makan. Sedang infuse water dingin campuran nenas, jahe dan lemon berada di ujung meja makan. Semua persiapan nampaknya sudah siap. Patrick pun sudah selesai mandi dan keluar kamar lantaran mencium aroma wangi mie goreng cakalang yang dimasak Marc.

"pagi, polo. Rupa so basibuk ini ngana noh?" ledek Patrick

"Mmm... " Balas Marc singkat, saat merasa pinggang dan perutnya dipeluk Patrick. Aroma kayu-kayuan menyeruak dari tubuh Patrick. Marc tahu itu kombinasi sabun dan parfumnya. Aih, kok jadi romantis begini sih? Pikirnya.

"bro, kita sayang pa ngana e... Njo iko deng kita pi Toli-toli." celetuk Patrick.

"kong ngana pe maitua dang?"

"dia laeng no, so nda ada kabar le ini."

"nanti lia no, bro. Kita sih nda masalah, maar depe masalah kita nda ada kerja di sana. Masa kita cuma jadi pengacara alias pengangguran tanpa acara?"

"gampang kwa kalo itu, kita yang urus samua. yang penting ngana dekat kita."

"kase kita waktu ne mo bapikir. biar kita suka skali mo iko pa ngana, maar ada banya hal yang musti kita pikir sebelum ambe keputusan." tambah Marc

Pikiran Patrick langsung mengarah ke Evan. "paling Evan. Dia nemau mo se tinggal pa Evan. Tunggu ngana sabantar Evan. Ada ngana punya." pikir Patrick

Gara-Gara ChargerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang