1

58 13 6
                                    

"ampun bi..sakit..maafin Airin,"seorang wanita tengah   menjerit kesakitan akibat jambakan yang dilayangkan oleh seorang yang ia panggil bibi.

"Darimana aja kamu hah...gak ada yang namanya kerja sampe malam kayak gini..mau jadi wanita nggak bener kamu!"

Airin terus saya menangis kesakitan, bagaimana tidak sakit, bibinya menjambak rambutnya, lalu menyeretnya ke kamar mandi, menyiramnya dengan dinginnya air malam itu.

Penyebabnya hanyalah karena ia pulang terlambat, ia bekerja menjadi seorang  pelayan disalah satu restoran. Ia Pulang terlambat karena ia harus lembur, malam itu ada sebuah acara perayaan ulang tahun, jadilah ia terlambat pulang.

Tangisan pilu serta rintihan kesakitan mengalun di kamar mandi. Untunglah bibi nya menyiksanya tak begitu lama,
Ia bisa cepat bergegas mengganti pakaian yang telah basah. Jika ia terus berada disini ia bisa masuk angin, bagaimana tidak jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

Nida Mutiah zairina, biasa dipanggil Airin. Dia adalah seorang gadis cantik yang masih amat muda. usianya baru menginjak 19 tahun, dua tahun lalu ia lulus dari sekolah menengah atas, namun ia gadis berbeda.

ia akrab dengan tendangan, jambakan, tamparan dan banyak jenis kekerasan.

Dari usianya baru 5 tahun, ia sudah mendapatkan perlakuan tak manusiawi, ini ia dapatkan dari  bibinya sendiri.

Sebenarnya ia tinggal bertiga, dengan bibi, sepupunya dan  sang ayah, di salah satu kompleks elite, namun ia ia  tidak mendapatkan perhatian selayaknya seorang anak.

Memang betul ayahnya tak pernah menyiksanya seperti bibinya, namun sikap dingin ayahnya selama ini. menandakan bahwa Airin benar tidak diterima di keluarganya.

Jangan tanyakan dimana ibunya, karena Airin pun tidak mengetahui bundanya sendiri berada dimana saat ini.
Miris bukan?

🍀🍀

Keesokan paginya, Airin sudah terduduk di lantai depan restoran tempat ia bekerja, jam masih menunjukkan pukul 05.40 masih sangat pagi, ini sengaja ia lakukan karena sepupunya, anak dari bibinya yang sedang kuliah disalah satu universitas ternama, baru pulang pukul dua pagi dalam keadaan mabuk.


Sang bibi yang mengetahui hal itu, malah berbalik menyalahkan airin.

Untuk menghindari keributan di pagi hari, Airin memutuskan pergi bekerja di jam tiga dini hari, tak ada angkutan umum di jam sepagi itu, jadilah ia berjalan kaki lima kilometer untuk sampai ke tempatnya bekerja dan mampir sebentar untuk menunaikan shalat subuh di salah satu masjid di pinggir jalan. tak apalah yang penting ia sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya.

Airin duduk memeluk kedua lututnya, cuaca hari ini tampak lebih mendung. tak ada sinar matahari yang muncul, sepertinya alam juga ikut meratapi kesedihannya.

"Airin.. ngapain kamu pagi pagi buta gini udah nyampe di restoran"
Airin yang awalnya tertunduk mendongakkan kepalanya, ia melihat tiyas teman satu profesi nya yang sudah rapi dan di tangannya memegang  Sebuah kunci, bisa di pastikan tadi malam ia pulang paling akhir dan ia juga yang tadi malam yang menutup restoran,
"Eh..mbak tiyas" Airin bangkit dengan senyuman yang biasa Ia tampakan kepada teman temannya.

"Airin..kamu belum jawab pertanyaan ku kenapa pagi pagi buta gini kamu sudah tergeletak di teras restoran?"

Airin yang di tatap dengan tatapan tajam Tiyas hanya menunjukkan senyumnya.
"tidak apa apa mbk Tyas,  cuma kangen saja sama restoran, bawaannya pingin cepat-cepat kerja dan ketemu mbk Tyas"

Tyas yang merasa dirinya dipuji malah memutar bola matanya
"Ceileh..gak usah gombal.. nggak kamu, nggak bang Herman sama aja suka gombal"
Mbk Tyas memang sudah menikah suaminya bernama Herman ia sudah bekerja disini kurang lebih tiga tahunan.

"Ayo mbk cepet buka biar rezeki kita nggak keduluan ayam" kata Airin dengan senyum lebarnya.

"Iye iye...aku buka nih.

.
.
.

Airin benar benar bingung, sepupunya Niken, mengirimnya pesan agar segera pulang. padahal jam pulang masih dua jam lagi, Airin mengambil napas panjang, mencoba menetralkan rasa cemasnya. pasti ada sesuatu sampai Niken mengirimnya pesan agar segera pulang. Airin memutuskan untuk meminta izin kepada mbak Tyas, bahwa ia akan pulang awal dan Airin bersedia gajinya dipotong.
Mbak Tyas memberinya izin, ia akan bilang pada pak maneger bahwa Airin pulang karena sakit.

Ia sudah didepan pintu rumahnya, ada dua mobil mewah parkir di depan rumahnya, itu bukan mobil ayahnya Airin tau itu, kedua mobil tersebut adalah mobil bermerek, ada tamu dirumahnya, mungkin Niken menyuruhnya cepat pulang karena tak ada yang membantu melayani tamu tersebut.

Setelah Airin mengucapkan salam, Airin dapat melihat bahwa benar ada tamu disana, sudah ada ayahnya, bibinya serta satu orang paruh baya dan satu orang bisa dibilang lebih muda, Airin menundukkan pandangannya.

Penulis awam
_cuciknurhidyati

SENYUMANMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang