Mentari belum menampakkan sinarnya, jelas karena jam masih menunjukan angka 02.30 pagi, tapi Airin sudah terbiasa bangun pagi-pagi buta seperti kali ini, sholat malam lalu dilanjutkan dengan membaca ayat suci Al-Quran.
Bagi Airin membaca Al-Quran seperti sebuah Oase di Padang tandus, sejuk nan menyegarkan. maha benar Allah yang telah menurunkan Al-Quran kepada Baginda nabi, melalui malaikat Jibril secara mutawattir, setiap ayat yang Airin baca merupakan hembusan surga sambil meresapi makna nya.
Biasanya setelah sholat malam dan membaca Al-Quran, Airin akan bergegas mencuci pakaian dan membersihkan hampir semua bagian rumah, menyapu, mengepel, mencuci dan memasak dan dilanjutkan dengan ia bersiap-siap untuk pergi bekerja. Ia melakukan itu sebelum semua orang dirumahnya bangun, itulah kebiasaan Airin bahkan ketika ia masih pelajar waktu itu.
Airin menatap panci penggorengan didepannya, ia sedang memasak nasi goreng untuk sarapan pagi ini, bi itun mengatakan suaminya bekerja dari jam 7 pagi, besar kemungkinan suaminya itu tidak sarapan.
Airin menghentikan kegiatannya ketika sebuah jeritan terdengar olehnya, segera Airin mematikan kompor dan menuju ke sumber suara. entah kenapa Airin sangat khawatir, suara itu sudah dapat Airin pastikan adalah suara bocah kecil tadi malam.
Airin membuka pintu, dan anak kecil tersebut kembali meringkuk memeluk lutut di sudut kamar, Airin bergegas kembali memeluk bocah tersebut, namun reaksinya sungguh berbeda dengan tadi malam, bocah itu terus menjerit sambil menenggelamkan kepalanya di antara lututnya.
Meskipun bocah tersebut memberontak, Airin tetap berusaha mendekapnya, entah kenapa Airin merasa beban yang ditanggung bocah kecil di pelukannya ini sangatlah berat, dari jeritannya saja sudah mengisyaratkan kepiluan Airin tau itu.
Airin melantunkan sholawat nabi, sambil terus mencoba mendekap bocah tersebut. Pintu kamar terbuka, seperti dejavu dengan hal itu, di depan pintu berdiri seorang laki-laki yang berganti status sebagai suaminya itu.
Malik berjalan mendekat, menarik tangan Airin, sampai dekapan kepada bocah kecil itu terlepas, lalu menariknya secara paksa keluar kamar, meninggalkan bocah tersebut sendirian dengan isakan yang masih belum berhenti.
Malik membawa Airin ke kamarnya, lalu mendorong keras Airin sampai Airin terduduk di atas ranjang.
"Bukannya saya sudah bilang sama kamu! Bersikaplah sewajarnya, kamu sudah melewati batas privasi saya."
"Bukankah kita sudah resmi menjadi suami istri?" Jawab Airin dengan menundukkan kepalanya.
"Itu hanya sebuah status bukan? Tolong saya tekankan lagi kita adalah dua orang asing yang secara terpaksa tinggal dalam satu atap"
Kata-kata pedas itu merongrong masuk kedalam gendang telinga Airin, sakit, itulah yang Airin rasakan tapi bukankah yang sedang bicara dengannya ini merupakan penggenap separuh agamanya, pantaskah Airin memasukkan kata kata itu kedalam hati? Airin memilih untuk tetap diam mungkin suaminya belum bisa menerimanya.
Malik keluar kamar Airin, menutup pintu dengan keras membuat Airin sedikit terkejut dengan bunyi pintu itu.
Air mata lolos dari kelopak mata Airin, dengan sedikit isakan. Airin bukan wanita tegar ia juga bisa menjadi wanita yang sangat rapuh, sekuat apapun Airin menahan rasa sakit yang ditimbulkan oleh bibinya, tetap saja, pada titik-titik tertentu ia akan seperti sekarang ini, menangis dalam diam.
Airin menarik nafas panjang, mengusap sisa air mata di pipinya, bukanya ia tadi sedang membuat sarapan, Airin beranjak untuk kembali ke dapur, memasak mungkin sedikit menghilangkan kesedihannya, semoga saja.
Airin sudah berada di dapur, ia melihat bi itun tengah mengambil alih pekerjaannya.
"Assalamu'alaikum bi itun" sapa Airin membuat bi itun yang tengah membelakangi nya reflek membalikan badan.
![](https://img.wattpad.com/cover/153504860-288-k295016.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SENYUMANMU
Spiritual"saya hanya ingin kesabaran menjadi pelindung terbebasnya saya dari mengerikan nya api neraka." Airin.. perempuan muda usianya belum genap 19 tahun, namun penderitaan yang ia alami membuat hari harinya seakan berjalan amat lambat jambakan,tendangan...