DEF 1 ~ Mikaila As Safaa

13.3K 1K 10
                                    

○○○

Suara ketukan sepatu terdengar ketika perlahan kaki itu menaiki satu demi satu anak tangga yang nampak sepi dari biasanya. Embun di dedaunan, juga belum menghilang maupun berjatuhan menyentuh tanah. Dari lantai atas, kabut begitu terlihat jelas menghalangi jejeran perkotaan ramai yang sudah dipadati anak-anak manusia. Begitu pula dengan burung yang masih asyik berkicau, serta suara dentuman gas kendaraan yang memenuhi indera pendengaran. Kantin yang biasanya ramai menjadi pusat nongkrong para siswa pada jam istirahat, masih terlihat lengang, hanya terlihat Ibu dan Mas pedagang kantin yang tampak sibuk membereskan dagangan mereka. Bagitu juga dengan perpustakaan yang biasanya menjadi tempat favorit para siswa untuk rehat; baik rehat untuk membaca novel, ataupun sekedar numpang tidur karena tersedianya AC yang menyegarkan, juga terlihat masih begitu sepi tak berpenghuni.

Gadis itu terus menerus berjalan melewati panjangnya lorong sekolah yang menghubungkan tembok antar kelas yang berjejeran di lantai dua sekolah. Sesekali, ia menundukkan kepalanya sambil tangannya membenarkan letak kacamata yang melekat di hidung mancungnya.

Kakinya terus menerus melangkah, hingga kemudian ia sampai di sebuah kelas yang letaknya tepat di ujung bangunan sekolah. Kelas itu sangat terpojok, letaknya tepat di samping ruangan kosong yang awalnya digunakan sebagai kelas, namun kini beralih fungsi menjadi tempat nongkrong anak-anak populer sekolah.

"Datang pagi, Sa?"

Gadis itu, Safaa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis menanggapi sapaan ramah gadis yang sedang menyapu lantai. Safaa bisa menebak, gadis itu pasti sedang piket, hingga ia datang sepagi ini dengan sapu yang sudah melekat di tangannya. "Yaudah Nadin, aku duluan ya?" ucap Safaa pelan, kemudian ia berjalan melewati Nadin yang sedang menyapu hingga ke lantai area kelasnya.

Safaa menghela napas pelan, kemudian setelah ia sampai di kelas, ia langsung menaruh tasnya di kursi miliknya yang terletak dua meja di depan meja guru. Berbeda dengan kursi dan meja pada umunya yang terdiri dari satu meja panjang dan dua kursi, meja panjang Safaa justru ditemani oleh satu kursi yang memang merupakan kursi milik Safaa.

Safaa segera menaruh tasnya di meja, kemudian ia duduk di sana. Pandangannya berkeliaran, meneliti setiap inchi sudut kelas yang masih terlihat begitu senyap. Entah kenapa, Safaa lebih suka sendirian di tempat yang sepi. Karena selama ini, ia selalu sendirian di tempat yang ramai. Menurutnya, sendirian di tempat yang sepi lebih baik daripada merasa sendirian di tempat yang ramai, setidaknya ia tidak terlalu terlihat menyedihkan jika hanya sendirian ditemani alunan indahnya suara gemuruh angin dan percikan hujan ketika mendung tiba.

Matahari mulai muncul ke permukaan, menghadirkan sinar baru yang membakar api semangat. Perlahan, kelas yang kosong itu mulai didatangi para siswa. Hal itu, serentak kembali menghadirkan ramai yang menyapa. Membuat Safaa tersadar kembali akan kenyataan, jika sekarang ia tak hanya sendiri, tapi ia ditemani oleh banyak teman sekelasnya yang sedang mondar-mandir berjalan menyusuri deretan meja dan kusri yang didudukinya.

Safaa menghela napas lelah. Ketika di ambang pintu, ia melihat beberapa anak laki-laki berjalan perlahan memasuki kelasnya. Safaa tahu betul, siapa mereka. Dan rasanya, sekarang Safaa ingin kembali pulang saja.

"Heh Culun, mana buku bahasa Inggris lo?!"

Safaa menatap takut pada cowok di hadapannya. Jujur saja, ia malas jika harus berurusan dengan teman sekelasnya yang satu ini. "Aku-"

BRAK!!

Safaa memejamkan matanya saat cowok itu tiba-tiba saja menggebrak mejanya.

DEFENDER [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang