DEF 4 ~ One night about the stars

9.8K 992 16
                                    

Setelah sekian lama, akhirnya balik lagi:')

99,9% terdapat typo, dijamin!!!

◈◈◈

"Seperti bintang yang menghiasi malam, seperti itulah namamu yang selalu menghiasi do'a-do'aku."
DEFENDER
By Dallas_93

◈◈◈


Banyak Ilmuan yang mengatakan, jika kita menatap bintang di langit, sama saja dengan kita menatap masa lalu. Ya, bintang butuh waktu beribu-ribu tahun untuk menyampaikam cahaya ke bumi kan? Dan begitulah, cahaya yang Safaa lihat malam ini pun, merupakan cahaya yang ditransfer oleh bintang yang kini ia lihat ribuan tahun lalu. Atau lebih simplenya, bisa jadi saat malam kita melihat bintang, kita sedang menatap dua atau tiga ribu tahun yang lalu lewat cahayanya.

Ah, segala sesuatu yang berhubungan dengan semesta, selalu menarik perhatian Safaa.

Safaa bangkit, ia kini berada di atas gedung tertinggi perpustakaan kota. Setidaknya, setiap seminggu ia harus dua kali berdiri di sini sampai pukul 20.00 untuk sekedar menatap bintang dan mersakan sensasi dinginnya angin malam. Safaa suka sekali melakukan hal ini. Baginya, hal seperti ini merupakan obat alami yang wajib ia dapatkan untuk menghilangkan segala penat dan kekesalannya karena setiap harinya, selalu penuh akan caci maki dan menjadi bahan utama kejahilan teman-temannya. Ia tak melawan, dan hatinya selalu lapang untuk memaafkan. Biarlah, segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia akan dipertanggung jawabkan, dan membalas sesuatu yang tidak baik yang dilakukan oleh manusia itu, bukanlah tugasnya.

Karena bukan haknya membalas, maka ia hanya mampu memaafkan. Toh, kebahagiaan selalu hadir dalam setiap detik hidupnya, seperti saat ini ia dapat melihat kilauan terang benderang kendaraan dari atas ketinggian yang menakjubkan. Tuhan tidak akan selalu memberi kesedihan pada hambanya, dibalik setiap kesesihan itu, pasti ada secuil kebahagiaan bagi mereka yang memang merasakannya.

Safaa mengambil tasnya, mencari sesuatu di dalam sana. Dan tak lama setelah itu, ia menemukannya.

Gambar daun maple berwarna merah yang sengaja ia gunting agar bentuknya benar-benar menyerupai bentuk aslinya. Safaa suka dengan pohon maple, dan saat kecil ia sempat bermimpi untuk menanam pohon maple di depan rumahnya, namun seiring bertambah pengetahuan dan usianya, mimpi itu mulai pupus karena ternyata pohon maple hanya bisa tumbuh di negara empat musim, tidak dengan negara dua musim.

Ckrek!

Safaa menoleh, dan mendapati seseorang tengah berdiri membelakanginya di atap sebelah kiri gedung. Orang itu, tampak mengotak atik sebuah teropong yang Safaa yakini adalah teropong bintang.

Apa selama ini bukan hanya ia saja yang sering menatap bintang di tempat ini?

Safaa tak memerdulikan itu, ia malah menunjukkan daun maplenya ke atas langit dan perlahan daun malpe itu mulai menghalangi bintang yang tadi ditatapnya.

Selalu indah, dan menakjubkan.

"Gue pikir itu daun maple beneran."

Safaa yang sedang asyik memainkan daun maplenya sontak langsung menoleh, mendapati pemuda yang-

Astagfirullah, bukankah dia adalah cowok yang Safaa temukan sapu tangannya kemarin di sekolah? Kenapa ia ada si sini?

Safaa menatap atap gedung sebelahnya, dan pemuda si pembawa teropong itu tidak ada di sana. Ya ampun, jangan-jangan!

"Gue pengen lihat Sirius B," ucap cowok itu sambil menatap langit.

Safaa diam, tentu saja. Sirius B tidak dapat dipandang secara langsung oleh mata telanjang, hanya sirius A saja yang bisa dilihat oleh mata telanjang, karena ukurannya jauh lebih besar dari kembarannya. Seandainya Safaa juga punya teropong bintang, ia juga pasti ingin melihatnya.

DEFENDER [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang