Prolog

23.1K 1.2K 13
                                    

DEFENDER
©2018
Story by Dallas_93.
.
.
.
.
.
.
.

"Yah, kita beli eskrim dulu dong, boleh ya?" ucap Davian riang sambil memegang tangan kedua orang tuanya.

Ayahnya mengangguk sambil tersenyum tipis tanda dia menyetujui permintaan puteranya. Sementara sang Bunda, terlihat mendengus sambil bergumam tak jelas di tengah keramaian para pengunjung Mall.

"Nggak boleh, nanti gigi Davi rusak," kata Bunda sambil menatap Davi sekilas.

Davi cemberut, sambil menarik-nari tangan Ayahnya yang sampai sekarang masih sibuk memainkan ponselnya. "Ayah," Davi mulai mengeluarkan rengekannya.

Mendengar rengekkan sang putera, mau tidak mau membuat Pria yang berusia 30 tahunan itu, tersenyum tipis sambil kemudian ia menggendong tubuh kecil sang Putera. "Oke, kita beli es krim dulu," kata Ayah yang membuat Davi berseru senang, tanpa memerdulikan tatapan sang istri yang sedang menatap tajam ke arahnya.

"Yes, makan eskrim lagi!!" seru Davi senang.

←→

"Ibu, mau eskrim, boleh?" tanya seorang gadis kecil yang rambutnya dikepang dua sambil menatap wajah sendu Ibunya yang sedang berjalan sambil membawa sebuah kotak berisi kue-kue miliknya.

Ibunya tersenyum lembut, sambil mengelus rambut sang Puteri dengan sayang. Kemudian, tatapannya ia arahkan pada seorang gadis yang sedari tadi hanya diam sambil ikut membawakan beberapa kotak roti yang berukuran lebih kecil di tangan mungilnya. "Kak Safaa mau?" tanya sang Ibu.

Mendengar itu, bibir tipis Safaa tertarik. Kepalanya mengangguk antusias, yang membuat rambut panjangnya berantakkan. "Memangnya boleh, Mah?" tanya Safaa pada sang Mamah dengan nada ceria.

Mamanya mengangguk. "Tentu saja," jawab sang Mamah.

Mendengar itu, Safaa bersorak riang. Akhirnya, mereka berjalan menuju kedai eskrim yang ada di sekitaran tempatnya berada.

←→

"Safaa mau yang rasa apa?"

Safaa berpikir sejenak, kemudian mengangkatkan wajahnya menatap sang Mamah. "Coklat aja, boleh Mah?" tanya Safaa. Anak itu, selalu saja meminta persetujuan sang Mamah untuk melakukan dan memutuskan segala hal.

Mamanya tersenyum, kemudian mengangguk sambil menatap pada pria muda yang sedang berdiri di hadapannya. Ia, pelayan kedai eskrim rupanya.

"Mas, eskrim rasa cokelat dua ya?" kata Mamah.

"Perlu pakai topping?" tanya pelayan itu.

Mamah mendelik sejenak, kemudian ia menatap rentetan gambar beserta harga eskrim yang tertera di depannya. Mengetahui harga eskrim dengan topping sedikit lebih mahal, akhirnya sang Mamah hanya menggeleng sambil tersenyum tak enak pada si pelayan.

"Tidak usah, mas," katanya sambil menengok sejenak ke arah kedua putrinya yang tampak sedang menunggu dengan wajah yang demikian antusiasnya. Mereka, sangat bersemangat mengetahui akan membeli eskrim.

"Yasudah, tunggu sebentar ya, Bu?"

Mamah hanya mengangguk.

DEFENDER [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang