Aruna menatap bosan Rennanda yang sedang asik latihan futsal. Sebenarnya ini baru pertama kalinya Aruna ikut sahabatnya latihan futsal. Tahu begini lebih baik Aruna tiduran santai di rumah.
"Eh ada cicak!" Aruna terlonjak kaget karena mendapat sebuah tepukan di sebelah pundak kirinya. Refleks ia mengelus elus dadanya shock.
Ya Tuhan kenapa hari ini banyak yang membuat dirinya jantungan. Tadi pagi Cenan, trus Meggy si mak lampir, sekarang siapa lagi ya Gusti.
Aruna membalikkan tubuhnya, matanya sukses membulat terkejut tatkala mengetahui siapa yang sudah mengganggu dirinya beberapa saat lalu.
Baru saja Aruna bersyukur karena belakangan ini orang itu tidak mengganggu aktivitasnya selama disekolah.
Kenapa sekarang muncul lagi?
"Tumben banget lo ikut Rennand latihan?" tanya orang itu. Aruna memutar bola matanya malas. Untuk hari ini saja ia tidak ingin berinteraksi dengan Erga cowok yang selalu mengganggu hari-harinya.
Tuk.
Erga memukul pelan kepala Aruna menggunakan tongkat pramuka yang entah ia dapatkan dari mana. Aruna dan Erga saling kenal dikarenakan Erga merupakan teman dekat Rennanda dan juga teman satu tim dalam ekstra futsal.
Sikapnya yang jutek dan galak membuat Erga gemar sekali menjahili Aruna. Apalagi jika emosi Aruna sudah tersulut sampai ke ubun-ubun. Sudah dipastikan ada adegan kejar-kejaran seperti di serial kartun tom and jerry.
"Aduh! Sakit oncom!"
"Lagian kalau ditanya tuh dijawab bukannya didiemin."
"Brisik!" Erga tersenyum kecil. Pemuda itu merasa jika gadis yang ada didepannya ini sedang tidak dalam mood bagus.
Perfect! Ia akan 'sedikit' menjahilinya.
"Galak amat. Yaudah gue diem."
Erga pergi meninggalkan Aruna. Sedangkan Aruna menaikkan sebelah alisnya menatap Erga bingung. Bukan Erga banget jika lelaki itu tidak merecokinya. Tapi ya baguslah batin Aruna. Ia sedang tidak mood untuk meladeni keisengan Erga.
Lagi. Aruna memainkan game diponselnya untuk melawan bosan yang tengah melanda dirinya. Entah sudah berapa lama Aruna larut dalam permainan ponselnya itu. Ia melirik Erga yang sibuk mondar-mandir di depannya. Lalu melanjutkan lagi permainan helix jumpnya yang sempat tertunda tadi. Mencoba tidak peduli dengan tingkah lagu Erga.
Tiba-tiba Erga datang menghampiri Aruna. "Cicak!" Aruna hanya melirik Erga sebentar lalu memainkan gamenya lagi, tak peduli dengan Erga.
"Cicak, gue manggil lo."
Tidak ada sahutan.
"Ck. Aruna."
Tidak ada sahutan. Lagi.
"Cak! Lo budeg ya?"
Sepi. Krik... Krik... Krik...
"Gue mau nanya lo. Serius ini."
Aruna menatap Erga malas. "Apaan?" Mendapat respon dari Aruna, Erga tersenyum smirk mengeluarkan benda buntalan putih, lalu ia tunjukkan tepat di depan wajah Rasya.
"Ini namanya apa, Cak?" Mata Aruna membulat tak percaya. Bagaimana bisa? Wajah Aruna merah padam menahan malu. Erga sialan! Rutuk Aruna.
"Tadi gue nemu ini di tas lo. Penasaran sih yaudah gue ambil buat nanyain ke elo."
"Oh iya! Gue baru inget, ini roti jepang yang sering dipake cewek-cewek kalo lagi dapet kan ya?"
"Apasih namanya? Pem? Pem apa sihh? Pembalut!" serunya kemudian tertawa terbahak bahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Percaya Aku!
Teen FictionHey, mendekatlah! Akan kuceritakan sebuah kisah paling indah. Dimana dua manusia mencoba menjadi satu, meski terpisah ruang dan waktu. Namun pada akhirnya, dua insan ini akan kembali pada pemilik hati masing - masing. Sebut saja dua insan ini adalah...