Ana Kuyang dan Cenan Cabul

8 1 0
                                    


Kehilangan ponsel membuat Aruna kelimpungan sendiri. Ia bisa apa tanpa ponsel? Masa iya nge-dance malem malem? Bakal babak belur dia dihabisin sama mamanya. Mau tidak mau Aruna harus ke rumah Rennanda sekarang juga. Barangkali penemu ponselnya mau membalas chatnya lewat ponsel Rennanda.

Dengan tekad bulat, Aruna memutuskan untuk pergi ke rumah sohibnya. Saat melewati ruang keluarga, lewat ekor matanya Aruna melihat Ayah dan Mama tirinya beserta Freya tengah berkumpul.

Aruna tersenyum miris, membuatnya iri seketika. "Adek mau kemana?" tanya Dedy tiba tiba, yang tak lain adalah Ayah dari Aruna. "Kesini dulu coba," lanjutnya sembari tersenyum hangat.

Mau tak mau Aruna pun menurutinya, dan duduk disebelah kanan Dedy. "Mau kerumah Cenan, Yah. Bentaran doang kok." Dedy mengusap kepala Aruna pelan.

Ya Tuhan...

Lelaki paruh baya tersebut tertawa renyah. "Lama lama Ayah nikahin juga kamu sama Rennanda." Dedy mengerlingkan sebelah matanya menggoda Aruna. Sedangkan gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal, "Ih ayah, Cenan udah punya pacar tau! Masa Ana mau jadi pelakor."

"Cocok sih," celetuk Freya tiba tiba, memandang Aruna sinis.  "Asal jeplak aja ni ondel ondel," cibir Aruna.

"Hush! Kalian nggak boleh kayak gitu." Aruna memutar bola matanya jengah.

"Kalian ini, dasar," ucap Dedy menggelengkan kepalanya. Aruna menatap Ayahnya sejenak, "Boleh ya, Yah?"

Dedy mengangguk tersenyum hangat, mengecup kening Aruna cukup lama. "Jam sembilan udah harus pulang."

"Ashiap, Ayah! Makasih." Gadis itu mengecup kedua pipi Dedy. Dan berlari menuju rumah Rennanda.

Sesampainya di rumah Rennanda, Aruna langsung masuk kedalam karena pintu masuk terbuka lebar.

"Mikum! Anaknya Gading Martin IN YOUR AREA!"

Akibat teriakannya yang menggelegar membuat Aruna mendapat timpukan dari botol plastik bekas. "Adoh! Ya Gusti!" Gadis tersebut mengusap usap keningnya. "Sakit," keluh Aruna.

Sedangkan si pelaku yang tak lain adalah Rennanda tengah duduk di sofa dengan santainya, menatap Aruna kesal, "kalo salam yang bener, bego!"

Aruna menyengir lebar menyadari kesalahannya. Kemudian berlalu meninggalkan pemuda itu. "Ngapain balik?" tanya Rennanda.

"Reply," jawab Aruna singkat.

Lalu tak lama kemudian Aruna datang, berjalan dengan kalemnya. "Assalamualaikum, Akhwan." Ia tersenyum malu malu, mengedip ngedipkan matanya ke pemuda di depannya.  Rennanda menatap Aruna bergidik ngeri. Yeah, bukan takut sih, tapi aneh aja menurut Rennanda. Aruna bersikap kalem?

Hal itu membuat Rennanda teringat akan kejadian akhir pekan lalu. Dimana seorang gadis yang tak lain Aruna terjatuh dan nyungsep di selokan depan komplek mereka.  Akibat dari kecerobohan dan pecicilannya seluruh badan Aruna saat itu dipenuhi dengan kotoran air selokan.

Bukannya segera mentas dari tempat kotor itu, Aruna malah menangis karena jijik dan menatap Rennanda penuh harap. Bukannya menolong, cowok itu malah memvideo Aruna yang tengah menangis.

Percaya Aku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang