(5). Ekstrim tingkat dewa.

10.4K 812 30
                                    







Naruto hanya bisa tersenyum masam di hadapan guru yang tengah hamil. Ia terlambat bangun, dan akhirnya juga terlambat masuk ke sekolah. Kushina sama sekali tidak membangunkannya, dan saat diteliti lagi ternyata ibunya serta ayahnya baru saja selesai ninuninu. Tau lah, apa itu. Berencana membuat proses adik untuk Naruto.

Walau gadis itu sudah berdoa dengan sekhusyuknya agar ibunda nya tidak hamil. Pertama, ia dan dua kakaknya aja udah seperti pertengkaran 20 bocah. Yang kedua, ibunya memang sudah melewati usia untuk mempunyai anak lagi. Kalau kenapa-napa? Gimana? Meninggal? Kalau boleh jujur, ia belum sanggup kehilangan. Yang ketiga, ia tidak mau title kesayangan hilang darinya lalu diberikan kepada calon adik.

Cukup hanya dia yang boleh menjadi anak kesayangan. Kesayangan untuk dibunuh, maksudnya.

Kurenai-sensei, adalah guru wanita disekolahnya. Dengan ciri khas rambut hitam serta mata merah. Guru Matematika yang dikenal ramah, dan mengerikan disaat yang bersamaan. Dan sekarang? Yah, Dewi Fortuna memberinya anak. Dan mungkin itu membuat emosi nya sedikit tidak stabil.

Oh, Kurenai-sensei merupakan istri dari Asuma-sensei.

" Maaf, saya terlambat. Naru janji tidak akan diulangi lagi." Kata Naru dengan keringat dingin. Wanita hamil itu mengerikan. Ngidam nya pun juga sama-sama mengerikan. Ia mempunyai nenek dari pihak ayahnya, yaitu Nenek Tsunade. Wanita pirang dengan mata coklatnya. Ciri khas nya adalah memiliki badan yang montok, alias dadanya bikin mata lelaki mana pun jelalatan.

Udah nenek, nih, bro. Tapi masih dilirik.

Neneknya itu hamil anak ketujuh. Yang dimana akan menjadi paman termuda untuk 3 Namikaze Junior. Ngidam nya gak main-main, dan hal itu membuat suaminya yaitu Jiraiya tak berkutik. Dimulai dari Jus jengkol campur Keju Mozarella, Waffle Original dengan saus Topping SunLight lemon, pengen ke negara yang ada musim batu meteor berjatuhan, dan yang lebih ekstrim pernah meminta Jiraiya untuk menangkap Megalodon di dasar sungai Amazon.

Karena hal itu, ia tidak sanggup jika ibunya meminta yang aneh-aneh ketika hamil. Maka lebih baik, ya, jangan hamil ! Tetap Naruto lah anak bungsu di Namikaze. Ga usah nambah lagi. Kalau nambah ya tinggal buang.

Susah amat.

"Ya. Jangan diulangi lagi." Naruto memasang wajah sumringah.

"Terimakasih, sensei!"




Tak terasa, mata pelajaran yang diajarkan Kurenai selesai. Bel berbunyi siap untuk mengganti pelajaran selanjutnya.

Naruto merenggangkan otot nya agar tidak kaku. Otaknya ikutan kaku kala ia terlalu serius mencari rumus.

Jam menunjukkan waktu 10 pagi. Gadis itu menatap kearah samping kiri yang dimana jendela terletak disana. Memandang luasnya halaman sekolah mereka sambil mengetukan jari ke permukaan meja.

Ia menghela napas nya dengan gusar. Sudah 1 bulan lebih berlalu, dan ia masih belum tau caranya agar bisa berubah. Dokter yang pada saat itu menangani dirinya juga belum memberikan konfirmasi yang jelas.

Karena peristiwa yang ia alami, memang baru itu pertama kalinya terjadi. Ada banyak peristiwa tentang sambaran petir. Ada manusia yang tersambar petir 6 tahun sekali, bahkan kuburannya pun juga tidak luput dari sambaran. Ada juga yang terkena sambaran, lalu koma selama seminggu. Setelah itu ia menjadi ahli matematika yang jenius.

Bahkan ada yang lebih ngaco. Tersambar petir lalu bisa berlari cepat, atau menjadi manusia super. Namun, untuk dirinya. Jelas-jelas itu peristiwa aneh.

Haruskah menjadi gadis? Kenapa tidak menjadi naga aja? Kan enak itu. Ah, jangan naga. Mending jadi Medusa.

CHANGE [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang