Prolog

82 4 0
                                    

"Terima kasih udah bantuin," ucap Cowok itu tulus. Tangannya menaruh buku-buku di atas meja.

Cowok itu bernama Havez Rasyid. Selain memiliki wajah tampan; pintar bidang akademik dan non akademik, sikap ramah menambah kesan plus pada dirinya. Tidak heran banyak gadis yang mengelilinginya. Termasuk gadis yang kini bersamanya.

Jika Havez berhadapan dengan sebuah pilihan. Havez hanya ingin gadis itu tetap bersamanya. Biarkan dirinya kehilangan segala hal asalkan gadis itu tidak pergi dari sisinya. Hanya satu nama yang permanen ada di hati dan pikirannya, hanya untuk Averlin.

"Ave, kamu mau memberikanku coklat?" Gadis yang di panggil Ave berhenti, menatapnya bingung. Cowok itu pun ikut berhenti.

"Aku udah bantuin kamu, masa aku kasih kamu coklat lagi. Lagi ingin makan coklat? Bagaimana kalau kita ke restaurant yang baru buka itu? Lalu singgah di supermarket beli coklat." Havez menggelengkan kepalanya. Bukan itu kemauannya.

"Nggak usah, kalau perasaanmu sama dengan gadis sering berikan aku hadiah. Jauhin aku saja deh. Aku nggak mau kalau selama ini kamu bantuin aku karena mau dekatin aku terus kalo udah bosen tinggalin aku. Kita bisa jadi sahabat kok."

Ave membeku ditempatnya kini. Belum juga gadis itu mengungkapkan perasaannya tetapi cowok itu terang-terangan menolaknya. Cowok itu menarik tangannya. Kemudian menautkan jari kelingking dengan jari kelingking milik cowok itu.

"Janji, selamanya jadi sahabat."

Bolehkah aku mengingkarinya?

Bolehkah aku menginginkan lebih dari itu?

Bolehkah aku menjadi teman hidupnya? Batin Ave bertanya-tanya.

"Karena kamu udah janji, aku traktir kamu sepuasnya. Anggap saja sebagai peresmian persahabatan kita!" celetuknya bersemangat. Ave merasa sebaliknya, ia merasakan sedih jika mengingkarinya.

Dari jarak yang tidak jauh tempatnya berdiri, cowok yang sedang menampakan wajah kesal menyaksikan kedatangan kedua sahabatnya yang tak tau diri membuatnya menunggu hampir setengah jam lamanya di bawah teriknya matahari.

"Ngapain sih tadi? betah banget kalian di sekolah. Buruan pulang yuk, mau ngadem di rumah Havez yang dingin itu," ucapnya yang sudah berada di tengah-tengah sahabatnya sambil mengamit lengan kedua sahabatnya.

"Aku traktir makan di cafe yang baru resmi buka itu. Sekalian juga sebagai peresmian persahabatan kita. Kamu mau kan, Dit?"

"Boleh boleh, tapi kan kita sahabatan udah lama masa baru diresmikan sekarang sih?" tanyanya heran. Mereka berteman sejak duduk di kelas satu bangku dasar. Dan baru diresmikan sekarang, sangat tidak masuk di akal.

"Hehehe ... iya juga sih, pokoknya kita harus rayain persahabatan kita!" celetuknya semangat.

Hope [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang