[ Assalamualaikum Ra, bagaimana kabarmu? Langsung to the point saja ya, apakah kamu sudah dikhitbah? Jika belum, berikan saya alamat rumahmu. Urusan kamu menerima atau menolak, kita bicarakan saja nanti. Tapi jika kamu sudah dikhitbah, tidak mengapa, katakan saja, mungkin kita memang tidak berjodoh. Terimakasih, wassalamualaikum ]Setelah membaca pesan itu, Rania senyum-senyum sendiri, lalu menenggelamkan wajahnya ke bantal yang ia peluk, ingin rasanya Rania berteriak sekeras-kerasnya.
Sebahagia ini kah rasanya jika akan dilamar? Tanya Rania pada dirinya.
Rania segera keluar dari kamarnya, lalu bergabung dengan ayah dan ibunya yang tengah menonton televisi. Sebelum membalas pesan dari lelaki itu, ia akan menanyakan nya kepada kedua orangtuanya terlebih dahulu.
"Yah, Bu" ucap Rania sembari senyum-senyum tak jelas, membuat kedua orang tuanya keheranan.
"Kenapa teh? Kayaknya seneng banget nih" tanya ibu Rania.
"Mmm aduh gimana ya bingung ngomongnya" jawab Rania.
"Ada apa emangnya teh?" Kini giliran ayah Rania yang bertanya.
"Ada lelaki yang mau lamar Rania. Gimana ? Boleh kan ?" Tanya Rania sembari menatap orangtuanya bergantian, berharap dapat restu dari keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa dalam Rasa
Teen FictionRania menyukai seorang lelaki dan tentunya berharap suatu hari dipersatukan dengannya dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun Rania tidak tahu, pertemuannya dengan lelaki itu akan berakhir sebagai pasangan, atau hanya sebatas teman. Berakhir sesuai de...