Bagian 2

54 7 14
                                    

Ketika Rania masuk ke dalam bus, tanpa ia sadari sepasang mata tengah menatapnya dan memperhatikan gerak geriknya. Sepasang mata itu yang tak lain adalah Fadil. Entah kenapa, hati Fadil malah dag dig dug tak karuan ketika menatap Rania.

"Astaghfirullah" lirih Fadil, sadar yang ia lakukan salah, Fadil segera menundukan pandangannya.

Ketika Fadil tengah berusaha menundukan pandangannya dari Rania, bapak-bapak di sampingnya malah menawarkan tempat duduknya kepada Rania. Dan, Rania pun kini duduk di sampingnya.

'Ya Allah, tolong tenangkan hati hamba' lirih Fadil dalam hatinya. Fadil tidak biasanya duduk dengan wanita sedekat ini, kecuali dengan adik dan ibunya. Fadil selalu menjaga jarak aman dengan wanita yang bukan mahramnya.

Fadil adalah lulusan sebuah pesantren di Tasikmalaya dua tahun lalu, sebelum akhirnya ia harus pindah ke Bandung untuk melanjutkan kuliahnya di salah satu perguruan negeri di Bandung. Enam tahun berada di pesantren membuatnya tahu batasan pergaulan dalam Islam antara lelaki dan wanita.

Tanpa Rania sadari, ketika ia tengah asyik chat bersama Salsa, Fadil sesekali meliriknya, tentu saja hanya sebatas gerakan bola mata. Ketika kepala Rania hendak menoleh ke arah Fadil, cepat-cepat Fadil menutup matanya pura-pura tidur.

'Dia kayaknya ngeliatin gue deh' tebak Fadil.'Gue cek aja gitu yah'

Ketika Fadil akan melirik ke arah Rania, ia sudah sadar bahwa wanita di sampingnya memang sedang memandangi dirinya. Tiba-tiba mulutnya refleks berbicara begitu saja.

"Kenapa liatin saya?" Ucap Fadil tanpa menatap Rania, tentu saja hal ini membuat Rania kelimpungan dan malu setengah mati.

"Hah?" Kata Rania spontan. Sebenarnya Rania mendengar ucapan Fadil, tapi otaknya kurang merespon dengan baik, sehingga hanya satu kata itu yang terucap.

'Aduh mau ditaro dimana mukaku, aduh gimana nih, aduh kok bisa tau sih'

"Eh em mm gak papa" ucap Rania terbata-bata. Maklum saja, Rania merasa seperti maling yang terangkap basah. Rania belum bisa menetralka pikirannya.

'Cewe kebanyakan gitu, ditanya kenapa jawabnya gapapa' gerutu Fadil dalam hatinya.

"Lain kali jaga pandangan sama yang bukan mahram, apalagi..." Fadil menggantung kalimat terakhirnya, membuat Rania penasaran "..Apalagi sama yang ganteng kayak saya" sambung Fadil.

'Aduh gue ngomong apaan sih, untung aja ganteng beneran. Harusnya gue juga jaga pandangan, susah sih emang' ucap Fadil dalam hati.

Seolah tak percaya dengan kata-kata terakhir yang diucapkan lelaki itu. Rania hanya membulatkan mata tidak langsung menanggapi ucapan lelaki itu. Bagaimana bisa lelaki disampingnya berbicara seperti itu pada orang yang tak ia kenal. Meskipun pada hati kecilnya, Rania mengakui bahwa lelaki disampingnya ini memang memiliki wajah yang menarik, dia memang tidak terlalu tampan tapi dia berkharisma.

"Mm maap kak" hanya kata itu yang terpikirkan oleh Rania. Rania tidak bisa mengelak, ucapan lelaki itu benar, seharusnya Rania memang menjaga pandangan dari lelaki yang bukan mahramnya.

Fadil tidak merespon ucapan maaf dari Rania. Ia hanya diam memandang ke luar jendela. Bingung harus menjawab apa, Fadil memilih pura-pura tak mendengar saja.

Di lain, Rania memilih diam. Sebenarnya Rania merasa  sedikit kesal karena  ucapan maaf darinya tidak ditanggapi oleh lelaki itu, tapi Rania mencoba berbaik sangka, mungkin saja lelaki itu tidak mendengar ucapan dirinya.

Rania juga masih penasaran, dari mana lelaki itu tahu kalo Rania sedang memandanginya. Jangan-jangan lelaki itu punya mata batin, tebak Rania. Ingin sekali ia bertanya mengenai hal itu, tapi Rania tidak memiliki keberanian untuk melakukannya, ditambah lagi karena masih merasa malu dengan kejadian tadi.

Jika saja ada kursi kosong, Rania sepertinya akan memilih pindah posisi. Atau bahkan turun saja sekalian, tapi Rania mengingat betapa lamanya tadi ia menanti bus ini sendirian di siang hari yang cukup terik. Rania tidak nyaman duduk dengan lelaki itu karena keadaannya terasa sangat canggung, setidaknya bagi Rania.

Tak ada lagi percakapan diantara keduanya, Fadil sibuk menetralkan perasaannya dan Rania sibuk merutuki kecerobohannya dan memikirkan dari mana lelaki itu tahu Rania sedang menatapnya.

Drrt-drrt~

Salsa : Ra nanti langsung ke sekolah aja ya, aku lagi di sekolah sama anak-anak rohis, liatin yang lagi latihan buat demo.

Rania berfikir sejenak.

Rania : gimana nanti aja ya Sa😅

Pesan dari Rania langsung dibalas oleh Salsa.

Salsa : kamu pasti nyesel kalo ga kesini, ada kak Reza lohhh😏😏

Rania tak percaya dengan apa yang ia baca, apa Salsa sungguh-sungguh, atau hanya membohonginya saja supaya datang ke sekolah. Karena ini bukan pertama kalinya, sudah dua kali Rania kena tipu Salsa. Kali ini Rania lebih berhati-hati.

Rania : gak ada Poto=HOAX😎

Salsa : gamau ah, malu kalo ketauan. Sini aja deh, kalo bohong ntar aku traktir kamu.

Rania : oke, aku ke sekolah!

Rania baru sadar, sebentar lagi ia sampai di depan sekolahnya. Buru-buru Rania berdiri mendekati kondektur bus di pintu masuk.

"Kiri pak" ucap Rania.

"Siap neng" kemudian ia mengetuk-ngetuk pintu dengan uang koinnya.

Bus pun berhenti dan Rania cepat-cepat turun, tak sabar ingin melihat kak Reza. Sudah hampir enam bulan ia tak berjumpa dengan kak Reza.

Ketika memasuki area mesjid, Rania sudah dapat menangkap sosok kak Reza yang tengah duduk bercengkrama dengan teman-teman Rania.

'Aaaa... Kak Rezaa' teriak Rania dalam hati. Ingin rasanya Rania melompat-lompat meluapkan kebahagiaannya.

************************************

Hallo gaiss👋👋

Ada yang tau gak siapa ya kak Reza itu??
Simak terus kelanjutan ceritanya ya, tunggu hari Minggu nanti.

~~~~~~~~~~••••••••••••••••••~~~~~~~~~~
Jangan lupa vote dan komentar ya..
Terimakasih 💃💃

Asa dalam RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang